Tuesday, September 27, 2022

Jangan Mau Rugi Bahkan Ketika Kamu Sakit


Assalamu'alaikum!

Yey selamat datang kembali!!! Apa kabar kamu hari ini?
Semoga dimanapun kamu berada, kamu senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Lindungan dari segala hal buruk seperti sakit, rasa malas, kesedihan, kejahatan, serta hal buruk lainnya. Aamiin.
Tapi misal nih, misal loh ya, misal sekarang kamu sedang mengalami hari yang buruk, tidak apa-apa. Apapun itu, percayalah kamu akan baik-baik saja. Ada Allah tempat kita meminta dan memohon pertolongan. InsyaaAllah.

Berbicara tentang hari yang buruk, aku ada sedikit cerita. Jadi... beberapa hari terakhir ini aku sering sakit. Sakit yang MaasyaaAllah rasanya tak tertahan sampai membuatku menangis, bahkan pernah aku kelepasan emosi dan tidak sabar selalu mengeluh ini itu. Jangan ditiru ya, karena seharusnya sesakit apapun kita harus ingat untuk bersabar. Sabar dan ikhlas menerima sakit yang diturunkan oleh Allah SWT. Ini cobaan, ini ujian. Ingat! Allah tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Benar begitu lho, tertulis dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 286.

Mudah mengatakannya, susah menjalankannya.
Memang benar, selaaaalu begitu. Tapi, meski demikian, orang sakit tetap harus sering-sering diingatkan untuk bersabar, untuk tetap ber-husnudzon dengan apapun yang telah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Hal itu betul aku rasakan sendiri, karena tanpa ada yang mengingatkan aku untuk tetap sabar, tetap rajin sholat pada waktunya, tetap dzikiran wiridan nderes Qur'an, tanpa itu semua aku akan pasrah dan akhirnya kalah dari sakit yang kuderita saat itu. Jadi, kamu jangan mau kalah juga, ya! 💗



Nyatanya, sebagai manusia biasa aku belum mampu sesabar itu. Saat lengah, aku masih banyak mengeluh. Bahkan orang di sekitar sering menjadi pelampiasan kekesalanku. Maafkan aku, suamiku. Hehehe. Ya, orang pertama dan terbanyak menerima dampak negatifnya adalah suamiku. Bagaimana tidak? Suamiku selalu siaga setiap saat di dekatku. Makanya, sekarang kupikir suamiku yang harus banyak bersabar. 😁

Setelah melewati banyak luka dan sekarang masuk proses berpulih diri, aku menyadari sesuatu. Muncul pertanyaan seperti, "Orang ketika sakit itu bisa dapat apa? Bisa untung apa?" Nah, di sini bakal aku jabarin cerita untuk jawab pertanyaan semacam itu. Kalau di atas tadi aku cerita sisi-sisi negatif yang sering kita rasakan ketika sakit, sekarang mari kita mulai membahas sisi-sisi positif yang bisa kita rasakan betul dan bisa kita renungkan sebagai motivasi diri untuk sembuh dan membangun himmah untuk hidup lebih baik lagi. 



Hal-hal positif yang mulai kusadari betul ketika aku sakit adalah:
- Nikmat Sehat
    Mempunyai tubuh yang sehat adalah salah satu nikmat Allah yang luar biasa dan harus disyukuri. Jangan salah, sehat itu sendiri bisa menjadi luas kalau didefinisikan loh. Bisa makan dan minum enak, bisa tidur nyenyak, bisa melihat dan mendengar tanpa gangguan, bisa berjalan dan bergerak dengan bebas, itu semua adalah sebagian kecil dari nikmat sehat yang Allah karuniakan untuk kita. Tapi karena terlihat kecil dan biasa itulah kita jarang mensyukurinya. Tapi ketika satu atau dua nikmat tersebut Allah ambil untuk sementara, kita langsung merasa menjadi orang yang paling menderita. Canda si paling menderita. Oleh karena itu, bersyukurlah kita dengan apapun kondisi kita ya girls, dalam sehat maupun sakit, ketika kita bersyukur maka Allah akan tambahkan dan lipat gandakan nikmat-Nya. InsyaaAllah.
    Sedikit cerita, aku pernah bilang begini ke adikku, "Mbak sakit gini jadi nggak enak makan, nggak enak tidur, padahal nikmat hidup yang paling enak kan nikmat makan sama nikmat tidur." Lalu tanpa diduga adikku menjawab begini, "Nah, mungkin mbak kurang bersyukur, nikmat yang mbak syukuri terlalu sempit, harus ditambah lagi rasa syukurnya, jangan cuma nikmat makan sama nikmat tidur aja." Checkmate!

