Tuesday, December 10, 2019

Ketemu (lagi)

Assalamu'alaikum, Ladies !!!

^^
Pripun Kabare?
Ada kabar baik apa lagi hari ini?

^^

Alhamdulillah ya...
Aku senang, akhir-akhir ini banyak sekali dapat kabar bahagia dari teman-teman sekalian.
Ada yang baru saja lamaran, ada yang sebar undangan, dan ada juga yang habis melahirkan.
Yeeeeeyyyyyyy, selamat yaaa ladies-ladies kesayangan aku :))))

Tidak terasa yah, ternyata sudah dua bulan aku diam. Pantas saja, mulai banyak pertanyaan-pertanyaan seperti "kok nggak nulis lagi sih di blog?" atau "mana nih kok belum ada cerita baru lagi sih?" atau bahkan ada yang menyimpulkan seperti "udah nggak anget lagi ya kok nggak ada cerita baru tentang suami-istri lagi?" Hahaha... 

You guys are really the best real reminder !

Well, jadi gini ya, ladies.. 
You know lah kalau perempuan yang menikah belum lama tapi udah jauh-jauhan sama suami itu kayak apa kekosongannya, try to imagine deh. Hmmm kalau susah untuk dibayangkan yaaaa pokoknya kurang lebih seperti apa yang aku ceritakan di post aku sebelumnya.
Tapi fortunately, berkat blog post aku yang lalu itu, aku jadi tahu ada beberapa dari kalian yang ternyata LDR-an juga dengan suaminya. Hayoloh. Ternyata kita podo ae! >,<

---
Tapi, ladies, apapun keadaan kita selalu ada tempat dan waktu untuk bersyukur kok. Eh tidak terikat tempat dan waktu juga sih, maksudku bersyukur itu bisa kapan saja dan dimana saja. Begitu maksudku, ladies~

Seperti yang pernah aku tuliskan di post sebelumnya, dengan kita menikah itu berarti ada suami yang menjadi ladang ibadah kita. Disebut ladang ibadah karena kita bisa menanam dan memanen ibadah apapun yang pahalanya tidak akan habis-habis. Apapun yang kita lakukan dengan dan atau untuk mendapatkan ridho suami, insya Allah akan bernilai ibadah kita bagi kita seorang istri. Walaupun mungkin saat ini kita LDR dengan suami, tetap ada amanah yang harus kita jaga. Ada tanggung jawab yang harus kita tunaikan. Ada komunikasi yang harus kita lancarkan.

Demi apa?
Demi kebahagiaan kita.
Hehehe...
 
...

Next!
Aku penasaran, ladies, berapa sih waktu paling lama kamu pernah LDR dengan suami?
For me, itu satu bulan. 
Kalau tidak salah, dari tanggal 10 bulan November dan baru ketemu lagi tanggal 8 Desember. Yaaaaaaa tidak benar-benar sebulan sih, tapi pembulatan itu juga bukan pelanggaran kan >,<

Jadi sudah ketemu lagi nih?
Hehehehehhehehehehhehehehehehehehhehe ^,^
Can't stop my self from smiling just because thinking about it!

...

Distance gives us a reason to love harder. 
Itu adalah satu dari beberapa quotes yang pernah aku baca di Pinterest. Dan ya, tiba-tiba kata-kata itu terngiang di otakku begitu kami bertemu (lagi). 
After a month... a month means four weeks... a month means thirty days.

Don't worry, because time flies so fast.
Tapi sayangnya, waktu berputar begitu lambat bagi kita yang sedang menghitung.

Dalam 30 hari itu, tak terhitung berapa menit kami habiskan untuk sekedar voice call atau video call. Tak terhitung berapa kali keluhan aku tahan yang meskipun ditahan akhirnya terucapkan juga kepada suami. Tak terhitung berapa kali candaan receh yang kuusahakan meskipun tidak lucu tapi penting bagiku demi mengulur waktu agar suami tahu aku ingin lebih lama lagi berbincang.

Iya, aku baru tahu aku bisa jadi semanja itu. Hahaha.
And I am just realized, it turns out that my feeling for him is developed in time.
This is not my plan, but this is a good thing to know.
Even I pretend that I don't. 
wkwkwk

Yah, setiap pasangan baru katanya pasti ada fase kekhawatiran dimana ada perasaan semacam "How if his feeling for me is not as big as I love him?" Bahkan pasangan yang sudah menikah pun terkadang diselimuti perasaan takut bertepuk sebelah tangan. Gengsi, lebih tepatnya.
>,<

Tapi, ladies, ternyata perasaan semacam itu tidak penting sama sekali. Even the world know that you are loved, ladies. Jadi berbahagialah.. bermanja-manjalah.. mumpung ada pertemuan.. mumpung the person you love and the body you missed is standing in front of you right now. Uwuwuwuwuuwu :)))

Kalau kita gengsi, kita juga yang rugi.
Ya nggak, ladies? :)
Uwuwuwuuwuwuuwuw :))

...

Dalam jangka waktu LDR sebulan ini, ada beberapa hal baru yang bisa aku pelajari. 
Man never craved attention, until he tastes ours.
but man never asked too many, until we give his the chance..

Biasanya tingkat kebutuhan perempuan akan hal perhatian itu lebih tinggi, tapi setelah menikah, laki-laki ternyata juga tidak jarang ingin diperhatikan lebih oleh istrinya. Ada pola kebiasaan yang perlahan menjadi ketergantungan disana. Even sometimes loving a husband is looked like raising a child. Yaaaa karena manjanya suami tuh lucu-lucu gitu deh. heheheeee.. >,<
Btw, kalau suami kamu manjanya gimana nih ladies? >,< 
Yang jelas agak beda yaa sama manjanya perempuan. Kita-kita kan kalau manja ya awalnya mesti pakai acara caper-caper dulu gitu, gegara pengen diperhatiin gitu deeeeeh. >,<

Man never cared of other business, until he wonder ours.
but man never asked questions, until we give his the clue..

Tidak ada suami yang tidak ingin tahu lebih banyak tentang istrinya, ladies. Percayalah. Tapi memiliki suami yang super sibuk dengan segala aktivitasnya di luar rumah, seringkali membuatnya lelah. Sehingga tidak heran, ketika pulang, lelahnya suami mudah terobati hanya dengan melihat wajah ceria dan pelukan hangat dari istri. Meskipun secara sederhana ini sudah cukup, tapi ada beberapa waktu yang jika kita melakukan lebih banyak lagi akan sangat menguntungkan bagi kita, ladies. 

Melakukan lebih banyak lagi?
Ya.

Misal, mulai membuka obrolan ringan agar suami bisa perlahan bersantai baik pikiran maupun fisiknya. Kita juga bisa ceritakan sedikit-sedikit tentang hal-hal menyenangkan yang berkesan bagi kita. Kadang pun ada kalanya juga kita perlu mengeluhkan hal-hal yang kurang menyenangkan bagi kita. Tidak bermaksud membuat suami tambah khawatir, tapi even the little thing of us can makes him in peace if he knows it.
Justru akan sangat tidak enak, kalau suami tahu kegelisahan kita dari orang lain, ya kan?
Biar bagaimanapun, kebahagiaan dan ridho suami bisa jadi jalan ibadah dan rasa bakti bagi kita para istri. Padahal seringkali kebahagiaan suami itu berasal dari kebahagiaan kita. Ya begitulah sebenarnya mengapa ikatan pernikahan bisa melahirkan sebuah ketergantungan mutlak yang tidak bisa dipungkiri. Ibarat reaksi, ya udah kayak reaksi reversible gitu. Bolak-balik dua arah. Ibarat kata, ya udah kayak jika-maka gitu. 
Jika suami bahagia, istri bahagia. Jika istri bahagia, suami bahagia.
Ya pokoknya semoga kita bahagia terus. Gitu harapannya. wkwkwkwk

...

