Monday, September 30, 2013

monolog : pemilik rupa itu

apa kabar kamu?
sepertinya kamu semakin sibuk dengan pekerjaanmu
semoga sukses ya kamu
di sana

===
batinku berbisik.
Deretan kata itu pun muncul begitu melihat sosoknya di depanku. Siapa sangka teman kita si Garda itu punya saudara yang wajahnya mirip sekali denganmu. Garda tadi mengenalkannya padaku. Awalnya aku tidak begitu tertarik dengan ajakannya berkenalan dengan saudaranya yang baru saja datang dari Surabaya itu. Tapi sekarang aku justru bersyukur aku tak menolak ajakannya. Dia sungguh berwajah mirip milikmu.
Oya, nama pemilik rupa itu adalah Kean. aku tidak tau bagaimana menulis namanya, yang jelas panggil saja namanya Kean. Dia memiliki senyum magis seperti yang selalu kau tujukan setiap menggodaku. Dia juga memiliki lesung pipit yang tak pernah berhasil disembunyikannya. Oya, bola matanya! tidak sipit dan tidak juga besar tapi cukup hasilkan tatapan yang tajam setiap menoleh arah 45 derajat dari hadapannya. Aku menangkapnya saat pandangan kami bertemu. tadi..
Melihatnya tentu buatku mengingatmu. Awalnya aku seperti menemukan sosokmu kembali dalam dirinya. tapi tidak. Garda mengingatkanku kalau namanya Kean. ah, rupanya bayangmu masih terekam jelas, walaupun jarang terkuak tapi sewaktu-waktu selalu bisa menyelinap. Sejak hari itu, saat aku dan kamu memilih berpisah dan menyerah pada jarak yang selalu membatasi kita, Garda selalu berusaha mengenalkan teman-temannya padaku. Tapi perkenalan-perkenalan itu tidak pernah meninggalkan kesan yang istimewa. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk kembali berkonsentrasi penuh dengan pekerjaan baruku.
Setelah kira-kira satu bulan penuh Garda tak menyinggung permasalahan kekerabatanku, akhirnya Garda mengajakku ke rumahnya. Aku mengiyakannya karena ia bilang ini adalah yang terakhir kalnya dia memintaku untuk berkenalan dengan laki-laki yang dipilihnya untukku.
"ini karena aku peduli denganmu,Citra. Kau tidak perlu menggilai pekerjaanmu hanya untuk mengubur perasaanmu. Kamu cuma perlu sedikit meluangkan waktu dan hati untuk seseorang yang baru" kata-kata Garda akhirnya berhasil membuatku mempertimbangkan opsi terakhirnya.
Baru kali pertama ini Garda mengenalkan saudaranya padaku. Dan kenyataannya, kesan pertama hari ini begitu menyenangkan. Kean termasuk sosok menarik yang bisa membuat lawan bicaranya tidak terserang bosan. Mungkin inilah saatnya aku menjalani hidup sehat. Tak seharusnya wanita seumuranku terlalu menekan jam kerja sesibuk mungkin untuk menghabiskan waktu.
Thanks Garda. Thanks Kean.
Thanks juga,kamu ..


Wednesday, September 25, 2013

monolog : seperti ini

aku sudah berlari jauh sendiri
tapi kau selalu menghancurkannya
Lesmana, ini ulahmu.
===

September ini adalah lima bulan sejak aku memilih keputusanku. Aku berakhir denganmu. Aku berhenti dengan semua harapan yang pernah kutujukan padamu. Terlalu banyak persamaan di antara kita, sampai terkadang kesamaan-kesamaan itulah yang membuat kita tidak bisa berkutat di tempat yang sama. 

"apa kau bisa? berjalan sendiri tanpa aku yang memegang tanganmu" hanya itu yang kau bilang saat aku memutuskan untuk memilih jalan hidup yang baru. Lebih terdengar seperti ejekan memang, tapi itulah yang kujadikan sebagai tantangan.

Pikiranku berhasil teralihkan. Bersama berbagai macam kesibukan rutin yang memang kusengajakan. Tidak buruk karena kesibukan-kesibukan itu membuatku lupa bagaimana sakitnya sebuah perpisahan yang diharuskan walaupun sebenarnya tidak ada kehendak dibaliknya. rasanya bebas mengepakkan sayapku seluas-luasnya. Karena sayap kita tak akan bertabrakan lagi.

