Wednesday, August 28, 2019

Manten Anyar Tapi LDR ?

Assalamu'alaikum ^^

Selamat pagi menjelang siang!
Dimanapun dan sesibuk apapun kita sekarang, semoga kita tetap dalam kondisi sehat dan prima, serta berada dalam naungan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aamiin

...

Ladies, tahu tidak?
Post aku yang sebelumnya, itu sebenarnya adalah hari pertama aku dan suami jauh-jauhan. Bukan jauh-jauhan dalam artian marahan atau yang negatif-negatif itu, tapi jauh-jauhan disini maksudnya adalah LDR. Long Distance Relationship. Atau ada juga yang menyebutnya LDM alias Long Distance Marriage. >,<

Kenapa LDR?
Jawabannya panjang. Tapi kalau diringkas, adalah karena sekarang ini aku berada di posisi yang membuatku belum bisa ikut suami. Kalau mau diperpanjang lagi jawabannya, adalah karena aku masih berstatus mahasiswa dan masih ada kuliah yang harus aku selesaikan. Pun aku masih menyusun dan melakukan penelitian terkait tesisku. 

(Plis doain aku semoga bisa ngerjain tesis dan kuliahnya dengan baik dan benar serta lancar. Doain segera lulus dan bisa mengamalkan ilmunya yaaa plis) >,<

Kalau belum bisa ikut suami, kenapa sudah yakin untuk menikah?
Ladies, aku yakin di antara kalian semua yang tahu keadaan aku ataupun yang baru baca blog ini pasti ada yang bertanya-tanya tentang hal ini.
Jadi begini... Ladies, menikah itu adalah ibadah. Ini adalah teori yang semua orang sudah pasti ketahui. Aku juga tahu itu. Tapi apakah hanya dengan itu, seseorang bisa langsung yakin untuk menikah? Bisa. Ada. Tapi mungkin tidak banyak orang juga yang siap menikah dengan berbekal keyakinan demikian. Begitu juga aku. Karena aku juga masuk dalam daftar kebanyakan orang yang berat untuk memutuskan menikah walaupun tahu menikah adalah ibadah. Aku butuh alasan lain. Aku butuh banyak alasan kuat yang bisa meyakinkanku untuk akhirnya yakin ini adalah saat yang tepat bagiku untuk menikah. Tapi tahu tidak apa yang terjadi saat aku mencari alasan-alasan itu? Yang muncul justru dominan dengan keraguan, ketidak siapan, ketakutan, kekhawatiran yang tidak jelas, dan emosi yang tidak menentu.

Karena tak kunjung menemukan alasan, akhirnya di suatu waktu, aku membalik pertanyaan "Kenapa yakin menikah" menjadi "Kenapa tidak?"
Kenapa tidak yakin menikah, padahal umur kita sudah siap dan mencukupi?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal jelas ada seseorang yang datang dan siap menikahi kita?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal keluarga mampu untuk menyiapkan pernikahan kita?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal orang tua juga ingin kita segera berkeluarga dan berbahagia?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal teman-teman yang lain sudah pada menikah?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal kita juga ingin mencintai dan dicintai?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal menikah adalah hubungan yang jelas halalnya dan berpahala?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal ada keluarga yang senang menerima kedatangan kita?

Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, membuatku terkesan menghindar atau bahkan melarikan diri ketika aku mengingkari keadaan-keadaan baik yang saat ini sudah Allah jadikan untukku. Usia yang cukup matang, calon pasangan yang sholih dan baik hati, keluarga yang hangat, ilmu yang cukup, dan bekal harta dunia akhirat yang tidak kurang-kurang. 
Dengan keadaan-keadaan baik ini, kenapa aku masih berpikir tidak yakin untuk menikah? Maka dengan mengucap basmalah, di saat yang sama ketika Bapak mengiyakan lamaran suamiku, aku pun yakin untuk menikah. InsyaAllah dengan ridho Allah, ridho orang tua, dan ridho orang yang akan menjadi suami dan keluarga baruku, aku merasa yakin dan siap belajar untuk menerima.