Dan satu hal lagi, satu hal yang perlu kita syukuri ketika kita LDR dengan suami adalah... kita bisa jatuh cinta berkali-kali. Setiap jarak menghasilkan rindu. Setiap rindu butuh pertemuan. Setiap pertemuan melahirkan cinta. Cinta yang baru. Cinta yang diperbarui.
Udah kayak pasangan baru terus setiap kali ketemu setelah LDR beberapa waktu.
Bukan kayak punya suami baru. Suaminya ya tetep satu itu.
Hehehehhehe >,<


Sudah ya :)
Aku cari cerita baru lagi dulu.
See you next post, ladies !
Wassalamu'alaikum :)

Sunday, October 27, 2019

Biar anget terus, katanya.

Assalamu'alaikum ^^
Selamat malam, ladies :)
..
Apa kabar?
Ada kabar baik apa hari ini?
..
Seperti hari kemarin, semoga hari ini kita juga dapat menemukan banyak hal baik untuk menambah rasa syukur kita ya, ladies :)
..
Terakhir post di blog ternyata bulan Agustus. Kalau sekarang sudah Oktober, berarti sudah hampir dua bulan nggak nulis di blog dong? wah, proyek nulis yang niatnya mau istiqomah minimal sekali setiap bulan ternyata masih bolong-bolong nih. Isih kendo, kalau orang jawa bilang.
..
Tesis aja belum digarap, apalagi blog wkwk
Ya Allah khilaf. >,<
..
Well, sebenarnya ada banyak sekali cerita dan pengalaman baru aku di dua bulan terakhir ini, ladies. Tapi tidak bisa semuanya langsung aku tulis sekaligus, nanti malah kamu yang bingung bacanya, hehehe.
..
Jadi gini,
kemarin, ada seorang teman yang tiba-tiba kasih pertanyaan kepadaku.
Kira-kira pertanyaannya begini, "Mbak, kamu kan sama suami LDR tuh, nah kalau kamu pas kangen sama suami, terus apa dong yang kamu lakuin?"
Pertanyaan umum sih sebenarnya, tapi jawabnya susah.
Kenapa? 
Karena 'dipikir'
But please, ladies, kalau kamu dapat pertanyaan seperti ini, jangan dipikirin. It's okay. You are loved, ladies. Jarak hanya ukuran, rasa rindu bisa ditabung, dan waktu itu seringkali berjalan cepat. Sabar-sabar aja, hehehe >,<
Masalah kamu mau ngapain kalau pas kamu kangen, itu terserah kamu. Iya kan? We have our own way to solve, right? 
...
Cuman, akhir-akhir ini aku juga baru dapat wejangan dari para tetua nih ladies. Panjang lebar sih wejangan-wejangannya, tapi singkatnya begini...buat kita yang masih punya label 'manten anyar' jangan sampai hilang 'anyar'-nya. Eman-eman, kata orang-orang tua di luar yang memperhatikan. >,<
..
Lagi-lagi yang perlu diperhatikan adalah komunikasi! Komunikasi adalah hal yang saaaaangat penting. Ibarat media, kalau media yang digunakan tidak sesuai, maka tidak ada interaksi yang berarti. Komunikasi itu naluri, naluri yang perlu dibangun dan dipelajari.
Dipelajari?
Iya, komunikasi juga perlu dipelajari.
Kenapa?
Karena beda orang, beda cara kita berkomunikasi.
Komunikasi itu subjektif,
Bahkan satu kalimat yang sama, bisa berbeda-beda kesan atau penyampaiannya tergantung orangnya.
 ..
Seberapa lama kita mengobrol dengan pasangan kita setiap harinya?
Seberapa sering berkirim pesan setiap harinya?
Seberapa sering telponan kalau lagi jauh darinya?
Seberapa sering bertukar canda tawa setiap harinya?
Seberapa banyak yang kita tahu tentang aktivitas dia setiap harinya?
...
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah beberapa pertanyaan yang aku dapatkan beberapa hari terakhir ini. Repot juga jawabnya tapi aku jawab seadanya aja ya kan. Tapi, ladies, mungkin komunikasi tidak terukur mutlak dengan ukuran semacam ini saja. Hahaha cari pembenaran >,<
Banyak parameter yang bisa digunakan untuk mengukur komunikasi seperti apa yang kita butuhkan. Karena, bisa saja, kita dan pasangan kita memiliki tempo yang tidak sama. Priority, I mean. Prioritas setiap orang itu berbeda, dan hal ini mempengaruhi aktivitas dan porsi waktu yang diluangkan.
...
Sedangkan komunikasi adalah kebutuhan. Kebutuhan yang tidak secara khusus ada waktu tersendiri untuk dipelajari. Ibarat kata, komunikasi itu dipelajari sambil dijalani. Gapaham kan? Aku juga gangerti sih. >,<
Pokok komunikasi ini hal mendasar yang penting yang harus segera dipelajari agar kita dan pasangan kita bisa sama-sama mengerti dan menghargai.
...
Itulah kenapa, aku berpikir komunikasi itu bergantung dengan siapa subjeknya.
Namun demikian, yang harus disadari adalah bahwa komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan dua arah. Di sinilah, penyesuaian mengambil perannya untuk mengamati dan menentukan seberapa efektif suatu metode komunikasi untuk diaplikasikan.
And yeah, aku juga begitu, masih di tahap penyesuaian untuk mencari bagaimana cara berkomunikasi yang efektif agar aku dan suami sama-sama enak. hehehe.
Biar anget terus, katanya.
Aduh, semoga suami lagi nonton bola aja jadi nggak baca blog post ini, isin aku! >,<
Tapi dikatakan juga, katanya, menjalin hubungan itu tidak perlu terburu-buru. Tapi jaman sekarang semuanya kan serba cepet yak, kalau nggak dipikir sekarang, keburu udah lawas duluan nanti susah ngubah temponya. yakan. yadong.
...
Tapi benarkah ada komunikasi yang berjalan baik terus?
Katanya sih ada, ada pasangan yang hubungannya harmonis terus, hangat terus, lancar terus, tidak pernah ada pertengkaran apapun sekecil apapun.
Tapi, katanya hubungan yang baik terus seperti itu juga tidak sebaik kelihatannya. Katanya, setiap pasangan harus pernah mengalami pertengkaran paling tidak sekali untuk bisa saling mengerti. Tapi entahlah, kalau ini aku hanya dengar dari karakter-karakter sesepuh di drama korea yang dulu kutonton haha.
...
Tapi kalau kita termasuk orang yang kurang pandai dalam hal komunikasi, gimana dong?
Nah ini. Ini pertanyaan yang jauh lebih sulit.
Karena aku juga salah satunya. Aku juga termasuk orang yang susah dalam hal komunikasi.
Tapi sih, katanya, lagi-lagi katanya, kalau untuk menjalin komunikasi terhadap pasangan, kita nggak butuh keahlian. Katanya cuma butuh niat dan penyesuaian. Nahloh.
...
Buat kamu yang sudah lama atau baru saja menikah sudah pasti tahu bahwa semua manten anyar itu butuh penyesuaian. Disadari maupun tidak, seiring waktu kita akan berusaha menyesuaikan diri kita terhadap suami. Pun suami juga secara alami akan menyesuaikan dengan bagaimana kita. Hal itu sudah naluri, sudah alami, memang prosesnya begitu.
...