"Lolita" ah rupanya aku masih bisa mengenali suaramu. Masih jelas kukenali aksenmu saat menyebut namaku. Lesmana, aku belum sepenuhnya sembuh. Melihatmu kembali di hadapanku adalah sebuah obat dari segala kerinduanku yang bertumpuk. Kerinduan yang selalu kupasung di hati terdalam dan tak sekalipun kubiarkan membuncah keluar. Namun kau menghancurkan segalanya.

Siang ini kembali kita bertemu di tempat pertama kita saling kenal. Di bawah pohon rindang ini. Secara fisik kau sudah banyak berubah tapi aku jelas mengenalimu. Caramu melihat sesuatu, caramu tersenyum dan caramu memanggil namaku semuanya masihlah sama. Entah apa yang tiba-tiba membuat kita berada di bawah pohon ini di waktu yang sama. Hai Lesmana, ternyata begini rasanya membebaskan setumpuk rasa rindu ini menujumu.

Aku hanya merasa pertemuan ini sebagai penawar rindu sementara. Karena setelah ini, aku harus kembali berjalan. Berjalan sendiri dengan tanpa petunjukmu. 
"mungkin sudah saatnya kita kembali lagi" ucapmu pelan bersamaan dengan hembusan angin ke arahku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kau ucapkan. Aku menoleh ke arahmu dan mendapati kedua matamu menatapku dalam. ada apa denganmu selama aku tak bersamamu? 

Perasaanku bercampur aduk. Perdebatan hebat antara logika dan perasaan tengah kualami sedalam batinku menerawang. Mencari makna yang kau maksud di balik kata-katamu barusan. Aku sudah jauh berlari,Lesmana ..

monolog : Jadi? Kamu atau Aku ...



kamu atau aku? yang tidak tau ...
===

Sudah lama sekali kita tak bercengkerama. Aku hanya mengingat-ingat kapan terakhir kali aku membalas pesanmu. ah sudah lama..  Ingin rasanya aku menelponmu segera. tapi tak bisa..

"jumlah permintaan semakin meningkat,jadi ..." samar-samar aku mendengarkan bosku yang sedang memimpin rapat ini. Tidak biasanya aku melamun saat rapat. Akhirnya aku memutuskan untuk ke belakang dan membasuh mukaku dengan air dingin.
 Mengingatmu membuatku refleks mengambil ponsel dan mengetik satu kata "hai" untukmu. send. Yang kulakukan setelah ini adalah menunggu balasan darimu. Berharap kau akan membalasnya cepat, namun ternyata balasan itu tak juga datang. Baiklah, aku kembali ke ruang rapat. kau tidak tau ya? aku kangen. Aku memang tidak biasa mengontakmu lebih dulu karena kau selalu lebih awal menghubungiku. Tapi sekarang saat aku menunggu kabar darimu dan sadar kabar itu tak juga muncul, bagaimana bisa aku menahan diri?

Jarak dan kesibukan kita yang berbeda jauh ini terkadang menyiksaku. Aku selalu membawa ponselku kemanapun aku pergi namun semua panggilan dan pesan yang muncul hanyalah tentang pekerjaan. bukan kamu. Hari ini aku kerja sampai malam lagi dan aku tak akan punya kesempatan untuk menelponmu. Tapi, mana mungkin aku menelponmu sedangkan pesanku saja tidak kau balas. kau sedang apa? sesibuk itukah kau sampai sekedar membalas pesanku pun tak sempat.