Maka tepat mulai 13 Agustus 2019 lalu, aku adalah orang yang sudah menikah. Aku tahu dengan siapa aku harus berbakti, mencintai, dan mengabdi. Suamiku, adalah orang terbaik yang sudah disiapkan Allah untuk menjadi imamku di dunia dan semoga sampai di akhirat. Cinta yang halal, kasih yang hangat, dan ikatan pernikahan yang kuat, semoga menjadi ladang ibadah bagiku. Dengan ladang ibadah yang tidak habis-habis ini, aku ingin terus beribadah dan menjadikan hidup kami bergelimang dengan berkah.


Pernikahan di usia muda atau sering disebut 'manten anyar' memang belum tentu langsung bisa melahirkan kondisi rumah tangga yang stabil. Segalanya perlu penyesuaian, apalagi menikah dengan seseorang yang sebelumnya kurang kita kenal. Saling mengenal dulu, saling menyesuaikan dulu, saling jujur-jujuran dulu. Heheheee.

Di post aku yang sebelumnya, aku sudah katakan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun hubungan baik dengan pasangan apalagi di awal pernikahan. Dan betul, karena semua hal memang perlu dan penting untuk dikomunikasikan. 

Kapan dan bagaimana sih kita bisa mulai mencoba mengenal pasangan kita?
Sebenarnya aku juga masih kurang tahu kalau ada yang bertanya seperti ini. Tapi kalau dari pengalaman aku dan hasil sharing dengan beberapa manten yang lain, semuanya bisa dilakukan dengan baik asal timing-nya juga baik. Timing yang baik? Kapan sih? Kalau aku, pernah sedikit-sedikit melemparkan pertanyaan yang agak pribadi begitu saat aku dan suami sedang minum teh bersama. Kubuatkan teh hangat (walaupun aku tidak cukup yakin itu tehnya enak wkwk), duduk bersama, lalu mengobrol. Mengobrol apa saja, sekeluarnya dari mulut, random. Apa minuman kesukaannya, apa makanan favoritnya, menebak-nebak warna kesukaannya, dan sekali juga membicarakan kebiasaannya yang suka memejamkan matanya ketika disuruh berfoto sambil tersenyum. >,< so cute!
Let it flow, ladies. Aku beruntung suamiku adalah orang yang sangat terbuka dan santun kapanpun ia berbicara. Ia selalu tahu bagaimana membuat obrolan itu menjadi komunikatif dua arah. Karena sebenarnya di kebanyakan obrolan dengan orang lain, aku lebih ke tipe yang pendengar aja yang hanya sesekali menimpali obrolan dengan kata seperti oh atau hmmm atau oh begitu atau sejenisnya. >,<
Atau bisa juga di waktu lain seperti saat kita pergi ke luar rumah berdua. Aku pernah kondangan berdua dengan suami, dan di perjalanan pun tiba-tiba aku merasa ada banyak hal yang ingin aku tanyakan ke suami. Tidak terlalu pribadi sih biasanya kalau selagi di perjalanan atau sedang ada acara di luar. Seperti tentang ia sudah pernah kemana saja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana teman-temannya, bagaimana keluarganya, dan lain-lain. Pokoknya mah, aku berusaha memanfaatkan waktu untuk mempelajarinya, mengenalnya, dan menyimpannya dalam memori ingatanku. Harus ada hal baru setiap harinya yang aku tahu tentangnya. Well, ini cuma semacam target pribadi yang apalah-apalah sih. hehe >,<

Tapi ladies, ada satu waktu yang aku juga baru tahu ternyata sangat efektif untuk kita mengobrol dengan suami. Kapan coba? Jawabnya adalah jam-jam menjelang tidur. Jadi, sebelum tidur begitu, adalah kesempatan untuk kita mengobrol banyak hal dengan lebih rileks. Bisa dibilang, kesempatan ini adalah quality time. 
Dan kalau diingat-ingat, memang benar juga, karena sejak malam pertama di hari pernikahanku pun aku tanpa sadar membicarakan hal-hal yang cukup pribadi kepada suamiku. Seperti pengakuan, begitu. Aku jujur padanya mengatakan bahwa keputusan untuk menerima sebuah pernikahan bukanlah keputusan yang mudah dibuat. Aku mengalami masa sulit sebelumnya, dilematis alurnya. Hingga akhirnya aku pun mengatakan bahwa aku juga berharap kami bisa berbahagia bersama, saling menguatkan bersama, saling menjaga bersama. Aku mengatakan ini dan itu, dan suamiku menyimaknya dengan seksama. Dan apa kamu tahu ladies? Dilema pranikah tidak hanya dialami kita para gadis lho, karena suamiku juga bilang padaku bahwa ia pun merasakan dan melalui cobaan yang sama. Tapi ia bersyukur, bahwa kami sama-sama bisa melewati ujian itu dengan baik. Aku juga senang, di hari pertama menikah, kami bisa sama-sama mengungkapkan kegelisahan kami dan mencoba saling menguatkan. Syukron Alhamdulillah.