-Taqarrub ilallah
    Waktu terus berjalan bahkan ketika kita sakit. Proses penyembuhan kita pun bisa cepat bisa pula lambat. Akan tetapi bagaimana kita memanfaatkan waktu selama kita sakit itu, adalah yang menjadikan waktu kita  tergolong waktu yang berharga atau sekedar waktu yang berlalu begitu saja, tidak istimewa. Setiap aku sakit, ibuku selalu mendekatkan sebuah tasbih ke arah  tanganku. Dan aku mengambilnya. Ibuku selalu menjadi alarm ibadah dan ngajiku. Aku mensyukuri itu.
    Hidup di dunia tidak ada hal yang 100% mutlak benar dan tidak ada hal yang 100% mutlak salah. Semua hal ada sisi benar dan salahnya. Maka dari itu, setelah apapun yang kita usahakan untuk kembali menjadi sehat, kita harus imbangi usaha kita dengan berdoa kepaada Allah. Berdoalah sebanyak usaha fisik yang sudah kita upayakan semaksimal mungkin itu. Berdoalan sebanyak waktu yang sudah kamu habiskan untuk setiap upaya kita. Jauh lebih baik lagi ketika kita bisa melakukan keduanya secara bersamaan.
    Tapi, yah... namanya juga manusia biasa, aku pun tidak jarang berusaha dlohir atau berusaha fisik dulu, baru setelah merasa sudah melakukan banyak hal baru ingat untuk berdoa. Sering juga sebaliknya, ndungo-ndungo tok tapi tidak melakukan apa-apa agar keadaan membaik. Jangan ditiru! Yang benar adalah pokoknya sebanyak mungkin ingatkan dirimu sendiri untuk selalu mendekat kepada Allah, nyuwun, berdoa seeeebanyak-banyaknya. Maka waktu yang kita habiskan selama kita sakit tidak akan tergolong waktu yang terbuang sia-sia dan kita tidak akan rugi.


-Banyak orang yang sayang sama kita
    Saat sakit, biasanya aku menghindar dari banyak orang. Selain karena sifatku yang introvert, aku hanya ingin memberi ruang untuk diriku sendiri agar mentalku tetap waras tanpa gangguan siapapun. Kamu pasti tahu kan, kalau sakit itu biasanya kita menjadi lebih sensitif dan mudah terbawa perasaan. Berdua sama suami saja masih sering kelepasan emosi dan sambat terus, bagaimana kalau di tengah-tengah orang banyak? Mau berapa orang yang bakal jadi pelampiasan lagi nih? Tapi kali ini nyatanya tak seburuk bayanganku. Ketika ada saudara atau kerabat tau aku sakit, mereka akan datang, mereka mendoakan, mencoba menciptakan suasanya yang nyaman, membantu sesuatu yang tidak bisa aku lakukan sendirian, intinya mah justru semua orang ingin membantu. Awalnya karena aku terbiasa melakukan apapun sendiri, aku merasa sangat tidak nyaman dengan banyak orang di sekitar melakukan ini itu untukku, bertanya aku butuh apa, bertanya aku ingin apa, tapi perlahan aku mulai melihat dari sisi yang tidak aku percayai sebelumnya. Bahwa semua orang yang tetap berjaga di dekat aku, berusaha memenuhi kebutuhan aku, itu adalah bukti kepedulian mereka atas aku. 
    "Itu bukan gangguan, far! Itu bukti kepedulian," begitulah akhirnya aku keluar dari zona nyamanku dan menerima banyak kasih sayang dari orang-orang yang sayang padaku.
    Jadi, mungkin kamu yang punya sifaat sama seperti aku, sifat tertutup dan introvert kayak aku, mungkin ada baiknya juga kita sesekali membiarkan kita keluar dari kesendirian kita, menekan sedikit batas penjagaan kita. Menyadari momen kekeluargaan seperti ini, menemukan orang-orang yang sayang dan peduli dengan keadaan kita, adalah keberuntungan hidup yang sangat mahal harganya.

Oke deh!
Sudah dapat poin-poin yang aku sampaikan kan dari tulisan di atas?
Intinya mah jangan mau rugi bahkan ketika kita sakit.
Justru ketika sakit kita cari pahala dengan perbanyak berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT. Hikmahnya pun banyak, kita bisa menemukan makna lebih dari sebuah rasa syukur, waktu yang bermanfaat untuk mendekat kepada Allah, dan mendapatkan kasih sayang dari orang-orang terdekat.  Karena semua poin sudah tersampaikan, aku akhiri tulisan hari ini sampai di sini.



