Monday, February 2, 2015

monolog : Kau yang Sedang Dilema



Kau yang tak mungkin meninggalkan seseorang
Dan kau yang tak mungkin membuat seseorang meninggalkanmu

Cerita tentang ‘meninggalkan’ dan ‘ditinggalkan’ memang bukan hal asing lagi bagi kita. Karena pada dasarnya apapun yang kita jalani tentu akan ada akhirnya. Seperti sebuah zona nyaman yang sangat menyenangkan untuk kau tinggal di dalamnya. Tidak peduli betapa kau sangat menginginkannya, pada akhirnya kau berpikir tidak seharusnya kau meringkuk nyaman di dalam zona itu lebih lama lagi. Tentu saja karena kau punya sebuah tempat yang kau sebut sebagai rumah, juga sebuah tempat yang sejak awal menjadi tujuanmu.
Analogi yang tidak terlalu buruk kan untuk masalahmu? Kau yang tak mungkin meninggalkan seseorang yang pertama kali membawamu keluar rumah dan membuatmu berani menentukan harapan penuh arti sebagai tujuan bersama. Dan di sisi lain kau yang juga tak mungkin membuat seseorang lain yang kau temui di tengah perjalananmu dan menciptakan zona nyaman terkhusus hanya untukmu tiba-tiba meninggalkanmu. Tentu saja, kau sedang berpikir bahwa tak mungkin kau meninggalkan orang pertama. Tak mungkin pula untuk membuat orang kedua meninggalkanmu begitu saja. Kau jelas berbohong kalau kau memungkiri kenyataan bahwa kau membutuhkan keduanya, orang pertama yang mungkin kau cintai dan orang kedua yang mungkin membuatmu merasa spesial. Kau hanya terlalu takut untuk kehilangan salah satunya.
Adilkah? Tentu saja pertanyaan itu tak hanya sekali atau dua kali terlintas di benakmu. Ah, semua ini hanya akan terasa adil ketika orang yang kau cintai adalah orang yang juga membuatmu merasa nyaman. Namun ketika itu adalah dua orang yang berbeda? Bagian mana yang akan membuatnya terlihat adil? Begitulah kau mengatur keadaan. Kau memilih jalan tengah. Kau membenarkan keputusanmu dengan alasan untuk kebaikan bersama, tentu saja. Hanya dengan begitu kau bisa membuatnya terlihat adil bersama. Tapi bukankah jalan tengah itu semu? Kau tahu betul kau telah melalaikan satu celah penting tapi kau berusaha mengabaikannya. Apakah itu? Kau tahu sendiri jawabannya.
Selalu ada waktu untuk menjelaskan. Selalu ada waktu untuk meluruskan. Hanya saja permasalahannya adalah apakah kau memanfaatkan kesempatan itu? Kebanyakan pasti menganggap kesempatan pertama sebagai angin lalu. Padahal hanya karena kau merasa tidak siap. Sampai akhirnya kau berpikir kau sudah mengambil terlalu banyak waktumu untuk menikmati keadaan. Sedangkan kau tak lagi menemukan kesempatan serupa yang selalu kau lewatkan. Jadi bagaimana? Maka kau memilih untuk membuat kesempatan itu ada untukmu sendiri. Ya, memang seharusnya begitu.
Pada akhirnya kau memutuskan untuk mengakhiri apa yang semestinya tidak pernah kau awali. Tidak, kau tidak menyalahkan siapapun atas apa yang sudah kau lalui. Tentu saja, bukankah terlalu berharga untuk disalahkan? Karena sadar atau tidak, kau menikmatinya. Kau bahkan berusaha untuk mengakhirinya dengan baik. Sakit? Tentu saja kau pasti mendapatkannya. Sakit karena pada akhirnya kau harus melukai seseorang. Sakit karena kau harus membuat orang itu meninggalkanmu saat sebenarnya kau juga menginginkannya. Sakit karena keesokan harinya kau harus melihat wajah itu berpaling dari arahmu. Sakit karena keadaan berbalik begitu cepat, begitu tiba-tiba. Sakit karena kau mengira kau akan baik-baik saja tapi ternyata tidak, kau tidak baik-baik saja.
Jadi bagaimana selanjutnya? Tentu saja kau harus kembali. Tidak, kau tidak harus kembali. Kau hanya harus melanjutkan apa yang semestinya kau perjuangkan. Memperbaiki apa yang telah kau lewatkan. Membuat dirimu kebal atas apa yang melemahkan. Dan yang paling tahu tentu bukan lain adalah dirimu sendiri. Menjadi siapa yang kau inginkan.

Menjadi yang meninggalkan
Atau menjadi yang ditinggalkan
Hanyalah tentang menjadi siapa yang kau inginkan

MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^