Tapi sekarang LDR, gimana rasanya?
Pertanyaan ini juga banyak yang tanya. Hahaha. Kalau ditanya secara langsung sih biasanya aku hanya menjawab dengan ekspresi senang lalu diikuti ekspresi sedih. Ekspresi senang karena lucu pertanyaannya diajukan ke aku yang pada dasarnya adalah manten anyar, dan ekspresi sedih karena jawabannya memang sedih harus terpisah jarak. >,<

Manten anyar harusnya lagi anget-angetnya, tapi malah jauh-jauhan. >,<
 
Gimana yaaa rasanya,
sebenarnya ini juga sih yang sedang aku cari jawabannya. Karena jauh dan aku kurang tahu pola pekerjaannya, ini menjadi semacam pertimbangan yang harus aku pikirkan. Masih banyak hal yang aku belum tahu, tapi aku ingin belajar pelan-pelan. Aku harus fokus dengan kuliah dan penelitianku, tapi seringkali juga bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan suami, bagaimana pekerjaannya di sana, apakah ia sehat dan ada waktu untuk beristirahat. Macam-macam sekali, tapi kata orang, ini adalah hal yang wajar untuk kepikiran. "Dinikmati aja," kata salah seorang teman. 
Sementara itu, dapat wejangan juga dari orang tua dan mertua, bahwa kami harus fokus, baik dalam hal bersama dan berumah tangga, juga dalam hal perjuangan masing-masing. Benar juga, kami sedang sama-sama berjuang kok, berjuang sesuai porsi dan keadaannya sekarang.

Tapi, ladies, pada dasarnya semua hal dan keadaan itu harus kita syukuri. Selalu ada hal baik di sana-sini kalau kita mencermati dan memperhatikannya. Kalau diingat-ingat, sebenarnya beberapa hari sebelum akhirnya kami LDR, aku merasa kedekatan kami jauh berkembang pesat. Tidak perlu aku jelaskan detailnya karena contohnya banyak hahaaa tapi yang pasti adalah bahwa setiap waktu yang kita habiskan bersama pasangan itu adalah waktu yang berharga. We must cherish it well. Dengan begitu, tidak ada waktu yang tidak bisa kita nikmati. Semua waktu yang dilalui menjadi cerita indah, lucu, menyenangkan, bahkan sangat renyah untuk diceritakan. Setiap kegelisahan menjadi sumber kekuatan. Setiap kekhawatiran menjadi sumber keberanian. Setiap ketakutan menjadi alasan untuk terus mendoakan. Bahkan setiap kerinduan bisa menjadi tabungan. Tabungan yang wajib dibayar ketika nanti bertemu kembali. ^^

And you know what, ladies?
Sebenarnya nanti aku akan melakukan sebuah perjalanan. Melipat jarak menjadi semakin dekat agar besok pagi bisa membayar tabungan kerinduanku yang sudah penuh padahal baru seminggu. Heheheheeee.
Sebenarnya khawatir juga karena belum pernah pergi jauh sendirian. Aku bahkan sampai berpesan ke temanku untuk kirim chat terus di Whatsapp agar aku ada teman. >,< 
Tapi ladies, dalam sebuah perjalanan, teman terbaik adalah doa. Untuk itu, sekali lagi aku minta doa dari kamu semua yang membaca blog ini. Doakan aku lancar dan selamat sampai tujuan yaaaaa. Pokoknya jangan bosan ya kalau setiap hari dan setiap aku post di blog mesti isinya aku minta doa terus, memang suka didoain akutuuuuu heheheeeee.