Seasing apapun seseorang dengan pasangannya, kalau sudah menikah, maka pasti ada pola hidupnya yang berbeda dari sebelum menikah. Ada gaya tarik-menarik, gaya tolak-menolak, macam-macam. Semua perubahan itu mengikuti pola hidup bersama. Yakalik udah nikah masak hidupnya masih nafsi-nafsi. Yakan.
...
So, ladies, untukmu yang baru saja menikah, kuucapkan selamat menikah, selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah, setiap hari menjadi berkah karena punya suami itu berarti punya ladang ibadah.
...
Ladang ibadah itu pahalanya nggak abis-abis loh! :)
...
Untuk pasangan lawas yang sudah menikah, semoga bisa awet terus, bisa selalu menemukan ritme keharmonisan, bisa menemukan celah-celah canda tawa di tengah urusan dunia yang semakin ruwet ini. Nggak perlu gengsi-gengsian, nggak perlu tunggu-tungguan, nggak perlu cuek-cuekan. Tinggal jalan sambil video call-an. Heuheu.
...
Pokoknya mah gimana caranya biar anget terus.
Masak kalah sama segelas cokelat panasku, yang sampe tetes terakhirnya pun masih anget, masih manis. Hehehe.

Udah ah.
Salam! ^^

Wednesday, August 28, 2019

Manten Anyar Tapi LDR ?

Assalamu'alaikum ^^

Selamat pagi menjelang siang!
Dimanapun dan sesibuk apapun kita sekarang, semoga kita tetap dalam kondisi sehat dan prima, serta berada dalam naungan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aamiin

...

Ladies, tahu tidak?
Post aku yang sebelumnya, itu sebenarnya adalah hari pertama aku dan suami jauh-jauhan. Bukan jauh-jauhan dalam artian marahan atau yang negatif-negatif itu, tapi jauh-jauhan disini maksudnya adalah LDR. Long Distance Relationship. Atau ada juga yang menyebutnya LDM alias Long Distance Marriage. >,<

Kenapa LDR?
Jawabannya panjang. Tapi kalau diringkas, adalah karena sekarang ini aku berada di posisi yang membuatku belum bisa ikut suami. Kalau mau diperpanjang lagi jawabannya, adalah karena aku masih berstatus mahasiswa dan masih ada kuliah yang harus aku selesaikan. Pun aku masih menyusun dan melakukan penelitian terkait tesisku. 

(Plis doain aku semoga bisa ngerjain tesis dan kuliahnya dengan baik dan benar serta lancar. Doain segera lulus dan bisa mengamalkan ilmunya yaaa plis) >,<

Kalau belum bisa ikut suami, kenapa sudah yakin untuk menikah?
Ladies, aku yakin di antara kalian semua yang tahu keadaan aku ataupun yang baru baca blog ini pasti ada yang bertanya-tanya tentang hal ini.
Jadi begini... Ladies, menikah itu adalah ibadah. Ini adalah teori yang semua orang sudah pasti ketahui. Aku juga tahu itu. Tapi apakah hanya dengan itu, seseorang bisa langsung yakin untuk menikah? Bisa. Ada. Tapi mungkin tidak banyak orang juga yang siap menikah dengan berbekal keyakinan demikian. Begitu juga aku. Karena aku juga masuk dalam daftar kebanyakan orang yang berat untuk memutuskan menikah walaupun tahu menikah adalah ibadah. Aku butuh alasan lain. Aku butuh banyak alasan kuat yang bisa meyakinkanku untuk akhirnya yakin ini adalah saat yang tepat bagiku untuk menikah. Tapi tahu tidak apa yang terjadi saat aku mencari alasan-alasan itu? Yang muncul justru dominan dengan keraguan, ketidak siapan, ketakutan, kekhawatiran yang tidak jelas, dan emosi yang tidak menentu.

Karena tak kunjung menemukan alasan, akhirnya di suatu waktu, aku membalik pertanyaan "Kenapa yakin menikah" menjadi "Kenapa tidak?"
Kenapa tidak yakin menikah, padahal umur kita sudah siap dan mencukupi?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal jelas ada seseorang yang datang dan siap menikahi kita?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal keluarga mampu untuk menyiapkan pernikahan kita?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal orang tua juga ingin kita segera berkeluarga dan berbahagia?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal teman-teman yang lain sudah pada menikah?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal kita juga ingin mencintai dan dicintai?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal menikah adalah hubungan yang jelas halalnya dan berpahala?
Kenapa tidak yakin menikah, padahal ada keluarga yang senang menerima kedatangan kita?

Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, membuatku terkesan menghindar atau bahkan melarikan diri ketika aku mengingkari keadaan-keadaan baik yang saat ini sudah Allah jadikan untukku. Usia yang cukup matang, calon pasangan yang sholih dan baik hati, keluarga yang hangat, ilmu yang cukup, dan bekal harta dunia akhirat yang tidak kurang-kurang. 
Dengan keadaan-keadaan baik ini, kenapa aku masih berpikir tidak yakin untuk menikah? Maka dengan mengucap basmalah, di saat yang sama ketika Bapak mengiyakan lamaran suamiku, aku pun yakin untuk menikah. InsyaAllah dengan ridho Allah, ridho orang tua, dan ridho orang yang akan menjadi suami dan keluarga baruku, aku merasa yakin dan siap belajar untuk menerima.

Maka tepat mulai 13 Agustus 2019 lalu, aku adalah orang yang sudah menikah. Aku tahu dengan siapa aku harus berbakti, mencintai, dan mengabdi. Suamiku, adalah orang terbaik yang sudah disiapkan Allah untuk menjadi imamku di dunia dan semoga sampai di akhirat. Cinta yang halal, kasih yang hangat, dan ikatan pernikahan yang kuat, semoga menjadi ladang ibadah bagiku. Dengan ladang ibadah yang tidak habis-habis ini, aku ingin terus beribadah dan menjadikan hidup kami bergelimang dengan berkah.


Pernikahan di usia muda atau sering disebut 'manten anyar' memang belum tentu langsung bisa melahirkan kondisi rumah tangga yang stabil. Segalanya perlu penyesuaian, apalagi menikah dengan seseorang yang sebelumnya kurang kita kenal. Saling mengenal dulu, saling menyesuaikan dulu, saling jujur-jujuran dulu. Heheheee.

Di post aku yang sebelumnya, aku sudah katakan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun hubungan baik dengan pasangan apalagi di awal pernikahan. Dan betul, karena semua hal memang perlu dan penting untuk dikomunikasikan. 