Sampai jumpa di post berikutnya!

Wassalamu'alaikum!


Friday, January 29, 2021

Dramatically Accomplished!

 I don't deserve this love, but thank you so much :)


Assalamu'alaikum!
Sehat kan? Sehat ya..
Ada pengalaman baru nih yang mungkin bisa dibilang membuat pandanganku lebih terbuka daripada sebelumnya. Dari gambar pertama di atas, mungkin kamu bisa menebak apa yang ingin aku bagi di sini. And yes, I am officially graduated. 

Well, sebenarnya bukan lulusnya sih yang aku jadikan poin di pengalaman ini. Tapi proses dan timing-nya yang membuat aku terkesan. Ada up and down, ada keragu-raguan, bahkan ada risiko lebih besar yang tak berani kubayangkan jika saat itu aku memilih untuk tidak menyelesaikannya. 

Ingin maju, tapi tak tahu bagaimana caranya.
Kalau diam saja, itu percuma. Waktu tetap berjalan ke depan dimana semua hal itu ada batasnya.
Tapi kalau mundur, banyak hal akan kehilangan fungsinya.

Akhirnya dari sekian skenario yang kupikirkan, aku memilih maju.
Sedikit demi sedikit, tidak apa.
Tidak secepat orang lain melakukannya, tidak apa.
Tidak setepat orang lain menyelesaikannya, tidak apa.

"Kalau kamu malu dengan kenyataan kamu tidak seprogressif orang lain, maka kamu akan stuck di situ-situ aja," kata temanku.
"Sekarang sudah waktunya untuk tidak tahu malu. Ada yang kamu tidak tahu, bertanya. Ada yang tidak kamu bisa, minta tolong." Temanku yang lain menimpali.

Dengan karakterku yang tertutup, untuk bertanya dan minta tolong kepada orang lain itu adalah hal yang perlu banyak pertimbangan. Seperti kapan waktu yang baik untuk bertanya, dan bagaimana bahasa yang kugunakan ketika aku minta tolong kepada orang lain di sekitarku, aku memikirkannya. Memang itu hal baik untuk diperhatikan, tapi terkadang justru menjadi hambatan buatku untuk bisa mendapatkan apa yang sebenarnya kubutuhkan. 



Untuk orang-orang yang sedang berikhtiar menjemput tujuan, semangat ya :)
Prioritaskan apa saja yang membuatmu dapat meringkas jarak menjadi lebih dekat ke arah tujuan. Jangan pikirkan dulu hal-hal lain yang sekiranya dapat menghambatmu. Meskipun itu hal baik, tapi kalau untuk saat ini tak cukup membantu, maka jangan.

Pendampingan itu juga perlu, dalam kasusku.
Selama ini aku selalu berpikir untuk melakukan semuanya sendiri. Karena aku mudah merasa tidak nyaman dengan orang lain, tapi di saat genting untuk sebuah tujuan ternyata kita butuh pendampingan orang lain. Fungsi utama adalah memang untuk mendampingi kita dalam berproses, tapi fungsi yang menentukan adalah bagaimana faktor itu bisa menjadikan kamu merasa dalam pengawasan. Dalam kasusku, faktor ini adalah teman-temanku. Sama-sama berproses, tapi bisa saling memberi peringatan untuk melakukan lebih banyak dari yang sebelumnya. Ternyata benar, how we are making friends, itu menentukan.



Poin berikutnya, zona nyaman.
Ketika berusaha mencapai sesuatu, tekan saja zona nyaman. Itu penting. Bukan untuk menciptakan suasana menjadi tidak nyaman, itu bukan. Tapi zona nyaman adalah godaan. Anggap saja begitu. Atau anggap saja zona nyaman sebagai reward, yang boleh kita dapatkan setelah kita mencapai tujuan yang ingin dikejar. Ya, ini dulu baru itu. Dalam hal ini, zona nyamanku adalah jam tidur dan makanan. Hehehe. Aku sangat buruk dalam mengelola jam tidurku. Dan tentang makanan, aku memang suka makan. Tapi aku harus mengurangi itu semua. But still, dalam batasan kesehatan yang wajar ya. Sehat itu harus.
Apalagi ada suami yang selalu menjadi alarm pribadiku terkait menjaga kesehatan. "Dalam keadaan seperti ini pokoknya kamu dilarang sakit ya. Jangan sampai sakit," begitu katanya.