Pekerjaanku selesai tepat jam 10 malam. Aku lelah bukan main. Sesampaiku di rumah, aku langsung merebahkan diriku ke tempat tidur. Menarik selimut sampai atas kepala karena malam ini begitu dingin. Saat aku hampir saja berhasil memejamkan kedua mataku, tiba-tiba ponselku berdering.
yes! panggilan masuk darimu.
"Kenapa?" satu kata sebagai kata pertamamu. apa tidak ada kata yang lebih menyebalkan dari kata itu sebagai balasan pertama setelah lama tidak bersapa?
"Hanya menyapa"  jawabku singkat. Aku hanya membayangkan bila benar jarak dan waktu ini membuatmu berubah menjadi keras. Aku tidak tau.
"Tumben sekali kamu menghubungiku duluan. Ada apa?" oh baiklah. Bahasamu mulai melunak dan lugas.
"Kamu ngapain aja? nggak pernah kasih kabar" itulah kata-kata yang keluar dari mulutku setelah sebelumnya memilah-milah kata.
"Memangnya kamu pernah kasih kabar? kamu yang ngapain aja.." kata-katamu dengan lembut membuat dadaku sesak. Lembut karena nada bicaramu tetap pelan tanpa tekanan. Namun membuatku sesak karena seolah kau menyudutkanku dengan kata-kata yang tidak bisa kujawab. aku tidak tau. aku tidak tau kau sedang mengujiku? atau kau berniat menghakimiku? atau kau sekedar mengeluh? aku tidak tau.

Sudahlah aku hanya mencoba mencairkan suasana. Aku tidak ingin merusak obrolan malam ini. Kamu pun mungkin tidak tau aku di sini selalu menunggu kabar darimu. Kamu juga mungkin tidak tau aku memerlukan dorongan semangat darimu di sela-sela pekerjaanku. Kamu mungkin saja tidak tau aku hanya menghabiskan sisa waktuku dengan menunggu kabar darimu. Kau tidak tau.. dan mungkin, kau memang tidak perlu tau.. karena aku pun tidak tau kalau kau juga berhak menungguku. Bahwa tidak selamanya kau yang harus mengawali.

Tuesday, September 24, 2013

monolog : mengalihkan (diri darimu)

"aku sudah berusaha ..
mengalihkan perhatianku.
dari kamu ..."
===

Aku sudah merasa cukup dengan selalu kau manjakan dengan perhatianmu. Aku sudah merasa cukup dengan selalu aman bersama perlindunganmu. Aku yang cukup bahagia merasa kau akan selalu ada untukku. ah kau selalu tau bagaimana cara membuatku tersenyum :)

"cerita aja" itu yang selalu kau katakan setiap aku marah-marah tak jelas. ah,tidakkah kau lelah mendengar keluhanku setiap hari? Ya, kau selalu menjadi pendengar setiaku kapanpun itu. Semuanya kuceritakan padamu. tapi kenapa aku tak pernah mendengarmu cerita apapun padaku ..

Entah bagian mana yang pantas kusebut sebagai awal. Karena justru, setelah semua perlakuan baikmu padaku, setiap hari selalu menjadi semakin manis adanya. Memiliki sahabat sepertimu, memilikimu di sekitarku selalu. Pernah saat aku berpikir untuk memilikimu lebih dekat, aku segera membuang pikiran itu jauh-jauh. Aku tidak ingin merusak persahabatan ini dengan perasaan egoisku yang ingin memilikimu secara utuh.tidak! tidak sampai akhirnya semua itu berujung.

Ah, aku baru saja menyadari sebuah keterlambatan. Keterlambatanku dalam menyadari bahwa akhirnya akan ada seseorang yang lebih beruntung dari aku. Beruntung karena memilikimu dengan utuh perhatianmu. aku cemburu. Sisa waktu ini hanya kuhabiskan dengan merutuk diri sendiri. Memilikimu secara utuh mungkin memang bisa membunuh persahabatan kita. Tapi, membiarkan diriku mengharap perhatianmu tetap untukku juga sebuah kesalahan. Karena orang yang beruntung itu bukanlah aku..

Akupun harus mulai membiasakan tidak terlalu bergantung kepadamu. Aku sudah berusaha..


"aku sudah berusaha ..
mengalihkan perhatianku.
dari kamu ..."

Monday, September 23, 2013

monolog : pergi

karena setiap malam, aku menuliskan namamu ..

Terbangun di malam hari adalah bagaimana hatiku merapal rasa. Menyadarkanku bahwa aku menyimpan sebuah luka yang terlalu berarti untuk diabaikan. Meski otakku mengatur semua porsi rasa dengan seimbang, alam bawah sadar justru dengan egois tidak mau tau. Sisi inilah yang selalu memaksaku untuk tinggal. Tinggal dengan sebuah luka usang yang aku tak pernah bisa menyembuhkannya. sampai sekarang..