Kapan dan bagaimana sih kita bisa mulai mencoba mengenal pasangan kita?
Sebenarnya aku juga masih kurang tahu kalau ada yang bertanya seperti ini. Tapi kalau dari pengalaman aku dan hasil sharing dengan beberapa manten yang lain, semuanya bisa dilakukan dengan baik asal timing-nya juga baik. Timing yang baik? Kapan sih? Kalau aku, pernah sedikit-sedikit melemparkan pertanyaan yang agak pribadi begitu saat aku dan suami sedang minum teh bersama. Kubuatkan teh hangat (walaupun aku tidak cukup yakin itu tehnya enak wkwk), duduk bersama, lalu mengobrol. Mengobrol apa saja, sekeluarnya dari mulut, random. Apa minuman kesukaannya, apa makanan favoritnya, menebak-nebak warna kesukaannya, dan sekali juga membicarakan kebiasaannya yang suka memejamkan matanya ketika disuruh berfoto sambil tersenyum. >,< so cute!
Let it flow, ladies. Aku beruntung suamiku adalah orang yang sangat terbuka dan santun kapanpun ia berbicara. Ia selalu tahu bagaimana membuat obrolan itu menjadi komunikatif dua arah. Karena sebenarnya di kebanyakan obrolan dengan orang lain, aku lebih ke tipe yang pendengar aja yang hanya sesekali menimpali obrolan dengan kata seperti oh atau hmmm atau oh begitu atau sejenisnya. >,<
Atau bisa juga di waktu lain seperti saat kita pergi ke luar rumah berdua. Aku pernah kondangan berdua dengan suami, dan di perjalanan pun tiba-tiba aku merasa ada banyak hal yang ingin aku tanyakan ke suami. Tidak terlalu pribadi sih biasanya kalau selagi di perjalanan atau sedang ada acara di luar. Seperti tentang ia sudah pernah kemana saja, bagaimana pekerjaannya, bagaimana teman-temannya, bagaimana keluarganya, dan lain-lain. Pokoknya mah, aku berusaha memanfaatkan waktu untuk mempelajarinya, mengenalnya, dan menyimpannya dalam memori ingatanku. Harus ada hal baru setiap harinya yang aku tahu tentangnya. Well, ini cuma semacam target pribadi yang apalah-apalah sih. hehe >,<

Tapi ladies, ada satu waktu yang aku juga baru tahu ternyata sangat efektif untuk kita mengobrol dengan suami. Kapan coba? Jawabnya adalah jam-jam menjelang tidur. Jadi, sebelum tidur begitu, adalah kesempatan untuk kita mengobrol banyak hal dengan lebih rileks. Bisa dibilang, kesempatan ini adalah quality time. 
Dan kalau diingat-ingat, memang benar juga, karena sejak malam pertama di hari pernikahanku pun aku tanpa sadar membicarakan hal-hal yang cukup pribadi kepada suamiku. Seperti pengakuan, begitu. Aku jujur padanya mengatakan bahwa keputusan untuk menerima sebuah pernikahan bukanlah keputusan yang mudah dibuat. Aku mengalami masa sulit sebelumnya, dilematis alurnya. Hingga akhirnya aku pun mengatakan bahwa aku juga berharap kami bisa berbahagia bersama, saling menguatkan bersama, saling menjaga bersama. Aku mengatakan ini dan itu, dan suamiku menyimaknya dengan seksama. Dan apa kamu tahu ladies? Dilema pranikah tidak hanya dialami kita para gadis lho, karena suamiku juga bilang padaku bahwa ia pun merasakan dan melalui cobaan yang sama. Tapi ia bersyukur, bahwa kami sama-sama bisa melewati ujian itu dengan baik. Aku juga senang, di hari pertama menikah, kami bisa sama-sama mengungkapkan kegelisahan kami dan mencoba saling menguatkan. Syukron Alhamdulillah.

Tapi sekarang LDR, gimana rasanya?
Pertanyaan ini juga banyak yang tanya. Hahaha. Kalau ditanya secara langsung sih biasanya aku hanya menjawab dengan ekspresi senang lalu diikuti ekspresi sedih. Ekspresi senang karena lucu pertanyaannya diajukan ke aku yang pada dasarnya adalah manten anyar, dan ekspresi sedih karena jawabannya memang sedih harus terpisah jarak. >,<

Manten anyar harusnya lagi anget-angetnya, tapi malah jauh-jauhan. >,<
 
Gimana yaaa rasanya,
sebenarnya ini juga sih yang sedang aku cari jawabannya. Karena jauh dan aku kurang tahu pola pekerjaannya, ini menjadi semacam pertimbangan yang harus aku pikirkan. Masih banyak hal yang aku belum tahu, tapi aku ingin belajar pelan-pelan. Aku harus fokus dengan kuliah dan penelitianku, tapi seringkali juga bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan suami, bagaimana pekerjaannya di sana, apakah ia sehat dan ada waktu untuk beristirahat. Macam-macam sekali, tapi kata orang, ini adalah hal yang wajar untuk kepikiran. "Dinikmati aja," kata salah seorang teman. 
Sementara itu, dapat wejangan juga dari orang tua dan mertua, bahwa kami harus fokus, baik dalam hal bersama dan berumah tangga, juga dalam hal perjuangan masing-masing. Benar juga, kami sedang sama-sama berjuang kok, berjuang sesuai porsi dan keadaannya sekarang.

Tapi, ladies, pada dasarnya semua hal dan keadaan itu harus kita syukuri. Selalu ada hal baik di sana-sini kalau kita mencermati dan memperhatikannya. Kalau diingat-ingat, sebenarnya beberapa hari sebelum akhirnya kami LDR, aku merasa kedekatan kami jauh berkembang pesat. Tidak perlu aku jelaskan detailnya karena contohnya banyak hahaaa tapi yang pasti adalah bahwa setiap waktu yang kita habiskan bersama pasangan itu adalah waktu yang berharga. We must cherish it well. Dengan begitu, tidak ada waktu yang tidak bisa kita nikmati. Semua waktu yang dilalui menjadi cerita indah, lucu, menyenangkan, bahkan sangat renyah untuk diceritakan. Setiap kegelisahan menjadi sumber kekuatan. Setiap kekhawatiran menjadi sumber keberanian. Setiap ketakutan menjadi alasan untuk terus mendoakan. Bahkan setiap kerinduan bisa menjadi tabungan. Tabungan yang wajib dibayar ketika nanti bertemu kembali. ^^

And you know what, ladies?
Sebenarnya nanti aku akan melakukan sebuah perjalanan. Melipat jarak menjadi semakin dekat agar besok pagi bisa membayar tabungan kerinduanku yang sudah penuh padahal baru seminggu. Heheheheeee.
Sebenarnya khawatir juga karena belum pernah pergi jauh sendirian. Aku bahkan sampai berpesan ke temanku untuk kirim chat terus di Whatsapp agar aku ada teman. >,< 
Tapi ladies, dalam sebuah perjalanan, teman terbaik adalah doa. Untuk itu, sekali lagi aku minta doa dari kamu semua yang membaca blog ini. Doakan aku lancar dan selamat sampai tujuan yaaaaa. Pokoknya jangan bosan ya kalau setiap hari dan setiap aku post di blog mesti isinya aku minta doa terus, memang suka didoain akutuuuuu heheheeeee.