Hal yang paling penting adalah doa dan juga kesempatan atau peluang.
Aku bersyukur memiliki dua orang tua kandung dan dua orang tua dari suamiku. Semakin banyak doa dari orang tua, semakin besar kesempatan aku bisa merayu Allah untuk mendapatkan Ridho-Nya untuk memberiku kesempatan mengusahakan apa yang kuusahakan. Itu penting.
Doa dari orang-orang yang lain juga sangat membantu. Sangat. Mendapatkan doa dari orang lain sebanyak-banyaknya adalah jalan ninjaku selama ini. Hehehe. Karena kita tidak akan bisa sampai di tahap ini kalau hanya mengandalkan doa dari diri kita sendiri. Note that!
Doa bisa membimbing kita mendapatkan jalan yang lebih terbuka. Jalan yang tadinya ruwet atau rumit, tiba-tiba menjadi terurai dan terbuka. Kemudian di jalan itulah, kita melihat ada kesempatan, ada peluang.

Ketika melihat ada kesempatan, memang wajar dan manusiawi untuk bertanya-tanya apakah kita mampu mengambil kesempatan ini. Tapi sungguh, setiap ada kesempatan, jangan lewatkan. 
Kalau ada banyak kesempatan, ambil sekaligus!
Kalau hanya ada satu kesempatan, kenapa dilewatkan? Ambil!
Siapa tahu, Allah menunjukkan jalan ini sebagai jawaban dari apa yang kita ikhtiarkan. Namanya juga ikhtiar. Mungkin memang sekarang lah waktunya kita mengambil langkah baru dengan kesempatan yang Allah siapkan untuk kita ini. 

Memikirkan risiko itu baik, tapi jangan kebanyakan.
Jangan su'udzon sama apa yang ada di depan.
Jangan juga su'udzon sama diri sendiri. Pasti bisa kok.
Selamat berikhtiar :)

Wassalamu'alaikum !

Wednesday, November 18, 2020

You are not Supposed to Look Back, You are Supposed to Keep Going

 Assalamu'alaikum ^^

Banyak hal membuat kita ragu, beberapa hal bahkan membuat kita memikirkan yang telah berlalu. Apakah kita melakukan hal yang benar? Berulang kali pertanyaan yang sama berputar di kepala kita. Kalau apa yang kita lakukan itu benar, kenapa kita tidak bisa berhenti memikirkannya? Tapi kalau salah, kenapa kita berpikir pasti akan membuat keputusan yang sama seandainya bisa kembali ke masa lalu? 

Kalau benar, bagian mana yang salah?
Tapi kalau salah, seperti apa yang benar?


Setiap orang punya sisi gelap, tapi ingin bersinar dengan cahayanya masing-masing. Sesuai dengan judul yang aku buat di atas, kita berjalan ke depan tidak untuk melihat ke belakang, tapi untuk terus maju dan menuju ke depan. Mungkin ini bisa juga disebut hijrah, yang artinya pindah. Tentu saja dalam konteks pindah ke sesuatu yang lebih baik. Maka aku berharap, kita semua saat ini adalah orang yang lebih baik daripada kita yang dulu. Dengan begitu, semakin banyak alasan untuk bertahan dan melanjutkan perjalanan kita.

Bisa juga disebut ikhtiar, selama kita membarengi usaha fisik kita dengan berdoa. Tapi bagaimana cara berikhtiar yang benar? Terkadang manusia bisa berat sebelah dan berlaku tidak adil, bahkan terhadap dirinya sendiri. Sudah banyak berusaha, tapi sedikit berdoanya. Sudah berdoa khusyuk setiap hari minta sama Allah, tapi tidak melakukan usaha dhohir. 

Kata Ibuk, itu namanya ngapusi. 

Lalu aku berhitung, dan ternyata sudah berkali-kali aku ngapusi diriku sendiri. Berkata sudah melakukan yang terbaik, tapi berdzikir saja masih malas-malasan. Berkata sudah rajin berdoa, usahanya masih setengah-setengah. 

Lalu kubilang itu manusiawi, bisa saja dimaklumi.
Tapi jauh di lubuk hatiku mengerti...ini hanyalah penghiburan tiada arti.


لْاِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَاءِ وَالنِّسْيَانِ
"Manusia itu tempatnya salah dan lupa."