Terbangun di malam hari adalah satu-satunya kesempatan bagi hati kecilku untuk mengingatkanku. Mengingatkanku bahwa aku sudah terlalu egois dengan membunuh rasa terhadapmu dengan sekali putusan. Meski seolah semuanya baik-baik saja dan aku tetap seperti biasanya, malam selalu menyisipkan kamu dalam bunga tidurku. Aku mampu untuk tidak mengingatmu. tapi ternyata aku tidak mampu untuk tidak menyimpanmu. aku tidak mampu untuk menghapus namamu,Lesmana.

"aku lelah mencintaimu sendirian" bisikku tipis padamu malam itu. Kau hanya menoleh dengan lemas ke arahku. apa maksudmu? Aku diam. Aku menunggu. Aku memberi waktu padamu untuk menjawab. Tapi kau diam. Kau membisu! Kau tak jelaskan apa-apa padaku.

"aku harus pergi sekarang" aku bangkit dan beranjak dari sisimu. ah,kau masih saja diam. Sejak awal aku sudah menduganya. Kau tidak berkata apapun. Bahkan saat aku pergi pun kau tak berusaha menahanku. atau sebenarnya, kau menungguku untuk menyerah?

Semuanya menjadi begitu sulit saat aku berusaha mencari alasan dari setiap keadaan. Sampai akhirnya aku memilih mengalah pada kehidupan orang dewasa yang selalu satu langkah lebih maju. Dan aku mengorbankan kamu. ya,aku mengorbankanmu (dan perasaanku).

Bagaimana tidak? mencintaimu saja sudah sebuah kesalahan. Kesalahan bukan hanya karena aku mencintaimu atau kau mencintaiku. Tapi karena ibuku mencintai ayahmu dan ayahmu mencintai ibuku.
Dengan tenangnya kau ucapkan "oh, hai Lolita" padaku saat makan malam itu. Saat ibuku mengundang kalian ke rumah. Saat ibuku mengenalkan kalian sebagai calon keluarga bagiku. Saat aku bahagia dengan ayah baruku pilihan ibuku. dan saat aku terluka bahwa calon ayahku adalah ayah dari pria yang aku cintai.

"Maaf, aku juga baru tau" katamu.
"Dimana perasaanmu? Kenapa kau bisa berpura-pura bahagia di hadapan mereka?" sentakku dengan keras ke arahnya.

Semuanya terasa begitu singkat sejak kau datang ke rumah sebagai seseorang yang harus kupanggil dengan sebutan 'kakak'. Mungkin tidak begitu berat selama kenyataan itu belum benar-benar terjadi. "tidak ada salahnya kita tetap begini" katamu menenangkanku bersama dengan rengkuhan hangatmu yang selalu kurindukan. Ya, kau pun tetap membagi kasihmu padaku. oh,apakah kau masih akan memelukku seperti ini kalau nanti aku benar-benar menjadi adikmu? sampai kapan kita berbohong pada ayah dan ibu? sampai kapan kita harus diam walaupun kita saling mencintai?

Hingga akhirnya aku memilih untuk pergi. Pergi darimu, pergi dari ibuku, pergi dari ayahmu.
Dan kini, setiap malam kuhabiskan hanya untuk menangisi kerinduan yang selalu mengingtkanku.
Kerinduan yang tak bisa disembunyikan di balik segala macam kesibukan yang kusengajakan.
Kerinduan yang tidak bisa dibunuh dengan sempurna.
Kerinduan yang bisa ditunda tapi tidak bisa dihilangkan.
Walaupun aku bisa menunda untuk mengingat tentang kalian, aku tetap tak bisa tertidur lelap setiap malam.
alam bawah sadarku terus mengingatkanku. Ibuku, ayahmu yang juga ayahku, dan kamu yang juga kakakku (sekaligus kekasihku).

Karena setiap malam, aku menuliskan namamu ..