Percayalah, aku juga selalu mendoakan pembaca blog ini terus kok ^^ Semoga kita bisa sama-sama bahagia dan berkah hidupnya. Sehat selalu, sukses selalu, bahagia selalu. Sayangnya, di blog tidak ada fitur yang membuatku tahu siapa-siapa saja yang membaca post ini kalau orangnya tidak comment. Kalau bisa kan menyenangkan sekali. Tapi tenang saja, doaku tetap akan sampai di kamu ^^ karena Allah Maha Tahu ^^
Baiklah, terimakasih waktunya :))))
Wassalamu'alaikum ^^

Saturday, August 24, 2019

Manten Anyar ^,^

Assalamu'alaikum ^^
Good night, ladies :))))
Wanna know my story? 
Siapa tahu kita punya cerita yang sama.. :)))

Alhamdulillah, ini adalah post pertama aku setelah menikah. Kalau dihitung berdasarkan hari, hari ini adalah sebelas hari pasca menikah. Benar bahwa menikah dengan seseorang yang sebelumnya tidak cukup kita kenal adalah hal yang berisiko. Tapi mengenal seseorang setelah menikahinya, mau tidak mau tetaplah merupakan bagian dari tahapan awal dalam usia pernikahan yang masih muda. Kenal maupun tidak, tetap akan ada hal baru yang akan kita ketahui tentang pasangan kita setelah kita menikah dengannya.


Ladies, percaya tidak?
Dalam mengenal seseorang, jarang sekali kita bisa bersikap netral. Seringnya, kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai dan menutup diri dari orang-orang yang kurang menarik perhatian kita. Sadar maupun tidak, kecenderungan sikap yang demikian itu pasti ada pada kita.
Itulah sebabnya, menurut aku pacaran setelah menikah itu adalah hal yang baik. Baik dan 'aman' heheheeeee. Sebenarnya istilah 'pacaran' setelah menikah itu kurang tepat sih, karena pacaran itu berbeda dengan pernikahan. Tapi dalam konteks ini, maksudku adalah mengenal dan berhubungan baik dengan seseorang. get it? nice.

Bagi siapapun yang sedang atau pernah terluka hatinya, biasanya cenderung membentengi diri sendiri dari cinta yang datang menyapa. Tapi kalau kepada seseorang yang langsung datang mengetuk pintu rumah bersama orang tuanya dan meminta ijin ayahmu untuk menikahimu, bisakah kamu menolak? Tidak, ladies. You can't. Suka tidak suka, biasanya itu nomer sekian. I guess you know yakan bahwa para orang tua biasanya punya penilaian sendiri-sendiri tentang bagaimana kriteria calon mantu yang idaman itu.

Kalau ditantang jujur-jujuran, aku mengaku aku baru mulai membuka diri saat akhirnya suamiku datang melamarku. Sebelumnya, anggapanku hanya bertahan di status "anaknya temannya orang tua". Kenapa? as I mention before, kenal seseorang sekedarnya saja. Daripada sudah kenal tapi ujungnya bukan pasangan kita. heheheee
Tidak masalah, tidak apa-apa, memang begitu fasenya. Nyatanya, cintanya aku baru tumbuh saat akad ijab sah tersempurnakan dan aku sah menjadi istri dari suamiku. Mulai detik itu, aku bertekad memberikan seluruh rasa cinta, kasih, dan pengabdian seorang istri kepadanya sebagai seorang suami.

Berbekal tekad dan harapan atas kebahagiaan bersama, rasa untuk ingin mengenalnya pun menyeruak. Aku ingin mengenalinya. Mengenali kelebihannya, mengenali kekurangannya, mengenali apa yang disukainya, mengenali apa yang kurang disukainya, mengenali setiap detail dari dirinya. Mengenali semua yang berkaitan dengannya.

Dan asal kamu tahu, sekarang aku masih di tahapan itu. Maklum lah ya wong manten anyar. Never tired of every inch about him.
Bahkan pandangan mata dan senyum lebarnya pun masih terasa baru setiap harinya. Begitulah kiranya, kenapa mengenal seseorang setelah menikah bisa membuatmu jatuh cinta terus setiap hari. Karena aku pun begitu. Jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama, tapi terasa baru setiap harinya.

Komunikasi!
Komunikasi adalah hal yang saaaaaaaaangat penting. Semua hal itu perlu dan penting untuk dikomunikasikan. Apalagi aku sadar betul komunikasi sejatinya adalah kekurangan aku. Aku orangnya susah atau payah dalam hal komunikasi. Tapi, pada dasarnya tidak ada orang yang tidak ingin dipahami. Untuk bisa dipahami, seseorang harus mengkomunikasikan apapun yang menjadi doa, harapan, bahkan kecemasannya. Untuk bisa dipahami, seeorang juga harus belajar memahami. Di sinilah peran komunikasi itu sangat menentukan. Komunikasi yang baik, insyaAllah melahirkan tanggapan yang baik pula.

Beruntungnya aku, suamiku saaaaaangat komunikatif dan dewasa. Aku belajar banyak hal dan dibimbing dengan gentle sehingga aku tidak sungkan atau malu bertanya ketika memang ada sesuatu yang tidak aku ketahui.

And you know what?
Selain komunikasi, aku baru tahu bahwa ada satu lagi hal yang tidak kalah penting. Guess what?
Humor!
Dalam membangun hubungan dan komunikasi yang baik, perlu diselipi dengan humor. Selera humor setiap orang tidak selalu sama, tetapi percayalah bahwa humor juga bisa diciptakan. Bisa dicoba dengan sesekali ngomong yang nggak bermutu. >,< Bukan lagi kualitas inti obrolan, akan tetapi suasana santai dan menyenangkan itulah yang bisa kita ciptakan dan sesuaikan dengan setelan humornya kita.
Karena biar bagaimanapun, suasana obrolan yang menyenangkan itu sangat menentukan dalam upaya membangun komunikasi yang positif.
(Berharap aja lama-lama bisa nyiptain humor yang bermutu wkwkwk)

But, ladies, 
Tahu tidak?
Aku baru tahu dan baru sadar kalau ternyata aku orangnya receh banget! 
itu loh, yang meskipun bagi orang lain tidak lucu atau tidak mengundang kebahagiaan, bagiku malah lucu dan bisa bikin ketawa sendiri seneng sendiri.  

Nggak banget sih, tapi ada untungnya juga loh!
Kabar baiknya adalah..... gampang bikin orang receh bahagia! >,<

Dipuji sedikit, bahagia. >,<
Diguyonin sedikit, bahagia. >,<
Dibawain nasi bungkus dari masjid setelah jum'atan, bahagia. >,<
Dielus sedikit, bahagia. >,<
Disayang sedikit, bahagia. >,<
Disayang banyak, yaaaaa tambah-tambah lah bahagianya. >,<


Intinya, post aku kali ini enggak ada intinya.
Cuma ingin sharing beberapa kesan yang berkesan saja. Heheheee.
Karena manten anyarnya masih dalam hitungan hari, belum banyak yang bisa diceritain. Baru ini dan itu. Belum kesana-sana.
Yah, untuk kamu/anda/njenengan/sampean yang baca post ini, aku sungguh minta didoain yaaa. Doa untuk aku, suamiku, dan kebahagiaan kami berdua, atas kebermanfaatan serta kebarokahan pernikahan kami berdua. Doakan semoga bisa memberikan cucu untuk orang tua kami, cucu yang lucu, yang sholih-sholihah dan manfaat dunia akhirat. Doakan juga semoga kami bisa menjaga amanah dan menjaga esensi dan nilai mulia dari sebuah pernikahan yang dilandasi iman dan islam serta ridho Allah SWT.

