Monday, September 7, 2020

Ulang Tahun Pertama Setelah Menikah

 

Salam!
Selamat ulang tahun untuk siapapun kamu yang mungkin sekarang sedang ulang tahun. Tentu, setiap hari pasti ada yang ulang tahun, bukan? Hehehe

Percaya tidak? Dulu aku tipe orang yang dengan mudah hafal semua tanggal lahir orang-orang terdekatku. Bahkan anak pertama dan kedua tanteku saja aku hafal tanggal lahirnya. Tak ketinggalan-lah aku untuk mengucap doa baik di setiap tanggal-tanggal itu. Bukan sengaja menghafal tapi ya hafal  begitu saja. Entahlah, tapi kalau hafal tanggal lahir orang tua dan adik-adik mah udah biasa ya.

Kenapa tiba-tiba bahas tanggal lahir?
Jujur saja aku barusan buka-buka folder di laptop karena ada data yang harus segera dipindah. Lalu lama-kelamaan jadi iseng buka-buka folder lain juga. Dan sampailah ke folder foto yang isinya ribuan foto yang bercampur aduk random dan tidak berurutan. Maklum, sesering itu collect pictures tapi agak malas untuk merapikannya di folder yang terpisah. Finally, ada beberapa foto yang mengingatkanku kembali ke beberapa bulan yang lalu.

Bulan Juli, tepatnya di hari ulang tahunku.
Bulan Juli bagiku selalu berubah-ubah. Sering bertepatan dengan libur sekolah, libur semester, libur panjang, atau bahkan pergantian sekolah. Entah itu SMP, SMA, atau bahkan S1, selalu tak banyak yang bisa kutemui di Bulan Juli. Makanya selalu berbeda dengan siapa aku menghabiskan hari ulang tahunku setiap tahunnya.

Tapi belakangan, ada hal yang mulai membuatku terbiasa. Bukan siapa, tapi apa. 
Entah dimulai dari kapan, tapi di hari ulang tahunku selalu ada boneka dan juga cokelat. Bahkan kotak musik, hal yang sangat kukagumi ketika aku masih kecil itu juga pernah sekali menjadi kejutan tersendiri bagiku. Mungkin itu di ulang tahunku yang ke-18 aku dapat sebuah hadiah kotak musik dari seorang teman dekat. Hal yang sama adalah semua itu seakan hadir begitu saja ke hadapanku. 

Lalu hal terakhir yang aku ingat adalah buku. Ya, selalu ada buku di beberapa tahun terakhir ini. Sampai akhirnya, menjadi kebiasaan bagiku di Bulan Juli untuk menunggu kiriman buku datang ke alamat rumahku. Tanpa sadar, pola yang sama terjadi lagi. Selalu tanpa pertemuan, tanpa senyuman, tanpa kenangan, semua hadiah-hadiah indah ini datang mewakili. Anehnya, tak sekalipun aku jemu.

Aku semakin tenggelam dalam keengganan untuk bersosial. 
Hingga akhirnya aku menikah.
Bahkan untuk pertama kalinya, aku tidak terpikirkan akan menikah dengan siapa. Tapi apa. Apa yang harus aku lakukan? Aku bisa apa?

Tapi itu proses hidup, dan aku menjalaninya.
Selangkah demi selangkah, dengan kecepatan yang aku mampu.

Mungkin aku kaku, tapi ingin terlihat terus bergerak maju. 
Mungkin aku juga malu, tapi berharap cukup banyak yang aku tahu.

Aku belajar. Darinya aku banyak diajari.
Aku mencinta. Darinya aku banyak dicintai.
Aku mendamba. Darinya aku banyak dikasihi.
Begitulah istri dari seorang suami.

Orang bilang, "Selamat menempuh hidup baru!" 
Ternyata hidupku memang banyak berubah setelah membangun keluarga baru. Di awal perlahan memang terasa asing dan kurang nyaman. Tapi sesuatu yang baru memang selalu asing di awal, bukan? Hingga akhirnya semua yang baru itu mengambil alih definisi zona nyaman bagiku.

Berlaku pula untuk hari ulang tahunku.
Jarak dengan suami yang tidak sedikit, Bekasi dan Yogyakarta, tak jarang membuatku dilema. Aku tidak menantikan apa-apa, lebih-lebih pandemi sedang melanda. Ya, aku memang tidak menantikan apa-apa, tapi bohong jika aku berkata tidak mengharapkan siapa-siapa. 

Dan ini adalah pertama kalinya.
No more cakes,
no more dolls,
no more flowers,
no more chocolates,
even books,
kali ini aku berharap lebih dari itu semua. Yaitu jumpa, sapa, senyuman, dan pelukan. Aku bukan orang yang berani mendambakan sesuatu yang mungkin tak sanggup aku atasi secara logika. Dan dengan kondisi di luar seperti saat ini (Bulan Juli kemarin), secara logika yaaa sulit untuk bertemu.

Tapi dia datang. Perasaanku campur aduk sepanjang perjalanan ke bandara. 
Ya cemas, tapi ya bahagia.
Ya senang, tapi ya khawatir.
Ya gelisah, tapi ya bangga.
Setelah pertemuan yang dramatis, reuni kecil yang cheesy, dan tatap-tatapan yang kaku karena lama tak bertemu, akhirnya ditanya juga aku ingin dikasih apa.

Girls, tahu tidak?
Ketika kita bahagia, katakanlah kita sedang bahagia-bahagianya banget gitu, semisal kita ditanyain ingin apa, pasti kita akan bilang tidak ingin apa-apa. Iya kan? Kenapa? Karena kita sedang bahagia.

Dan yaaa, that was soooo true. Karena tak terpikirkan apa yang aku inginkan, aku hanya bilang aku ingin makan. 
Aku hanya ingin melakukan aktivitas apapun yang biasa aku lakukan sendirian menjadi aktivitas yang sekarang bisa aku lakukan berdua dengan suamiku. 
Sesederhana itu. Yeah walaupun dia memberikan lebih. Mari anggap lebih-lebihnya itu sebagai tanda kasih sayang. Hehehe.



Aku yang ketika sendirian lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, menjadi sering menghabiskan waktu di luar. Kuakui aku kelewat sangat bersenang-senang, karena sebelumnya aku bahkan tak tahu cara bermain. 

You know what? mungkin ada bagusnya juga menjadi anak rumahan sebelum menikah, karena setelah menikah jadi banyak sekali hal-hal baru yang aku alami untuk pertama kalinya. Itu saja sudah spesial, tapi ditambah lagi tingkatan spesialnya karena hal yang pertama kualami itu ternyata aku mengalaminya bersama pasangan halalku. 

Selamat untuk kamu, siapapun kamu, yang mungkin seperti aku juga, dulunya anak rumahan, tiba-tiba menikah dan tiba-tiba banyak hal yang kamu alami untuk pertama kalinya. Sekecil apapun hal baru itu, mungkin adalah hal biasa bagi orang lain yang sudah biasa mengalaminya, tapi mari anggap itu hal yang spesial, karena itu memang sangat spesial. Percayalah.. kenapa? Karena kita mengalaminya bersama orang yang spesial.

Salam!


MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^