Saturday, September 21, 2013

monolog : Seperti Pertama (lagi)

Kau bilang siapa tadi namamu?
Juan? nama yang unik
Sama uniknya dengan karaktermu :)

Cerita kemarin adalah tentang bagaimana kau bertemu denganku pertama kalinya. Cerita hari ini pun masih tentang bagaimana kau bertemu denganku pertama kalinya. Sepertinya hari-hari besok pun akan selalu menceritakan bagaimana pertama kalinya kau bertemu denganku. Semua kesan selepas pertemuan tiada berubah. Semuanya manis, semanis pertemuan pertama kita. Oh,tentu saja. Ini karena ulahmu,Juan! :)

Ayolah Juan, serius kau tidak tau alasannya? Tentu saja karena kau selalu memperlakukanku seperti pertama kalinya kau bertemu denganku.. Kemarin saat secara tidak sengaja mata kita bertemu, kau menatapku dengan lembut bersamaan dengan lengkungan bibirmu yang segera membentuk senyuman. Kau yang masih mengobrol dengan orang di sebelahmu tiba-tiba berjalan ke arahku. Oh, tadinya kukira pertemuan kita hanya akan berhenti di senyumanmu itu saja. Kau membimbingku dengan melayangkan tanganmu dan menjabat tanganku. Aku saja tak sedikitpun berpikir kau akan menghampiriku seperti ini. Dan lihatlah, kau berhasil membuatku terkesima,Juan!

Ah, tadinya kupikir karena kemarin memang pertama kalinya kita bertemu di luar. Oh maksudku,, kita kan satu kantor,Juan. Ah,aku baru sadar aku terlalu sibuk dengan berkas-berkas yang selalu mengejarku dengan deadline yang menyita perhatianku di kantor. Mengalihkan perhatianku dari semua hal hidup di sekitarku.

"hai" katamu. Hari ini kita bertemu lagi di kantor. Ralat! kita di kantor yang sama dan kita bertemu setiap hari. Aku saja yang selalu melihat ke arahmu tidak lebih dari tiga detik.
Setelah pertemuan kita kemarin, hari ini sosokmu berhasil membuatku tersenyum dan melihatmu dengan lima detik tatapanku. hei ini kemajuan dua detik untukku! Kemudian aku kembali mengerjakan berkasku. Aku membiarkanmu berjalan kembali dengan setumpuk berkas milikmu yang juga akan menyita waktumu. Wow! ternyata berkas bagianmu lebih banyak dari bagianku. Kenapa kau begitu santai mendapatkannya sedangkan aku saja merasa berat menyelesaikan bagianku yang tidak seberapa dibanding milikmu.

"hai" kau menyapaku sekali lagi. Aku menoleh kepadamu yang sudah berdiri di samping meja kerjaku. Mataku menangkap senyuman terukir di bibirmu. Kau layangkan lagi tanganmu membimbingku untuk menjabat tanganmu. Astaga aku malu. Aku baru sadar akan tanganmu yang halus dan begitu hangat itu. Aku menunduk seketika karena enggan terlihat salah tingkah. Tatapan yang kau miliki itu lebih cocok kau berikan kepada seseorang yang lama sekali tak kau temui,Juan. Dan caramu menatapku tadi seperti seolah-olah kau baru melihatku pertama kalinya (lagi). Aku tersanjung dengan caramu. Caramu menatapku seperti setiap kau menatapku.. untuk yang pertama kalinya.
Itulah alasannya,Juan. Sebenarnya, cukup sesederhana itu .. :)