Untuk kamu yang sudah menikah, semoga senantiasa dilimpahkan barokah manfaat dan lancar segala hajat. Untuk yang belum menikah, jangan galau, jodoh tidak kemana. Karena jodoh itu adaaaaaaa saja. Ada saja jalannya untuk akhirnya bisa ketemu.

Baiklah, sekian untuk kali ini.
bye!
Wassalamu'alaikum :))))))

Saturday, June 8, 2019

Kok Bisa Satu Niat Puasa tapi Pahala Seperti Dua Puasa?

Assalamu'alaikum, Ladies!

^^

Mau bayar hutang nih. Kemarin kan udah hutang janji mau post tentang "kok bisa sih satu niat tapi bisa dapat dua pahala puasa?"
(berikut cuplikan postingan sebelumnya)
-----kalau kita berpuasa dengan niat mengganti puasa Ramadhan kita yang bolong, dan ketika kita berpuasa itu ternyata bertepatan dengan bulan Syawal, InysaAllah kita dapat 2 keuntungan. Hutang puasa Ramadhan kita terbayar, plus dapat pahala puasa Syawal juga. Ibarat sambil menyelam, minum air.
Ingat ya, niatnya cukup satu saja. Yaitu niat puasa mengganti puasa Ramadhan. Puasa Syawalnya nggak perlu diniatin, karena otomatis kita dapat pahalanya.----
(lengkapnya di sini)


Tapi sebelumnya, ada dasar penting yang harus kita ketahui loh tentang puasa Ramadhan dan puasa Qadha (puasa mengganti) dari puasa Ramadhan itu.

Jadi gini...
Ladies, tentu kamu tahu kan bahwa hal atau perkara yang wajib itu lebih utama daripada yang sunnah? Tahu dong. Nah, hal tersebut juga berlaku untuk puasa kita. Puasa yang diwajibkan untuk kita laksanakan adalah puasa Ramadhan. Itu berarti, manakala kita memiliki halangan atau udzur dan puasa kita menjadi batal dan bolong karenanya, maka mengganti puasa Ramadhan kita yang bolong itu juga wajib hukumnya.

Puasa Ramadhan kita yang bolong karena udzur syar'i (salah satunya yaitu karena haid) sebenarnya jangka waktu untuk membayarnya cukup panjang loh. Pokoknya batas terakhir kita harus sudah menggantinya yaitu sebelum puasa Ramadhan tahun berikutnya. Tapi kenapa sih kita terkadang merasa harus cepat-cepat membayar hutang puasa kita?

Jawabannya adalah... 
Pertama, karena bersegera dalam hal kebaikan itu baik. Sangat dianjurkan. Apalagi jika itu adalah suatu perkara/kebaikan yang sifat dan hukumnya wajib.
Ke-dua, seperti yang tadi aku tuliskan di atas, bahwa puasa Ramadhan itu kan wajib, jadi, ketika kita batal atau ada hutang alias bolong puasanya, maka wajib pula hukumnya untuk membayarnya. Perkara yang wajib tidak baik untuk ditunda-tunda, yakan?
Ke-tiga, umur manusia siapa yang tahu? Kalau kita tiba-tiba meninggal sedangkan kita masih punya hutang puasa? hayoloh. Ini juga salah satu pertimbangan yang baik untuk dipertimbangkan loh.
Ke-empat, tingkatan wajib itu di atas sunnah. Sunnah itu kan dilakukan manakala kita mampu melakukannya. Tapi kalau perkara wajib? Ya harus dilakukan. Maka sudah pasti, aturannya adalah mendahulukan perkara yang wajib sebelum melakukan yang sunnah. Kalau kita ingin puasa syawal, puasa senin kamis, puasa ayyamul bidh, puasa tarwiyah, puasa arafah, dan lain-lain, ya kita harus sudah lunas dulu hutang puasa wajibnya. Mudeng kan?

Tapi, ladies, yang perlu kita ketahui lagi adalah bahwa Islam itu agama yang sulit tapi ya mudah. Contohnya, kita bisa mengganti puasa qadha Ramadhan sesegera mungkin yaitu di bulan Syawal.
Niatnya? Hukumnya? Ketentuannya?
Sama.

Mulai dari waktu niat harus sebelum waktu imsak dan subuh sudah mulai berpuasa. Dan satu lagi, ketika kamu sudah berniat mengganti puasa Qadha Ramadhan tapi di tengah-tengahnya kamu membatalkan puasa tersebut, maka wajib hukumnya pula untuk mengganti puasa tersebut. Kenapa? Karena secara hukum dan ketentuannya, puasa Ramadhan tidak boleh batal alias "mokah".

Lalu bagaimana dengan puasa Syawal?
Puasa Syawal pada dasarnya adalah puasa sunnah. Jadi seharusnya, hutang puasa itu sudah terbayar dulu sebelum melakukan puasa Syawal yang mana hukumnya sunnah. Idealnya, seharusnya kita berpuasa sebanyak hutang puasa kita, baru selanjutnya menjalankan puasa Syawal.

tapi...
Kalau nggak kuat jalanin dua-duanya gimana?
Kalau hutang puasanya ternyata banyak gimana?
Kalau keburu nggak dapat lagi hari tersisa di bulan Syawal gimana?
Nah...
Islam itu mudah, ladies, jadi jangan dipersulit.

Menurut madzhab Syafi'i, boleh menggabung puasa Qadha Ramadhan dengan puasa sunnah. Contohnya begini, semisal malam ini kita berniat bahwa hari besok akan berpuasa Qadha Ramadhan, dan ternyata besok masih dalam bulan Syawal, maka tanpa diniatkan (puasa syawalnya) pun kita dapat pahala puasa Ramadhan dan pahala seperti puasa Syawal. Ditambah lagi, semisal besok juga bertepatan dengan hari senin atau kamis, tanpa diniatkan pun seolah kita mendapat pahala seperti berpuasa sunnah senin dan kamis.

Contoh lain, misal kita mengganti puasa bertepatan dengan puasa Tarwiyah atau Arafah, maka puasa Qadha Ramadhan kita seolah ketambahan bonus pahala karena hari itu betepatan dengan hari Arafah atau tarwiyah.

Jadi, yang kemarin aku tuliskan satu niat bisa dapat dua pahala puasa itu ya yang seperti ini contohnya.

Tapi kalau puasa qadha ramadhan dan puasa syawalnya sendiri-sendiri gimana?
Itu bagus...
Jadi puasanya dobel, puasa qadha ramadhan dulu terus baru puasa syawal 6 hari, itu gimana?
Ya bagus... Afdholnya (lebih utamanya) memang yang seperti itu..
 
