Wednesday, May 31, 2017

monolog: alarm

"Kamu itu alarm aku," katanya.

---

Malam. Lampu kamar sudah sejak tadi kumatikan, tetapi aku belum juga bisa tidur. Padahal aku sedang lelah-lelahnya. Bukankah kalau badan lelah, bisa lebih cepat tidur? Setidaknya, secara teori begitulah yang aku tahu. Atau mungkin ada teori lain yang lebih detail menjelaskan seberapa tingkat kelelahan yang dibutuhkan agar bisa cepat tidur? Yah mungkin saja lelah kali ini tidak cukup kuat untuk memaksaku segera tidur.

I need to know what's on your mind
These coffee cups are getting cold

Lagu Adelaide Sky tiba-tiba terdengar memecah kesunyian dan kegelapan. Aku lupa lagu  itu adalah ring tone yang kupakai untuk panggilan masuk di handphone yang sudah kumiliki sekitar 6 tahun ini. Aku lupa karena aku selalu memasang mode silent selama ini. Sekarang mode itu sudah tidak sesuai lagi untukku karena aku sering lupa dimana aku meletakkan HP, aku hanya harus siaga kapanpun dan dimanapun. Tuntutan pekerjaan, kupikir. Benar saja, saat aku membuka tas dan mengambil HP, nama yang muncul di layar adalah nama atasanku. Yah, aku juga tidak sedang menunggu telepon dari seseorang sih.

"Halo?"
Aku meraih kembali tasku dan mengeluarkan laptop. Ada sebuah berkas yang harus kukirim sekarang juga kepada atasanku. Sebagai financial consultant aku bertanggung jawab membuat arsip tentang data client dan membuat laporan perkembangan untuk dilaporkan kepada atasan dan juga client. Secara tertulis memang pekerjaanku hanya 8 jam di kantor, tetapi secara fisik bisa saja aku bekerja 24 jam. Benar juga, pasar bursa saja ada sesi Asia, Afrika dan Amerika. Pagi hari, siang hari, dan malam hari. Sempurna!

Ngomong-ngomong tentang data client, client terbaru yang sedang aku olah datanya sekarang adalah saudaramu. Iya kamu, kamu yang membuatku terbiasa dengan lagu Adelaide Sky itu. Bukan hanya itu, kamu juga sudah menarik perhatianku. Kamu bahkan sudah menarik hatiku saat bahkan fisikku berusaha pergi darimu. Lalu kamu selalu berusaha membuatku yakin dengan perasaanmu dan membuatku mau menerimamu. Hingga akhirnya, kamu meninggalkanku saat aku sedang suka-sukanya.

BAMM!! Ditinggalkan saat sedang suka-sukanya?
HAHA. Membuatku ingin tertawa saja.

Sent. Aku sudah mengirim email yang diminta atasanku.
Jadi, sekarang aku sudah boleh tidur kan? Kalau begitu, tolong keluar dari pikiranku. Aku benci mengingatmu saat aku sedang lelah. Karena  lelah, membuatku tak bisa maksimal mengendalikan emosi. Aku tidak tahu apakah aku akan marah, sedih, atau bersyukur. Aku bisa memilih akibatnya hanya saat aku memegang kendali penuh pikiranku. Dalam kondisi prima atau suatu keadaan khusus, aku bisa menggunakan pengalaman denganmu sebagai tameng atau pelajaran, sehingga aku mengambil tindakan yang rasional dan kejadian buruk itu tidak akan terulang kembali.

Tapi apa kau tahu? kabar buruknya adalah, kau membuatku sulit untuk percaya dengan laki-laki. kau membuatku sulit untuk kembali mencintai.
Oh ayolah, aku sedang lelah. Dan besok aku harus bekerja lagi. Lalu besoknya aku akan bertemu dengan seseorang yang berharap untuk dicintai. Aku harus berusaha dengan yang satu ini. So hey, don't scare me.

Monday, May 22, 2017

Cairan limbah batik bisa didaur ulang dengan alat buatan mahasiswa UII

Brilio.net
Penulis Ahada Ramadhana
05 Mei 2015 00:07

Kelebihan alat ini adalah dilengkapi dengan saringan di dalamnya yang berfungsi menampung lilin agar bisa digunakan kembali.




 Brilio.net - Limbah batik yang telah dijernihkan dengan kaporit ternyata masih mengandung bahan berbahaya bagi lingkungan, seperti metil orange dan metil biru. Limbah tersebut dibuang melalui saluran pembuangan air umum, tidak dibuang melalui tempat pengolahan limbah yang secara khusus disiapkan oleh perusahaan. Limbah ini tentu akan memberi dampak buruk pada lingkungan.

Hal ini membuat empat mahasisiwa Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja prihatin. Empat mahasiswa UII lintas jurusan itu pun tergerak untuk menggarap alat penjernih limbah batik bernama Seco Ware (Smart Electrolysis Control To Wax Resist), sebagai solusi pemurnian lilin/malam pada limbah industri batik di Yogyakarta. Para anak muda yang tergabung dalam program kreativitas mahasiswa ini adalah Choirun Nisaa, Damang Suhdi Lubis, Happy Bunga NS, dan Faridatuz Zuhroh, yang berkuliah di Ilmu Kimia, Teknik Industri, dan Teknik Kimia.