=====



Monday, September 16, 2013

sharing : Plastik Warna merah


judulnya adalah kado yang terlambat namun tak benar-benar terlewat ^^

Entahlah, sederet kalimat itulah yang langsung muncul di benakku begitu mendapati sebuah plastik besar berwarna merah dengan label yang bertuliskan "To : Farida". Ya,siang tadi 16 september 2013. Ulang tahunku jelas sudah berlalu. Tidak hanya dalam hitungan hari atau minggu, melainkan sudah 2 bulan yang lalu. Juli!
Terhitung terlambat memang kalau kado ini adalah kado seseorang untuk ulang tahunku yang ke-19 itu. Tapi, bukankah tidak ada kata terlambat untuk memberi? iya. Baiklah, terlepas dari hal keterlambatan itu kuakui kado ulang tahun ini tidak benar-benar terlewatkan. Tentu saja, karena sekarang sudah berada di tanganku. Aku tak melewatkannya walaupun dengan keterlambatannya sekalipun.
Dan oya, tak dapat dipungkiri penemuanku ini sempat diwarnai dengan rasa curiga dan was-was. Bukan apa-apa, aku hanya sempat berpikir jangan-jangan ini hanya ulah iseng seseorang mengerjaiku. Akupun sebenarnya tidak terlalu menaruh harap *tsah! .. tapi terimakasih ya,inisial R!
Singkat cerita, kado itu dibungkus bersama beraneka jajanan rasa coklat (haha) di dalamnya. Hari ini aku puasa, jadi siang tadi begitu aku buka langsung kubagi ke temen-temenku. (dan R,saat kau bilang semoga tidak mengecewakan, aku bilang tidak kan) see.see..
Aku juga kebagian coklatnya kok, aku makan sehabis selesai buka puasa.
Nah, ada juga buku. Belum aku baca tapi mungkin tidak akan membosankan nanti sewaktu aku membacanya.
Thank You

Friday, September 13, 2013

monolog : hujan(ku)

Sudah lama tiada lagi bulatan air turun menghujaniku dari langit dimana aku bernaung di bawahnya
Hujan yang pernah menemaniku saat aku sedang sendiri
Hujan yang pernah menolongku dari bahaya
Hujan yang pernah menyekap seseorang sehingga ia jadi bersamaku .
Manisnya hujan kala itu :)

Hujanku
Hujan yang seringkali menenangkanku dari isak tangisku,
Hujan yang menghadirkan irama indah dari tiap butir perkenaannya dengan bumi ..
Ya, hujan yang itu ..

Hujan yang mengingatkanku pada anak-anak alam yang riang bermain di tengah hujan, saling bercengkerama, bercanda tawa ,, seakan tiada beban di kerasnya hidup ini.
Hujan yang indah ..

ah, aku hanya sedang merindukan hujan.. dan segala kisah yang terlahir di baliknya ..


#repost (+edit)

puisi : Pertanyaan

 (sebuah prosa, sebuah cerita ) :)(:


Berjalan,
dengan kaki yang telanjang
rerumputan berulah di sela jemariku
menyeruak dalam hati
hadirkan melodi nun syahdu dalam rindu
serasa lama sekali,tiada olehku sentuh alam ini

bebatuan dan kerikil,
kembali ingatkanku bahwa jalan tak selamanya mulus
halus,seperti yang selalu kita harap
mutlak,setiap orang dihadapkan cobaan,bukan?
Alam gariskan itu,dan terlukiskan sebagaimana hidup

dan seberang alam,
selalu tampak pesona lebihnya
lenakan mata,kaki pun beranjak
dan benar,dijamunya dengan pemandangan indah
alam baru,
tanpa sadar,diperdaya alam seberang itu

Kemanapun,siapapun pergi.
Saat kembali,tujuan pastilah rumah.

Maka,teringatku kembali
dengan rumput,gemericik air,dan juga bebatuan
kembalilah aku,
hingga kutemu seorang anak alamku
cerminan seorang aku
berdiri ia bertelanjangkan kaki
sampai tak ada jarak denganku
hingga kudengar,dia bertanya
"pernahkah kau mencintai orang yg berbeda denganmu? Lalu,orang itu juga mencintaimu? Jika iya,tentu kau bahagia,bukan?" dia tampak tersenyum, tp samar,linangan air matanya, dan ia bertanya lagi,,
"tapi,jika suatu saat,kau sadar cintamu bisa membunuhnya...Apa yg akan kau lakukan? Hilangkan rasamu? Atau kau tetap memungkirinya,bahwa kau tak lagi boleh mencintainya?

Dan,sepi,hening . Lalu senyap .
Apa ini? Garisan alam yang baru dihadapkan padaku ..


#repost

monolog : bocah alam

Sebuah pengembaraan, tujuan, dan tempat asal.
Dengan seksama, mataku menerawang dalam pada sebuah foto di tanganku. Ah,sebentar lagi aku akan sampai di daerah yang tergambar di foto ini. Daerah yang masih sangat kental dengan kenangan saat aku masih bocah.