Jadi, ini adalah perkara pilihan yang nyaman di hati dan perkara nyaman untuk dilakukan. Kalau kamu merasa mampu berpuasa qadha ramadhan sendiri dan puasa syawal sendiri, itu bagus sekali. Namun, yang perlu kita ketahui adalah ada alternatif mudah yang dibolehkan di sini. Bahwa dari sekian jumlah hari puasa kita yang bolong, kita bisa membayar dengan enam hari berpuasa dulu berturut-turut minangkani syawalan. lalu setelah itu kita bisa lagi membayar sisanya dengan berpuasa di beberapa hari lain walaupun tidak berturut-turut seperti di enam hari pertama itu.

Untuk perkara pelafalan niatnya... Menurut yang pernah aku pelajari dengan kitab dan ustadz yang berbeda, menurut sebagian ulama menggabung puasa itu boleh sekaligus dalam niatnya. Dikatakan bahwa niat puasa wajibnya dilafadzkan beserta niat puasa sunnahnya.
Sebagiannya lagi berpendapat bahwa menggabung puasa itu boleh dalam artian waktu pelaksanaan tetapi cukup dengan satu niat. Jadi, cukup niat puasa wajibnya saja yang dilafadzkan, karena sudah otomatis dapat pahala puasa sunnahnya.

Tapi tidak perlu bingung, karena mau melafadzkan satu atau dua niat itu sah-sah saja. Yang penting kita harus tau bahwa niat itu tidak ada artinya tanpa disertai dengan perbuatan. Karena pada dasarnya niat yang hanya di mulut atau di hati, tanpa disertai perbuatan itu belum dianggap sebagai niat menurut ilmu fiqih. Niat yang demikian itu baru di tingkatan 'Azam.
(Kapan-kapan aku kasih tau deh tentang tingkatan-tingkatan niat.)

Pokoknya yang penting adalah kalau sudah niat, ya harus berpuasa. Jangan sudah niat, tapi lupa kalau puasa, gegara khilaf banyak makanan lebaran yang belum habis. >,<
Jangan juga sudah niat berpuasa tapi kemana-mana masih bawa tupperware air putih. (buat jaga-jaga kalo lupa puasa, misalnya?) Aduh, jangan begini yaaa..

Sekali lagi aku ingetin deh yaaa, eman-eman kalo puasa Ramadhan kita kemarin yang 30 hari itu tidak ditambah dengan puasa Syawal. Itung-itung buat melengkapi amalan dan pahala kita. Sebagai tanda keseriusan kita juga dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Karena apa? Karena sesuai dengan artinya, bulan Syawal seharusnya menjadi bulan "peningkatan" bagi kita semua.
Dan InsyaAllah, puasa Qadha Ramadhan kita mendapat pahala seperti berpuasa Syawal juga ^,^
Seperti yang ustadz Abdul Somad katakan di ceramahnya tahun 2018 lalu. Lihat cuplikan videonya di sini.

Kemudian sebagai referensi,
berikut aku sertakan kutipan dari Syeikh Atiyah Saqar dalam kitab Ahsan al Kalam fil Fatwa wal Ahkam (Fatwa Al-Azhar, Mesir) 

يمكن لمن عليه القضاء من رمضان أن يصوم الأيام الستة من شوال بنيه القضاء، فتكفي عن القضاء ويحصل له ثواب الستة البيض في الوقت نفسه إذا قصد ذلك، فالأعمال بالنيات. وإذا جعل القضاء وحده والستة وحدها كان أفضل، بل إن علماء الشافعية قالوا: إن ثواب الستة يحصل بصومها قضاء حتى لو لم ينوها وإن كان الثواب أقل مما لو نواها.
Artinya : Boleh bagi orang yang berkewajiban meng-qadha puasa Ramadhan untuk berpuasa pada 6 hari bulan Syawal dengan niat qadha. Maka puasa qadha-nya sah dan juga mendapat pahala puasa 6 hari Syawal. apabila bermaksud seperti itu. Karena amal berdasarkan niat. Apabila menjadikan qadha sendiri dan 6 hari Syawal sendiri maka itu lebih utama. Bahkan ulama madzhab Syafi'i menyatakan bahwa pahala puasa 6 hari Syawal didapat dengan berpuasa qadha Ramadan walaupun tanpa niat (puasa Syawal) walaupun pahalanya lebih sedikit dibanding kalau dengan niat puasa Syawal.


berdasar dari Abu Zakariya Al-Anshari dalam kitab As-Syarqawi I/427:

ولو صام فيه أي في شوال قضاء عن رمضان أو غيره أو نذرًا أو نفلا آخر حصل له ثواب تطوعها، إذ المدار على وجود الصوم في ستة أيام من شوال وإن لم يعلم بها أو صامها عن أحد (أي النذر أو النفل ) لكن لا يحصل له الثواب الكامل المترتب على المطلوب إلا بنية صومها عن خصوص الست من شوال، ولا سيما من فاته رمضان أو صام عنه شوال، لأنه لم يصدق عليه أنه صام رمضان وأتبعه ستا من شوال.

Artinya: Apabila seseorang puasa qadha Ramadan atau puasa nadzar atau puasa sunnah lain di bulan Syawal maka dia juga mendapat pahala dari sunnahnya puasa Syawal. Karena puasanya dilakukan pada bulan Syawal walaupun dia tidak tahu...


Sekian post aku kali ini, semoga menginspirasi kamu yang belum berpuasa dan menjadi terdorong untuk berpuasa yaaa.. Dan untuk yang sedang berpuasa, kuucapkan selamat dan semangat puasanya, semoga lancar dan menjadi barokah untuk kita, semoga istiqomah, dan semoga tahun besok pun kita bisa bersama-sama menjalani lagi hari-hari seperti ini.


Bye!
Terimakasih.
Wassalamu'alaikum ^,^

Monday, June 3, 2019

Aku, alarmnya kamu.

Assalamu'alaikum, Ladies!

^,^

InsyaAllah, puasa tinggal sehari lagi. Nggak berasa yah? :)
Sebelumnya, aku mau tanya nih sama temen-temen di sini. Apa saja sih yang kamu persiapkan untuk menyambut hari raya Idul Fitri besok?

Baju baru?
List makanan enak spesial hari raya?
Kado untuk orang istimewa?
Angpau lebaran?
List tempat liburan?

atau.... status baru? :)

Semua hal-hal itu bagus, ladies. Dan percayalah, dengan tibanya hari raya, itu berarti kamu sudah berhasil dan menang. Menang melawan hawa nafsu, menang dari menahan lapar, dahaga, dan godaan dunia yang lainnya.

Kamu sudah berhasil, tapi jangan lupa bahwa dengan datangnya hari raya Idul Fitri, itu berarti kita kembali kedalam keadaan fitroh manusia. Kembali suci, sederhananya. Berharap kita menjadi pribadi baru yang memiliki iman islam lebih kuat dari sebelumnya. Berharap ketaqwaan kita jauh lebih mantap dibanding dulunya. Bisa kan kita berusaha mewujudkan harapan-harapan itu? Bisa dong, harus bisa. Caranya? Senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT (TAQORRUB ILALLAH).

