Umroh Pertama


Assalamu'alaikum!!

Alhamdulillah Allah telah memanggilku, memberi kesempatan padaku dan suami buat menunaikan umroh ke Baitullah. Alhamdulillah juga, umrohku pertama kali ini tidak hanya bareng sama suami, tapi juga bareng sama kedua orangtuaku. MaasyaaAllah Alhamdulillah. Semoga Allah meridhoi, menerima ibadah umroh kami dan panggil kami kembali berumroh, berhaji ke Baitullah dengan keadaan iman dan taqwa yang lebih baik lagi Aamiin.

Ceritanya pertengahan tahun lalu ketika aku iseng nyeletuk "Mas, umroh yuk!" Padahal waktu itu belum ada anggaran, pekerjaan suami juga lagi sibuk-sibuknya, tapi suamiku menjawab "Yuk!" MaasyaaAllah kita mulai upayakan untuk siapin anggaran dan cari-cari biro travel umroh yang jadwal keberangkatannya matching dengan jadwal cuti kantornya suamiku. Pun rencana umroh yang awalnya hanya 9 hari, ternyata diputuskan menjadi 12 hari kemudian. Sempat maju-mundur karena urusan dunia banyak yang mau dikejar dan semuanya rebutan minta segera dikerjakan. Tapi Alhamdulillah, Allah beri jalan, Allah menguraikan semuanya perlahan.

Jauh sebelum ini, sebenarnya sudah sering aku berangan-angan ingin mengunjungi Ka'bah. Semua angan-angan ini bermula dari aku yang sering dikasih tugas sama Bapak disuruh ngedit video-video dokumentasi masjid, pengajian, ziarah, bahkan dokumentasi haji dan umroh juga! Jadi sering banget lihat video Ka'bah dan sering juga dengar bacaan talbiyah. Bergetar hati setiap ngedit video yang direkam di area Ka'bah. Pernah kutanyakan ke Bapak, lalu Bapak bilang "Bagus itu, semoga bergetarnya hati itu menjadi keterikatan kamu menjadi merasa dekat sama Allah dan nanti Allah panggil kamu ibadah di depan Ka'bah." 

MaasyaaAllah akhirnya sekarang dapat panggilan kesana. Beyond imagination! Karena sudah menikah, tanpa sadar aku otomatis berpikir bahwa kesempatan umroh ya hanya berdua bareng suami. Tapi siapa sangka Allah kasih skenario seperti ini, sungguh tidak terbayangkan sekarang diberi kesempatan umroh bareng suamiku, bareng orangtuaku juga. Tapi masih bayar nafsi-nafsi. Hehhee. InsyaaAllah semoga suatu saat bisa aku aja yang bayarin Bapak Ibu umroh yaaa. Aamiin.

Kalau kamu, umroh pertamanya bareng siapa?

Kalau aku lihat, temanku banyak yang sudah umroh sejak beberapa tahun lalu. Jadi, cerita umroh mungkin sudah bukan hal baru lagi untuk banyak orang. Berkunjung ke Baitullah juga bukan tentang siapa yang berangkat duluan dan siapa yang belum. Tapi, walaupun begitu, bisa mengunjungi tanah Harom dan beribadah disana tentu merupakan momen besar dalam hidup setiap Muslim. Momen besar ini yang mana merupakan kesempatan emas menuju ladang pahala dan berkah. Jadi, dengan bekal pandangan seperti itu, aku pun selalu menata hati dan niat. Sebelumnya, aku selalu senang setiap mendengar kabar seseorang melaksanakan umroh atau haji, tulus mendoakan keberangkatan dan keselamatannya, serta tidak lupa minta didoakan ketika menghadap Ka'bah dan mengunjungi makam Rasulullah. Alhamdulillah dibantu doa banyak orang, sekarang aku mendapat kesempatan baik ini.

Sering banget kalau pas lagi termenung ingat kata-kata ibuku, "Suami istri itu, ketika menginginkan hal yang sama, mempunyai arah atau tujuan yang sama, InsyaaAllah jalannya jadi mudah. Adaaaa saja jalannya." Ternyata ya benar. Karena kalau dipikir kembali, kadang beberapa hal tidak berjalan sesuai keinginan ketika suami maunya begini, istri maunya begitu, kalau tidak dikomunikasikan dengan baik ya seringkali akhirnya tidak berjalan sesuai keinginan. Jadi, ketika ada banyak keinginan di waktu yang sama, aku mencoba bicarakan keinginan-keinginan itu pada suami. Tujuannya bukan minta dituruti semuanya ya, hehee.. tapi untuk diskusi dan mengelompokkan keinginan mana saja yang masuk ke poin 'prioritas' dan 'masuk akal' untuk didahulukan menurut level kepentingan atau urgency point-nya. Tahu tidak? Setiap aku menulis apa saja yang kuinginkan, tanpa sadar aku langsung bisa tahu mana saja dari semua dalam daftar itu yang benar-benar keinginan aku dan mana yang hanya keinginan sesaat. Dari situlah aku belajar, ketika ingin sesuatu... tulis! ingin sesuatu... tulis! Lalu setelah tertulis semua, urutkan ulang sesuai prioritas tinggi ke rendah. Begitulah kita manage dan sortir keinginan kita. 

Hal yang sama aku lakukan dalam proses menabung untuk umroh. Banyak keinginan-keinginan dengan tingkat prioritas rendah perlu aku tunda dulu sementara agar tidak mengganggu waktu dan tenaga selama prosesnya. Beberapa hal memang ada kalanya kita relakan sementara demi moment besar yang kita tahu akan berdampak besar pula dalam kehidupan kita kedepannya.