Ya, kisah klasik bersama mereka yang kusebut sebagai anak alam. Adalah cukup di masa itu yang dipikirkan hanyalah bermain, bermain, dan bermain . Masa dimana anak-anak alam selalu menginginkan cukup seperti apa yang dilihatnya. Masa dimana tidak salah jika melihat dunia seperti permainan belaka yang selalu menyenangkan.

Di foto itu,
aku  mendapati sosok cilik di tengah anak-anak alam itu. Tampak  polos, sederhana, dengan tawa tanpa beban di raut wajahnya. Tentu saja, sosok cilik itu adalah aku. Aku, si bocah cilik yang lugu itu. Gambar itu menunjukkanku yang tengah berlari bersama teman-teman sebayaku kala itu. Aku bukanlah anak alam seperti mereka, tapi mereka merangkulku saat aku datang. Waktu membawaku kepada mereka dan meleburkan kami dalam sebuah kisah klasik bocah-bocah cilik.

Foto itu selalu mengingatkanku. Ada kalanya, hari selalu mempertemukan aku dengan mereka. Entah itu siang hari yang panas, atau sore hari yang kerapkali hujan. Selalu ada permainan asik yang mereka pamerkan padaku. Sederhana, dipetiknya dari alam. Astaga, mereka adalah pengingat nyata buatku. Bahwa alam memang diciptakan untuk kita dan kita bisa petik banyak manfaat darinya.

Itu dulu,
di masa cilikku.

Sedangkan kini, aku telah tinggalkan tempat itu untuk perluas ilmuku. Ah,alam selalu mengingatkanku pada anak-anak alam itu. Dengan keluguan yang sedemikian rupanya, dengan kesederhanaan hidup yang tiada direka-reka. Dan dengan kebaikan sikap bersama besarnya solidaritas. Indah bukan?

Kepulangan ini, membawa serta kerinduanku atas anak alam.
Seandainya waktu ini mempertemukanku dengan mereka, betapa beruntungnya aku ini.
"alam selalu rekam tiap kenangan cilikku bersama kalian. Alam pula yang memutar memori itu kembali untukku dan aku selalu merindukan bercakapan lagi dengan kalian"


ingatkah kalian dulu kita berlari bersama di tengah derasnya hujan ?
Berputar-putar dengan riang di tengah lapangan ?
bersepeda bersama berangkat sekolah tiap paginya ?
dan juga saat kita siang-siang melawan arah angin untuk berangkat pramuka di hari jumat itu ? Y
ang kemudian di tengah jalan aku terjatuh bersama sepedaku dan kau tertawa saat itu sehingga tawamu cegahku untuk menangis ? Aku masih mengingat semua itu. Aku tidak akan pernah lupa.

Bahkan aku masih ingat setiap detik di siang itu. Pulang sekolah kita bermain tanah di samping masjid. Kemudian kita ke kebun jeruk di belakang rumahku. Lalu kita mengaji bersama ibuku . Indah sekali ..
Alam pun memanjakan kita untuk bermain .

sekarang ..
saat kita sudah bukan bocah cilik lagi ..
rinduku mengulang kisah-kisah klasik menjadi anak alam lagi ..
anak alam yang pemberani
anak alam yang kaya hati
anak alam yang selalu peduli


Kita tidak akan pernah lepas,, dari alam ..

#repost (+edit)

Wednesday, September 11, 2013

cerpen : hujan (lagi)



Dini hari. Bahkan sebelum mataku terpejam pun, bunyi alarm di ponselku sudah nyaring memenuhi seisi kamarku. Alarm yang semakin berisik itu kubiarkan sampai diam kembali walaupun aku tau nadanya cukup panjang. Sedikit tersibukkan dengan apa yang bergelayutan di setiap ujung cabang pemikiranku. Ibuku akan mengenalkan calon ayah baru untukku hari ini. Berbagai kemungkinan dengan bebas menguasaiku.
Akhirnya matahari pagi menampakkan diri seolah memberitahuku bahwa waktu bersantaiku sudah habis. Ah, aku tidak benar-benar merasa telah bersantai. Aku harus enyah dari nyamannya selimut hangat ini dan beralih ke air yang dingin.
Sedikit mengintip ke kamar ibu. Ibu pasti sangat bahagia karena sepagi ini ibu sudah terlihat sangat cantik dengan balutan dress merah marun kesayangannya. Segaris bibir tipisku membentuk senyuman dengan sendirinya. Dan aku tau tidak akan ada yang perlu aku cemaskan hari ini ..