Dan tentu saja, ujian puasa kita sudah teruji. Sudah lulus!
Tapi, tahu tidak?
Bulan Syawal ini juga menghadirkan kita bonus besar jikalau kita mau berpuasa lagi.

Tapi puasa syawal kan nggak wajib? Betul.
Dan nggak semua orang berpuasa juga? Betul.
Tapi kamu tahu kan, aku nggak bosan-bosanya ngingetin kamu buat puasa syawal. Seperti tahun kemarin, tahun kemarinnya, kemarinnya. Hehehe.




Untuk kamu yang tahun kemarin sudah puasa syawal bareng sama aku, jangan lupa besok mulai hari ke-2 syawal puasa lagi :)
Untuk kamu yang tahun kemarin belum ikut puasa syawal, yuk, aku ajakin besok puasa syawal. Nanti aku kasih tau kenapa puasa syawal itu menyenangkan. >,<

Kenapa sih aku serius ngajakin kamu puasa syawal?
Jadi gini...
Aku akan mulai dari alasan yang penting sampai alasan yang paling nggak penting :p

Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
  
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian ia mengikutkannya dengan (berpuasa) enam hari di bulan Syawwal, maka (akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh.”

Dengan demikian, nilai puasa kita menjadi sempurna manakala kita berpuasa Ramadhan dan selanjutnya dilanjutkan dengan puasa syawal. Pahalanya seperti berpuasa setahun penuh! Kebayang nggak tuh?
Jadi gimana, sudah tertarik untuk ikut aku puasa syawal?
Well, alasan berikutnya.
Puasa Syawal itu sunnah, bukan wajib. Dan ketika kita berusaha ngurip-urip sunnahe kanjeng nabi, insyaAllah kita adalah golongan atau ummatnya Nabi Muhammad SAW. Untuk mendapaat syafa'at beliau, salah satunya dengan mengamalkan sunnah rasul tersebut. InsyaAllah, kelak di akhirat, semoga kita termasuk ummat nabi Muhammad SAW yang taat dan mendapat hadiah surga bersama beliau, Nabi Agung Muhammad SAW.

Apakah dua alasan di atas sudah cukup membuatmu mengerti keutamaan berpuasa di bulan Syawwal? 

Baiklah, selanjutnya akan aku uraikan dengan lugas.
Jadi gini...
Puasa syawal dilakukan selama 6 hari. Enam hari! Enam adalah seperlima dari tiga puluh. Jadi, puasa syawal itu jangka waktunya pendek, tidak panjang seperti puasa Ramadhan yang pada dasarnya kita lakukan sebulan penuh. Kalau tiga puluh saja kita bisa, kenapa harus berpikir dua kali untuk berpuasa yang hanya enam hari ini? See?

Next, Puasa syawal itu memudahkan kita loh, ladies...
Tahu tidak? Puasa Ramadhan kamu yang bolong-bolong kemarin itu bisa kamu ganti dengan berpuasa di bulan syawal ini. Beneran? Absolutely yes. Jadi, besok mulai hari ke-2 Syawal, kita niat berpuasa mengganti puasa Ramadhan kemarin yang bolong. Teknisnya begini, kalau kita berpuasa dengan niat mengganti puasa Ramadhan kita yang bolong, dan ketika kita berpuasa itu ternyata bertepatan dengan bulan Syawal, InysaAllah kita dapat 2 keuntungan. Hutang puasa Ramadhan kita terbayar, plus dapat pahala puasa Syawal juga. Ibarat sambil menyelam, minum air.

Ingat ya, niatnya cukup satu saja. Yaitu niat puasa mengganti puasa Ramadhan. Puasa Syawalnya nggak perlu diniatin, karena otomatis kita dapat pahalanya. (Bagi yang masih bingung perkara kenapa satu niat bisa pahalanya dua seperti ini, akan aku jelaskan di postingan selanjutnya) >,<

Selain itu, tahu tidak?
Dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal ini, bisa menjadi ladang pahala kita loh. Bagaimana tidak? Puasa Syawal dapat menjadi ujian kita dalam rangka meningkatkan iman-islam-taqwa kita dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, di musim lebaran semua orang pada umumnya makan-makanan yang enak-enak setiap hari, bertamu dan bersilaturrohim kesana-kemari, banyak jajan, banyak angpau, tetapi kita? Kita berpuasa. Ditawarin cokelat? Kita menggeleng. Ditawarin nastar? Kita hanya senyum dan berterimakasih. Ditawarin angpau? Ya terima saja. Kan mentahan. >,<

Syawal pada dasarnya memiliki arti peningkatan. Jadi sudah semestinya kita meningkat dong kualitas imannya, islamnya, ketaqwaannya, tahan laparnya, tahan dahaganya, tahan emosinya, tahan khilafnya. Tenang saja, setelah berpuasa enam hari, ada juga kok hari rayanya. 

Lebaran ketupat, disebutnya. Lebaran ketupat adalah lebaran 'kedua' bagi kita yang melakukan puasa syawal. Adil yakan? Puasanya dua kali (Ramadhan dan Syawwal), lebarannya juga dua kali. >,<

Banyak yang bilang puasa Syawal itu lebih berat daripada puasa Ramadhan. Aku bukannya menyalahkan statement itu, hanya saja, menurutku puasa Syawal tidak seberat yang kita pikirkan kok. Dan saranku, puasa Syawal lebih baik dilakukan tepat enam hari mulai dari hari kedua bulan Syawal. Kenapa? Selain karena alasan bersegera di dalam kebaikan, tapi memang lebih mudah jika dilakukan sesegera mungkin.

Logikanya begini, antara puasa Ramadhan dan puasa Syawal itu hanya berjarak satu hari di tanggal 1 Syawal. Otomatis, pola kebiasaan makan, minum, dll itu belum jauh berubah atau berbeda sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk menyesuaikan.
Kedua, makin lama kita menunda untuk berpuasa, nggak njamin deh semangat puasamu masih sama seperti di awal-awal. Daripada keasikan makan-makanan lebaran dan tiba-tiba kehabisan bulan Syawal, hayoloh? Don't miss it, ladies!

Dan alasan yang paling nggak penting,
adalah, bagi kamu yang sebentar lagi mau menikah. >,< Jangan sampai khilaf dan lepas kendali hanya karena bulan Syawal selalu penuh dengan menu makanan. Mulai dari makanan enak, sehat, bergizi, sampai makanan yang bisa membuatmu lupa bahwa kamu... on a diet, maybe?
Nah, jadi berpuasa adalah juga tentang bagaimana kita menjaga kendali atas tubuh dan pikiran kita, ladies :) 

Sudah ya,
intinya mah... Semoga seperti tahun lalu, kita bisa berpuasa Syawal sama-sama. Tahun ini, tahun depan, depannya lagi. Mungkin tahun depan aku tetap akan mengingatkanmu lagi. Kan, aku alarm kamu :)

Bye!
Wassalamu'alaikum :)))))) 
  
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/1382-keutamaan-puasa-sunnah-6-hari-di-bulan-syawwal.html
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Sumber https://rumaysho.com/527-lima-faedah-puasa-syawal.html
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Sumber https://rumaysho.com/527-lima-faedah-puasa-syawal.html
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Sumber https://rumaysho.com/527-lima-faedah-puasa-syawal.html

MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^