Menurut Suhdi, penyebab utama limbah adalah malam atau lilin dan zat pewarna yang digunakan pada saat proses pembuatan batik. Alat ini berbentuk tabung yang menerapkan dua prinsip yaitu separation (pemisahan) dan degradation (penghancuran). Prototype alat ini sudah diujikan ke beberapa sampel limbah batik. "Sudah dicoba disterilkan dan hasilnya bisa jernih," ungkap Suhdi, Jumat (1/5).

Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa, Choirun Nisaa menuturkan, alat ini dibuat berkapasitas 30 liter air. Air limbah yang berwarna kehitaman dimasukkan ke dalam alat diikuti dengan penambahan garam dapur (NaCl) untuk penjernih sebanyak 2-3 gram per liter air limbah.

Cara kerja NaCl adalah mengumpulkan pengotor-pengotor yang berbentuk butiran di kutub anoda pada karbon batang sehingga air terpisah dari pengotor. Kemudian dialiri arus listrik dengan tegangan 7 volt yang bertujuan menghancurkan pengotor-pengotor tersebut. Tegangan yang berlebih dalam kadar NaCl dapat menimbulkan larutan menjadi berwarna kuning sehingga diperlukan pengaturan tegangan dan penambahan kadar NaCl agar diperoleh air yang jernih.

Kelebihan alat ini adalah dilengkapi dengan saringan di dalamnya yang berfungsi menampung lilin agar bisa digunakan kembali. Bagian luarnya berupa stainless steel dan bagian dalamnya dilapisi mika agar tidak menimbulkan reaksi yang lain lagi dan justru mengganggu kerja alat.

(brl/pep)

Ini Konsep Unik Mobel Shelter karya Mahasiswa UII

Sumber: Kabarkota.com
Penulis Redaksi - Selasa, 2 Desember 2014



 Ilustrasi: konsep Mobel Shelter karya mahasiswa UII (sumber: uii.ac.id)


SLEMAN (kabarkota.com) – Shelter darurat bagi para korban bencana alam umumnya dibuat semi permanen dengan material bambu yang cenderung kaku. Karenanya, hunian sementara tersebut memiliki keterbatasan waktu pemakaian, dan tidak bisa lagi dipakai ulang.

Namun, tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) yang baru-baru ini menerima beasiswa unggulan BPKLN, Ahmad Faiz Abiyoso, Pahruroji dan Faridatuz Zuhroh berhasil membuat konsep unik yang mereka namakan mobel shelter.

Salah satu penerima beasiswa BPKLN, Ahmad Faiz Abiyoso menjelaskan Mobel Shelter ini singkatan Modular and Portabel yang menjadi ciri khas utama dari rancangan mereka. Keunikannya, Mobel Shelter ini bentuknya ringkas, mudah disusun, dan bisa digunakan ulang.

“Dalam situasi tanggap darurat, pendekatan modular sangat relevan karena pengungsi membutuhkan shelter yang bisa cepat dibangun. Sementara,untuk shelter semi permanen dari bahan bambu, membutuhkan tenaga tukang yang ahli di bidang tersebut sehingga memakan waktu yang cukup lama,” kata ahmad Faiz, baru-baru ini.

Sedangkan Faridatuz  Zuhroh memaparkan bahwa konsep portabel yang mereka tawarkan ini, guna menjawab kekakuai dari shelter lain yang tidak dapat dipindah tempatkan, serta terkesan menciptakan sekat-sekat yang justri membelenggu psikologis para pengungsi.

“Dengan konsep portabel ini, para pengungsi dapat  mendiskusikan bagaimana mobel shelter ini akan didirikan sesuai dengan kebutuhan komunitas merekam” ungkapnya.

Selain itu, bahan pembuatan shelter model ini juga relatif tahan lama karena dapat  dibongkar, disimpan, dan dipergunakan kembali sewaktu-waktu.

 “Estimasi kami, umur shelter dapat mencapai lebih dari 10 tahun asalkan disimpan dan dirawat dengan baik”, tambah Faridatuz.

Hanya saja, untuk pembuatan satu unit shelter jenis ini, dibutuhkan biaya sekitar 7 juta rupiah. Sedangnkan untuk produksi massal, biaya bisa ditekan hingga 5 juta rupiah.

Sementara, Pahruroji menambahkan, guna mempermudah cara pendirian shelter, pihaknya juga  melengkapi shelter dengan buku saku tentang pedoman manual pendirian shelter yang mudah dipahami.

“Kami sengaja mendesain konsep shelter ini sedemikian rupa agar mudah disusun oleh siapa pun, meski bukan tenaga ahli bangunan, bahkan para pengungsi pun dapat diajari dan dilibatkan untuk menyusun shelternya sendiri”, sebut Pahruroji.

Dengan keunikan tersebut, para mahasiswa ini berniat untuk menggandeng BNPB dalam melihat peluang untuk memproduksi mobel shelter secara terbatas.  Jika implementasi berjalan lancer, lanjut mereka, maka tidak menutup kemungkinan mobel shelter dapat diadopsi sebagai shelter standar nasional untuk korban bencana di Indonesia. (uii.ac.id)


























































MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^