Percayalah, aku juga selalu mendoakan pembaca blog ini terus kok ^^ Semoga kita bisa sama-sama bahagia dan berkah hidupnya. Sehat selalu, sukses selalu, bahagia selalu. Sayangnya, di blog tidak ada fitur yang membuatku tahu siapa-siapa saja yang membaca post ini kalau orangnya tidak comment. Kalau bisa kan menyenangkan sekali. Tapi tenang saja, doaku tetap akan sampai di kamu ^^ karena Allah Maha Tahu ^^
Baiklah, terimakasih waktunya :))))
Wassalamu'alaikum ^^

Saturday, August 24, 2019

Manten Anyar ^,^

Assalamu'alaikum ^^
Good night, ladies :))))
Wanna know my story? 
Siapa tahu kita punya cerita yang sama.. :)))

Alhamdulillah, ini adalah post pertama aku setelah menikah. Kalau dihitung berdasarkan hari, hari ini adalah sebelas hari pasca menikah. Benar bahwa menikah dengan seseorang yang sebelumnya tidak cukup kita kenal adalah hal yang berisiko. Tapi mengenal seseorang setelah menikahinya, mau tidak mau tetaplah merupakan bagian dari tahapan awal dalam usia pernikahan yang masih muda. Kenal maupun tidak, tetap akan ada hal baru yang akan kita ketahui tentang pasangan kita setelah kita menikah dengannya.


Ladies, percaya tidak?
Dalam mengenal seseorang, jarang sekali kita bisa bersikap netral. Seringnya, kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai dan menutup diri dari orang-orang yang kurang menarik perhatian kita. Sadar maupun tidak, kecenderungan sikap yang demikian itu pasti ada pada kita.
Itulah sebabnya, menurut aku pacaran setelah menikah itu adalah hal yang baik. Baik dan 'aman' heheheeeee. Sebenarnya istilah 'pacaran' setelah menikah itu kurang tepat sih, karena pacaran itu berbeda dengan pernikahan. Tapi dalam konteks ini, maksudku adalah mengenal dan berhubungan baik dengan seseorang. get it? nice.

Bagi siapapun yang sedang atau pernah terluka hatinya, biasanya cenderung membentengi diri sendiri dari cinta yang datang menyapa. Tapi kalau kepada seseorang yang langsung datang mengetuk pintu rumah bersama orang tuanya dan meminta ijin ayahmu untuk menikahimu, bisakah kamu menolak? Tidak, ladies. You can't. Suka tidak suka, biasanya itu nomer sekian. I guess you know yakan bahwa para orang tua biasanya punya penilaian sendiri-sendiri tentang bagaimana kriteria calon mantu yang idaman itu.

Kalau ditantang jujur-jujuran, aku mengaku aku baru mulai membuka diri saat akhirnya suamiku datang melamarku. Sebelumnya, anggapanku hanya bertahan di status "anaknya temannya orang tua". Kenapa? as I mention before, kenal seseorang sekedarnya saja. Daripada sudah kenal tapi ujungnya bukan pasangan kita. heheheee
Tidak masalah, tidak apa-apa, memang begitu fasenya. Nyatanya, cintanya aku baru tumbuh saat akad ijab sah tersempurnakan dan aku sah menjadi istri dari suamiku. Mulai detik itu, aku bertekad memberikan seluruh rasa cinta, kasih, dan pengabdian seorang istri kepadanya sebagai seorang suami.

Berbekal tekad dan harapan atas kebahagiaan bersama, rasa untuk ingin mengenalnya pun menyeruak. Aku ingin mengenalinya. Mengenali kelebihannya, mengenali kekurangannya, mengenali apa yang disukainya, mengenali apa yang kurang disukainya, mengenali setiap detail dari dirinya. Mengenali semua yang berkaitan dengannya.

Dan asal kamu tahu, sekarang aku masih di tahapan itu. Maklum lah ya wong manten anyar. Never tired of every inch about him.
Bahkan pandangan mata dan senyum lebarnya pun masih terasa baru setiap harinya. Begitulah kiranya, kenapa mengenal seseorang setelah menikah bisa membuatmu jatuh cinta terus setiap hari. Karena aku pun begitu. Jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama, tapi terasa baru setiap harinya.