"Karena sudah sampai sini, apa lagi sih yang dicari, apa lagi sih yang dikejar... iya kan?" Ternyata banyak orang punya pikiran yang sama dengan yang kupikirkan setelah satu,dua hari melakukan ibadah setiap hari di tanah suci. Semua orang fokus beribadah, semua orang berlomba-lomba berbuat baik dan bersedekah, semua orang mengejar pahala dan surga. Seakan beristirahat dari hiruk-pikuk masalah dan perkara dunia. Aku pun mencoba memanfaatkan waktu yang ada untuk memperbanyak sholat sunnah, berdzikir, dan membaca Al-Qur'an. "Aku nggak mau nyesel, mumpung disini," kataku. Tapi semuanya kembali ke kemampuan kita juga ya. Karena musim dan cuaca di sana berbeda dengan di Indonesia, jadi ketika fisik sedang kurang fit, ya baiknya jangan dipaksakan. Kebetulan, aku umroh di musim dingin. Alergiku sempat kambuh, tapi suamiku belikan obat di apotek dekat hotel, jadi aku baik-baik saja. Hehehe. Alhamdulillah.

Poin terpenting! Berdoa apa saja. Berdoa sebanyak-banyaknya. Kita bebas minta apa saja sama Allah. Sekarang-lah waktunya. Tidak ada kemustahilan bagi Allah dan kekuasaan Allah tiada batasnya. Ada banyak sekali keajaiban di muka bumi ini yang ada dalam kuasa-Nya, siapa tau salah satu keajaiban itu terjadi dalam hidup kita?! Maka dari itu, aku selalu berprasangka baik terhadap Allah. Mungkin aku makhluk biasa, tapi Allah Maha Kuasa. Aku tidak berdoa menurut logika, karena Allah bisa melakukan segalanya. Jadi, yuk berdoa!

Sebelum berangkat umroh, berkali-kali aku mendengar banyak nasihat untuk selalu menjaga hati, lisan, dan perbuatan kita selama di tanah suci. Selain agar semua prosesi umroh kita berjalan dengan lancar, juga berguna agar kita terhidar dari bahaya. Satu pengalaman yang ingin aku ceritakan disini adalah suatu hari aku dan ibuk mau sholat di Masjidil Haram. Karena kita berangkat sendiri, nggak bareng sama rombongan, jadi kita ya berjalan mengikuti arus jamaah yang kita asumsikan juga mau sholat jamaah di depan Ka'bah. Ibuk tegas bilang kalau ingin sholat langsung di depan Ka'bah, tapi jalan menuju Ka'bah lewat mana itu kita belum begitu hapal. 

"Mbak, itu lho Ibuk tu pengennya sholat di depan Ka'bah jalannya lewat mana ya.." Jujur ketika Ibuk bilang begitu, aku juga tidak tahu jalannya lewat mana. Tanya ke petugasnya pun diarahkan ke tempat sholat terdekat karena di area Ka'bah sudah penuh katanya. Tapi aku ingin tetap berprasangka baik, aku memilah kalimat untuk menjawab. 

"Nggih, nanti tak cari tahu jalannya dulu, pasti nanti bisa ketemu jalannya. Sekarang kita sholat di sini dulu." Begitu jawabku. Jadilah sementara, siang itu, aku dan Ibuk sholat jamaah Dzuhur/Ashar di lt.2 Masjidil Haram, untung dari tempat sholat kita bisa melihat Ka'bah arah lurusan Multazam. Jadi yaaa lumayan lah. Habis itu, sambil jalan pulang, aku sambil tengok-tengok berusaha ngapalin jalan. Padahal tahu tidak? Sebenarnya yaa, aku dan Ibuk tuh sama-sama buta arah. Muterin komplek perumahan aja suka bingung, apalagi muterin Masjidil Haram. Tapi tidak, ketika itu aku tidak ingin berpikir begitu, maka aku berusaha menjauhkan pikiran-pikiran negatif semacam itu. Karena Allah pasti beri jalan.

Sambil jalan pulang sambil minta petunjuk Allah minta semoga sholat berikutnya bisa dapat tempat di lantai yang sama dengan Ka'bah biar bisa ngadep Ka'bah langsung. Alhamdulillah, hari berikutnya tiba-tiba aku ditelpon teman kuliah yang kebetulan habis umroh juga di waktu yang berdekatan sama aku. Tanpa aku bertanya pun, tiba-tiba dia kasih tau tips biar dapat tempat sholat pas di depan Ka'bah. MaasyaaAllah, petunjuk Allah bisa dari mana saja!

Jadi, yang mau aku ceritakan dari cerita itu adalah... jangan putus asa terhadap Rahmat Allah. Petunjuk Allah bisa dari mana saja atau melalui siapa saja. So stay alert and keep praying! Allah will guide us.

Sebagai poin penutup, aku cuma mau bilang kalau umroh atau haji bisa jadi merupakan titik balik hidup kita menjadi hamba Allah yang lebih baik. Tapi, aku sedang mengusahakan dan menanamkan pemikiran bahwa semoga hal ini tidak menjadikanku sombong dan lengah karena merasa telah mencapai pencapaian yang besar sehingga berpuas diri dan merasa telah cukup beribadah. Tidak, Astaghfirullah. Pun semoga Allah jaga hati ini agar tetap menjalankan ibadah sesuai koridor keislaman yang mengikuti tuntunan Al-Qur'an dan Hadist.

Aku menulis ini sebagai reminder kepada diri sendiri sekaligus sharing sedikit pengalaman pertama aku umroh. Semoga bisa jadi cerita yang renyah dan enak dibaca :)

Wassalamu'alaikum!

Comments

  1. MasyaAllah, tulisannya selalu bikin trenyuh dan menginspirasi. Keep it up mbakku 🥹🥰🫶🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. MaasyaaAllah komennya bikin bahagia. Thank youuu!

      Delete

Post a Comment