Hikmah, namanya. Manusia bisa saja khilaf, bisa membuat suatu kesalahan begitu saja. Manusia bisa saja lupa, lupa akan apa yang seharusnya dilakukan. Tapi semua itu bukan berarti sia-sia. Semakin banyak kesalahan dan kelupaan yang kita lakukan, semakin banyak pembelajaran kita dapatkan. Selalu ada hikmahnya. Setiap pembelajaran dan hikmah yang kita petik, menuntut kita menjadi lebih bijak dan lebih dewasa. Pada akhirnya akan ada hal baru yang kita ketahui, dan ada jalan baru yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Kita bisa menerima petunjuk itu dengan berdoa kepada Allah untuk diberikan jalan yang Ia ridhoi, bukan jalan orang-orang yang tersesat. Na'udzubillah semoga kita bukan termasuk golongan orang yang tersesat.



Terkadang, saat masa-masa sulit tidak cukup dengan hanya mengandalkan usaha dan doa kita sendiri. Justru bisa kubilang sangat memerlukan doa dari orang lain. Tapi bukan berarti kita harus selalu bergantung kepada orang lain, bukan. Maksudnya adalah semakin banyak orang yang mendukung kita, semakin banyak orang yang mendoakan kita, akan semakin baik. 

Aku percaya dengan betapa dahsyatnya semua doa-doa yang terucap oleh lisan orang lain, bisa menambah keberuntungan dan kebaikan dalam jalan yang Allah siapkan untukku di depan. Maka kamu juga begitu. Bertemu dengan orang lain, jangan biarkan pertemuan itu selesai begitu saja tanpa ada satupun doa baik yang terucapkan baik darimu untuknya atau dari orang itu untukmu.

Sesederhana dengan mengucapkan "Assalamu'alaikum" saja itu sudah terkandung doa akan keselamatan didalamnya. Sayang sekali kalau hari ini kita bertemu dengan banyak sekali orang, tapi tidak satupun bertukar salam dan doa dengan kita. Iya kan? Maka dari itu, yuk perbanyak tutur kata dan doa yang baik untuk orang lain, sehingga orang pun akan selalu berkata baik dan mendoakan kita dengan doa-doa yang baik setiap hari.

Mungkin banyak hal membuat kita tidak cukup puas atau bahkan membuat kita tidak bahagia. Tapi semua hal ada fasenya. Melihat ke belakang sesekali tidak masalah, tapi melihat jelas ke depan sudah merupakan keharusan. Kita sudah berusaha, kalau belum berhasil berarti itu belum berakhir, karena akhirnya pasti kita bisa berhasil.

Setiap usia dan tahapan kehidupan memiliki ujiannya masing-masing, pun tidak selalu sama antara satu orang dengan yang lainnya. Last but not least, sejujurnya ini hari yang cukup sulit untukku, sulit untuk dilalui seorang diri tapi aku beruntung alhamdulillah hari ini aku mengobrol dengan banyak orang. Sepertinya Allah benar-benar memberiku kesempatan agar semua orang dapat memberi energi positif padaku. Tak cukup dengan energi positif, maka aku pun meminta doa. Akhirnya doa baik saling berbalas dengan doa baik.

Percaya kalau doa baik tidak akan berhenti hanya sebagai doa yang baik kan?
Doa yang baik sealu berbalas dan berbalik.

Akhirnya untaian-untaian doa baik keluar dari lisan semua orang. Semoga semua doa baik itu dicatat dan diamini pula oleh malaikat, semoga Allah pun mengijabahi semua hajat baik kita.

And you know what? Kita bisa lebih kuat dari yang kita sendiri bayangkan.

Selamat berikhtiar!
Wassalamu'alaikum ^^



Monday, September 7, 2020

Ulang Tahun Pertama Setelah Menikah

 

Salam!
Selamat ulang tahun untuk siapapun kamu yang mungkin sekarang sedang ulang tahun. Tentu, setiap hari pasti ada yang ulang tahun, bukan? Hehehe

Percaya tidak? Dulu aku tipe orang yang dengan mudah hafal semua tanggal lahir orang-orang terdekatku. Bahkan anak pertama dan kedua tanteku saja aku hafal tanggal lahirnya. Tak ketinggalan-lah aku untuk mengucap doa baik di setiap tanggal-tanggal itu. Bukan sengaja menghafal tapi ya hafal  begitu saja. Entahlah, tapi kalau hafal tanggal lahir orang tua dan adik-adik mah udah biasa ya.

Kenapa tiba-tiba bahas tanggal lahir?
Jujur saja aku barusan buka-buka folder di laptop karena ada data yang harus segera dipindah. Lalu lama-kelamaan jadi iseng buka-buka folder lain juga. Dan sampailah ke folder foto yang isinya ribuan foto yang bercampur aduk random dan tidak berurutan. Maklum, sesering itu collect pictures tapi agak malas untuk merapikannya di folder yang terpisah. Finally, ada beberapa foto yang mengingatkanku kembali ke beberapa bulan yang lalu.