Komunikasi!
Komunikasi adalah hal yang saaaaaaaaangat penting. Semua hal itu perlu dan penting untuk dikomunikasikan. Apalagi aku sadar betul komunikasi sejatinya adalah kekurangan aku. Aku orangnya susah atau payah dalam hal komunikasi. Tapi, pada dasarnya tidak ada orang yang tidak ingin dipahami. Untuk bisa dipahami, seseorang harus mengkomunikasikan apapun yang menjadi doa, harapan, bahkan kecemasannya. Untuk bisa dipahami, seeorang juga harus belajar memahami. Di sinilah peran komunikasi itu sangat menentukan. Komunikasi yang baik, insyaAllah melahirkan tanggapan yang baik pula.

Beruntungnya aku, suamiku saaaaaangat komunikatif dan dewasa. Aku belajar banyak hal dan dibimbing dengan gentle sehingga aku tidak sungkan atau malu bertanya ketika memang ada sesuatu yang tidak aku ketahui.

And you know what?
Selain komunikasi, aku baru tahu bahwa ada satu lagi hal yang tidak kalah penting. Guess what?
Humor!
Dalam membangun hubungan dan komunikasi yang baik, perlu diselipi dengan humor. Selera humor setiap orang tidak selalu sama, tetapi percayalah bahwa humor juga bisa diciptakan. Bisa dicoba dengan sesekali ngomong yang nggak bermutu. >,< Bukan lagi kualitas inti obrolan, akan tetapi suasana santai dan menyenangkan itulah yang bisa kita ciptakan dan sesuaikan dengan setelan humornya kita.
Karena biar bagaimanapun, suasana obrolan yang menyenangkan itu sangat menentukan dalam upaya membangun komunikasi yang positif.
(Berharap aja lama-lama bisa nyiptain humor yang bermutu wkwkwk)

But, ladies, 
Tahu tidak?
Aku baru tahu dan baru sadar kalau ternyata aku orangnya receh banget! 
itu loh, yang meskipun bagi orang lain tidak lucu atau tidak mengundang kebahagiaan, bagiku malah lucu dan bisa bikin ketawa sendiri seneng sendiri.  

Nggak banget sih, tapi ada untungnya juga loh!
Kabar baiknya adalah..... gampang bikin orang receh bahagia! >,<

Dipuji sedikit, bahagia. >,<
Diguyonin sedikit, bahagia. >,<
Dibawain nasi bungkus dari masjid setelah jum'atan, bahagia. >,<
Dielus sedikit, bahagia. >,<
Disayang sedikit, bahagia. >,<
Disayang banyak, yaaaaa tambah-tambah lah bahagianya. >,<


Intinya, post aku kali ini enggak ada intinya.
Cuma ingin sharing beberapa kesan yang berkesan saja. Heheheee.
Karena manten anyarnya masih dalam hitungan hari, belum banyak yang bisa diceritain. Baru ini dan itu. Belum kesana-sana.
Yah, untuk kamu/anda/njenengan/sampean yang baca post ini, aku sungguh minta didoain yaaa. Doa untuk aku, suamiku, dan kebahagiaan kami berdua, atas kebermanfaatan serta kebarokahan pernikahan kami berdua. Doakan semoga bisa memberikan cucu untuk orang tua kami, cucu yang lucu, yang sholih-sholihah dan manfaat dunia akhirat. Doakan juga semoga kami bisa menjaga amanah dan menjaga esensi dan nilai mulia dari sebuah pernikahan yang dilandasi iman dan islam serta ridho Allah SWT.

Untuk kamu yang sudah menikah, semoga senantiasa dilimpahkan barokah manfaat dan lancar segala hajat. Untuk yang belum menikah, jangan galau, jodoh tidak kemana. Karena jodoh itu adaaaaaaa saja. Ada saja jalannya untuk akhirnya bisa ketemu.

Baiklah, sekian untuk kali ini.
bye!
Wassalamu'alaikum :))))))

MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^