tidak ada,, sampai akhirnya aku tau sesuatu yang buruk telah merusak sebagian kebahagiaanku.
[cerpen hujan (lagi) bagian 1 bersambung]

sharing : kucingnya lucu


Setiap hal memiliki cerita :)
adalah hal yang menyebalkan saat aku melihat si kucing kecil ini dengan seenaknya sendiri mencari apapun yang bisa dimakan. ah,perasaanku selalu tidak enak setiap melihatnya muncul dari balik pintu. Namun, satu hal yang merubah pemandangan yang menyebalkan itu menjadi hal yang justru menggelikan.
kau tau? kucing punya gigi kan. Nah, dengan liarnya si kucing ini menarik sisi plastik yang keluar dari lubang tempat sampah itu. Saking semangatnya sampai si kucing tidak bisa melepaskan gigitannya dari plastik itu. Alhasil tempat sampahnya yang jatuh. Giginya masih tersangkut di plastik itu!
kasian sekali. Jadi aku memutuskan untuk membenarkan kebali letak tempat sampah itu. (dan lagi) si kucing tetap mengikuti arah tempat sampah itu berdiri. Astaga, aku baru sadar giginya masih saja tersangkut! tapi tidak mungkin juga kan aku menarik gigi si kucing itu dan membantunya melepaskan plastik itu.
Aku masih menikmati pemandangan lucu ini.(lebih lucu bila kau melihatnya langsung). Kemudian aku baru saja tertarik untuk memotretnya dalam kondisi payah begitu. Sayang sekali bila hanya aku melewatkannya tanpa menyimpannya dalam galeri potretku :) .. maaf ya dek kucing :p

monolog : quarter of you :)

pada dasarnya semua hal itu bisa menjadi candu .
ya, candu itu setingkat lebih tinggi dibanding kesenangan.

aku?
layaknya kecanduan yang bisa berkembang dengan bebas, akupun melihat hal menarik dalam dirimu. Menarik karena kau tidak memperlihatkan pesonamu dengan sengaja dan itu membuatku sedikit ingin tau. Menarik karena kau menjelaskannya padaku dengan begitu 'natural'. Tidak dibuat-buat.

kau?
ya,tentu saja. Dengan murni memamerkan bola matamu yang bulat dengan warna hitam sempurna. Satu hal yang sampai sekarang aku belum bisa melihatnya dengan leluasa. aku malu.
waktu membawaku menikmati segala hal yang ada pada dirimu. Awalnya mengenalmu adalah cukup dan kini berkembang. Aku ingin lebih mengenalmu dengan semua hal yang ada padamu.
seperti..kau tau? tawamu yang magis itu. Dengan melirik sedikit saja ke arahmu, aku bisa melihat rapinya barisan gigimu yang kau pamerkan saat kau tertawa. menarik .. Boleh aku memotretnya? tapi sama saja. aku malu. pemandangan yang menarik bagiku..
akhirnya, aku hanya merekamnya dalam ingatanku. Aku tidak berani mengarahkan lensa kameraku ke arahmu. belum..

satu hal lagi yang aku sendiri bahkan baru saja menyadarinya. Aku suka, waktu dimana aku melihatmu berjalan di depanku. Melihatmu yang baru saja membasuh wajahmu dengan air. Melihat air yang dengan ramainya membasahi setiap cekung cembung wajahmu. Basah sampai bagian depan rambut di kepalamu yang semuanya kau sibakkan ke belakang saat kau membasuhnya. Rambut yang tidak panjang tapi tidak pantas juga kusebut dengan pendek. Tanpa kukomandopun, dengan sendirinya kedua mataku melihat ke arahmu, menikmati indahnya pemandangan itu. Rambut basahmu yang baru saja tertiup angin dan dengan santainya jatuh ke atas dahimu. Menyenangkan sekali kalau bisa memotretmu saat itu.

Mengagumimu sendirian masih menjadi zona nyamanku dalam kediaman ini. Tidak banyak yang aku lebih tau, namun yang pasti..aku hanya sedang dilanda,,candu.

MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^