Bulan Juli, tepatnya di hari ulang tahunku.
Bulan Juli bagiku selalu berubah-ubah. Sering bertepatan dengan libur sekolah, libur semester, libur panjang, atau bahkan pergantian sekolah. Entah itu SMP, SMA, atau bahkan S1, selalu tak banyak yang bisa kutemui di Bulan Juli. Makanya selalu berbeda dengan siapa aku menghabiskan hari ulang tahunku setiap tahunnya.

Tapi belakangan, ada hal yang mulai membuatku terbiasa. Bukan siapa, tapi apa. 
Entah dimulai dari kapan, tapi di hari ulang tahunku selalu ada boneka dan juga cokelat. Bahkan kotak musik, hal yang sangat kukagumi ketika aku masih kecil itu juga pernah sekali menjadi kejutan tersendiri bagiku. Mungkin itu di ulang tahunku yang ke-18 aku dapat sebuah hadiah kotak musik dari seorang teman dekat. Hal yang sama adalah semua itu seakan hadir begitu saja ke hadapanku. 

Lalu hal terakhir yang aku ingat adalah buku. Ya, selalu ada buku di beberapa tahun terakhir ini. Sampai akhirnya, menjadi kebiasaan bagiku di Bulan Juli untuk menunggu kiriman buku datang ke alamat rumahku. Tanpa sadar, pola yang sama terjadi lagi. Selalu tanpa pertemuan, tanpa senyuman, tanpa kenangan, semua hadiah-hadiah indah ini datang mewakili. Anehnya, tak sekalipun aku jemu.

Aku semakin tenggelam dalam keengganan untuk bersosial. 
Hingga akhirnya aku menikah.
Bahkan untuk pertama kalinya, aku tidak terpikirkan akan menikah dengan siapa. Tapi apa. Apa yang harus aku lakukan? Aku bisa apa?

Tapi itu proses hidup, dan aku menjalaninya.
Selangkah demi selangkah, dengan kecepatan yang aku mampu.

Mungkin aku kaku, tapi ingin terlihat terus bergerak maju. 
Mungkin aku juga malu, tapi berharap cukup banyak yang aku tahu.

Aku belajar. Darinya aku banyak diajari.
Aku mencinta. Darinya aku banyak dicintai.
Aku mendamba. Darinya aku banyak dikasihi.
Begitulah istri dari seorang suami.

Orang bilang, "Selamat menempuh hidup baru!" 
Ternyata hidupku memang banyak berubah setelah membangun keluarga baru. Di awal perlahan memang terasa asing dan kurang nyaman. Tapi sesuatu yang baru memang selalu asing di awal, bukan? Hingga akhirnya semua yang baru itu mengambil alih definisi zona nyaman bagiku.

Berlaku pula untuk hari ulang tahunku.
Jarak dengan suami yang tidak sedikit, Bekasi dan Yogyakarta, tak jarang membuatku dilema. Aku tidak menantikan apa-apa, lebih-lebih pandemi sedang melanda. Ya, aku memang tidak menantikan apa-apa, tapi bohong jika aku berkata tidak mengharapkan siapa-siapa. 

Dan ini adalah pertama kalinya.
No more cakes,
no more dolls,
no more flowers,
no more chocolates,
even books,
kali ini aku berharap lebih dari itu semua. Yaitu jumpa, sapa, senyuman, dan pelukan. Aku bukan orang yang berani mendambakan sesuatu yang mungkin tak sanggup aku atasi secara logika. Dan dengan kondisi di luar seperti saat ini (Bulan Juli kemarin), secara logika yaaa sulit untuk bertemu.

Tapi dia datang. Perasaanku campur aduk sepanjang perjalanan ke bandara. 
Ya cemas, tapi ya bahagia.
Ya senang, tapi ya khawatir.
Ya gelisah, tapi ya bangga.
Setelah pertemuan yang dramatis, reuni kecil yang cheesy, dan tatap-tatapan yang kaku karena lama tak bertemu, akhirnya ditanya juga aku ingin dikasih apa.

Girls, tahu tidak?
Ketika kita bahagia, katakanlah kita sedang bahagia-bahagianya banget gitu, semisal kita ditanyain ingin apa, pasti kita akan bilang tidak ingin apa-apa. Iya kan? Kenapa? Karena kita sedang bahagia.

Dan yaaa, that was soooo true. Karena tak terpikirkan apa yang aku inginkan, aku hanya bilang aku ingin makan. 
Aku hanya ingin melakukan aktivitas apapun yang biasa aku lakukan sendirian menjadi aktivitas yang sekarang bisa aku lakukan berdua dengan suamiku. 
Sesederhana itu. Yeah walaupun dia memberikan lebih. Mari anggap lebih-lebihnya itu sebagai tanda kasih sayang. Hehehe.



Aku yang ketika sendirian lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, menjadi sering menghabiskan waktu di luar. Kuakui aku kelewat sangat bersenang-senang, karena sebelumnya aku bahkan tak tahu cara bermain. 

You know what? mungkin ada bagusnya juga menjadi anak rumahan sebelum menikah, karena setelah menikah jadi banyak sekali hal-hal baru yang aku alami untuk pertama kalinya. Itu saja sudah spesial, tapi ditambah lagi tingkatan spesialnya karena hal yang pertama kualami itu ternyata aku mengalaminya bersama pasangan halalku. 

Selamat untuk kamu, siapapun kamu, yang mungkin seperti aku juga, dulunya anak rumahan, tiba-tiba menikah dan tiba-tiba banyak hal yang kamu alami untuk pertama kalinya. Sekecil apapun hal baru itu, mungkin adalah hal biasa bagi orang lain yang sudah biasa mengalaminya, tapi mari anggap itu hal yang spesial, karena itu memang sangat spesial. Percayalah.. kenapa? Karena kita mengalaminya bersama orang yang spesial.

Salam!


Wednesday, March 11, 2020

Ikhtiar Yang Nggak Ada Ruginya

Assalamu'alaikum, ladies........

Alhamdulillah akhirnya bisa post cerita baru lagi di sini. Kamu gimana kabarnya? Sudah ada kabar baik apa saja hari ini?

Bertemu dengan banyak orang biasanya melahirkan adanya pertukaranya informasi. 
Belajar, namanya. 
Kita bisa belajar dari sebuah pengalaman. 
Pengalaman yang baik, akan baik juga kalau kita bisa mengikutinya. Tapi pengalaman yang tidak baik, kita tidak harus mengalaminya sendiri untuk bisa memetik hikmahnya. Bener kan? Pengalaman itu tidak harus kita sendiri kok yang mengalaminya. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. 

Sip! Good~

Oleh karena itu, semakin aku dewasa, semakin aku berusaha menyadarkan diri sendiri sih. Semakin aku menghargai semua ilmu, sharing, dan nongki-nongki cantik. Hehehe.

Kamu yang sekarang ini seumuran denganku, pasti sudah memasuki fase-fase pernikahan. Kebanyakan. Karena... ya emang lagi mangsanya, lagi wayahnya. Awal-awal pernikahan yaaaa ada laaaah yang sering kita obrolin, ada baper-bapernya, ada seneng-senengnya, ada mesra-mesranya, pokoknya anget terus lah. Kalaupun ada bete-betenya yaaaaa paling yaa sebentar-sebentar, habis itu udah sayang-sayangan lagi. Hehehe.

Tapi, kehidupan itu kompleks. Kalau kamu pernah nonton drakor judulnya Because This is My First Life, di situ juga digambarkan kalau di dunia ini tidak ada orang yang hidupnya itu enak-enaaaaaaak terus. Tapi tidak ada juga orang yang hidupnya itu susah-susaaaaaaaah terus. Begitulah struggle-nya orang kalau mau hidup. Yeah that's life, sis. Makanya ada yang disebut roda kehidupan. Masa depan siapa sih yang tahu? Kita tidak tahu. Tapi ini kehidupan kita, kita juga yang harus mengusahakan how we live our life gitu lah. Bahasa jawanya yaa urip sing urip gitu lah. That's why agama kita mengajarkan yang namanya ikhtiar.

Iya, ikhtiar yang itu. Ikhtiar yang artinya berusaha sambil berdoa. Yang dinamakan sambil itu ya berarti dilakukan bersamaan.
Disebut berusaha itu ketika ada action, ketika kita melakukan sesuatu,  itu namanya berusaha. Jadi tuh ada niat yang dinyatakan dengan perbuatan. Bukan niat namanya kalau baru diucapkan doang dalam hati.
Disebut berdoa itu kalau kita nyuwun sama Gusti Allah. Mintanya jangan cuma sekali, mintanya ya harus berkali-kali. Bukan berarti doa kita ndak mempan itu bukan. Tapi semakin banyak kita meminta sama Allah, Allah justru tambah seneng sama kita.

Dan seperti teori analisa resiko yang kita pelajari di kampus, di kehidupan pernikahan juga pasti ada resikonya. Hanya saja, kita bisa memilih resiko mana yang sekiranya bisa kita tempuh dan bisa kita hadapi di depan. Bukan dihadapi sendiri, tapi dihadapi bersama. Kenapa? Karena pernikahan itu tidak nafsi-nafsi, tidak dewe-dewe, tidak sendiri-sendiri.

Nah, kenapa tiba-tiba aku pengen cerita begini?
Karena ada hati yang sedang gundah. Malam-malam menjelang tidur seperti ini, biasanya secara tidak sadar otak kita akan play kembali rekaman perjalanan kita sepanjang hari ini. Kadang random sih, jadi terkadang malah kepikirannya jauh sampe kemana-mana. Hehehe. But that's okay, that means our brain is still working, right? 

Hmmm. Technically, yes. 



Kembali ke hati yang gundah. Setiap orang punya kegundahan masing-masing, sesuai dengan apa yang sekarang ini sedang dihadapkan di hadapannya. Seperti aku yang gundah karena kuliah belum juga selesai, gundah karena udah kepengen tinggal serumah sama suami, gundah karena udah kepengen punya baby. Macam-macam lah. Nah, akhir-akhir ini kebetulan lagi sering dicurhatin sama beberapa teman yang jatuh bangun dalam hal pencarian jodoh. Well, jodoh itu juga rejeki, rejeki yang juga jadi misteri. Kapan, Di mana, Siapa. Who knows? Nobody knows.

Jujur aku sedih karena tahu apa-apa yang sudah dialami beberapa dari teman-temanku yang lain. Maksudnya, lika-liku yang kulewati sebelum akhirnya aku menikah dengan suamiku yang sekarang mungkin tidak ada apa-apanya kalau dibanding dengan beberapa skenario yang dialami teman-temanku. Ada yang jatuh hati dengan manis, tapi kemudian patah hati dengan menangis. Jatuh hati lagi, patah hati lagi. Ada yang cocok tapi tidak berjodoh. Ada juga yang merasa tidak cocok tapi ketemunya itu lagi, itu lagi. Masya Allah, skenario Allah itu warna-warni dan tidak ada bandingannya.


Tapi semakin banyak kita tahu cerita dan pengalaman orang lain, semakin luas juga kesempatan kita untuk belajar. Tidak ada ikhtiar yang membuat kita rugi. Tidak ada ikhtiar yang menghianati. Menanti saja, menanti. Yang penting kita pastikan saja hati kita tidak mati.

Oh!
Tiba-tiba saja aku teringat satu petuah ibuk dulu sekali ketika aku sering sambat ke beliau. Seringnya ibuk ngendiko begini, "Jangan su'udzon, nduk, sama Allah."

See? The point is kita jangan sampai berburuk sangka dengan skenario yang sudah Allah siapkan untuk kita. Jadi, tugas kita harus memastikan hati kita tidak mati, dan pastikan otak kita juga sejalan dengan itu. Wong semua yang kita lakukan itu pangkalnya dari hati. Jadi ya berbaik sangka saja. Ya sambil jalan, sambil dicari-cari hikmah positif dari status kita sekarang ini apa saja sih, begitu. Yaaaaa sambat-sambat sedikit ya boleh lah, tapi diniatin bukan untuk su'udzon sama Allah. Diniatin saja untuk sharing, diniatin buat menemukan pupuk baru untuk harapan kita yang mulai goyah.

Betul itu. Sometimes, kita memang perlu dorongan dan kata semangat dari orang lain untuk memupuk kembali kekuatan dan harapan kita. You are not alone, ladies. Karena aku pun begitu. Ketika aku merasa terluka oleh keadaan, berhadapan dengan berbagai questions I can't stand, itu rasanya jadi sedih gitu. Hehehe. Tapi ya kembali ke semua yang aku ceritain di atas tadi, aku tidak mau su'udzon sama kersane Gusti Allah. 

Yaaaaa ndungo terus saja. Sambat sedikit lah kadang-kadang. Tapi sambatnya ke orang yang sekiranya akan tulus menguatkan kamu. Begitulah kapan sambat itu bisa disebut sebagai sambat yang berfaedah. Kalau sambat yang ujungnya bikin kamu jadi tidak bersyukur? Noooooooo. Jadi sambatlah di tempat yang benar. Gitu pokoknya yang pernah aku baca di buku.

Sudah ya, ladies.
Tetap semangat yaaa, tetap ceria dan keep your chin up!

Wassalamu'alaikum...


MY WEDDING ^^

MY WEDDING ^^