Showing posts with label syukur. Show all posts
Showing posts with label syukur. Show all posts

Tuesday, September 24, 2024

What a beautiful life we're living in !!


Assalamu'alaikum!

Haiii... Ngobrol lagi kita disini!

Kamu pernah nggak.. sekali aja ngebatin atau berpikir bahwa semua hal yang terjadi di kehidupan yang kita lalui di kehidupan ini adalah skenario terbaik yang bisa terjadi di dalam hidup kita? 

Maksudku yaaa.. aku yakin kita semua InsyaaAllah termasuk orang-orang yang percaya bahwa skenario Allah adalah skenario terbaik, tapi yang aku maksud sekarang adalah dalam sisi perjalanan emosional, spiritual.

Gimana ya jelasinnya?
Tapi.. pasti pernah kan sekaliiii saja kamu benar-benar merenungkannya?
Karena pasti ada titik balik dalam hidup kita dimana kita sadar bahwa..

"Oh ternyata dulu aku ngalamin hal itu biar aku hari ini bisa ngadapin hal ini."

Ketika banyak kenangan dari masa lalu yang menyeruak tidak seindah taman bunga, tidak sesempurna sepak terjang yang kita harapkan, tidak apa-apa. Tidak perlu kita berharap bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi. Karena tidak ada jaminan bahwa kehidupan di dunia ini akan mudah terus. Berarti juga tidak ada jaminan bahwa ketika hidup sulit maka selamanya akan sulit terus, kan? Merupakan sebuah karunia besar, ketika kita menjalani cobaan hidup kita bisa menerimanya dengan ikhlas, mencoba menyelesaikan teka-tekinya, lalu mendapatkan hikmah di baliknya. Meski tidak semua cobaan hidup memberi kita hasil yang secara fisik langsung terlihat setelah berhasil melewatinya, adakalanya hikmah yang kita dapatkan berupa pelajaran, pola pikir baru, kelapangan hati karena iman dan taqwa yang lebih dalam, bahkan bisa berupa sebuah kesempatan langka yang kita sebut sebagai hidayah.

Jangan salah, kalau kita perhatikan orang-orang dulu sering kan ada yang nyeletuk bilang, "belum dapet hidayah tuh si A..." sebenernya walau terdengar seperti mengutuk atau kasar, tapi memang ada benarnya juga loh. Kenapa? Karena memang hidayah itu sangat mahal harganya dan tidak semua orang beruntung mendapatkannya di waktu yang sama. Semakin kita tidak bersyukur dan jatuh dalam keterpurukan ujian yang menimpa kita, bahkan merutuki hidup dengan segala sikap dan perilaku negatif, maka akan semakin jauh kita dari hidayah Allah, na'udzubillahi min dzalik. Semoga kita termasuk golongan manusia yang mendapat hikmah dan mendapat hidayah dari Allah SWT. Aamiin.

Tidak ada kehidupan yang tiba-tiba terasa mudah, kalaupun hidup kita sekarang lebih mudah daripada hidup kita yang dulu, itu artinya kita-lah yang bertambah kuat, kita-lah yang tumbuh dewasa, kita-lah yang lebih menghargai hidup dan berusaha menjadi lebih baik.

Ingat, kan?
"Bukan hidup kita yang menjadi lebih mudah, tapi kita yang tumbuh menjadi lebih kuat."

Ditempa-tempa mental kita, dibentur-benturkan fisik kita, dijatuh-jatuhkan hati kita, entah dengan skenario apapun, segala salah dan khilaf kita di masa lalu yang berujung menjadi batu yang mengganjal di hati kecil kita sampai sekarang, bahkan menjadi lubang di dalam ingatan dan pikiran kita, tidak bisa dipungkiri bahwa semua itulah yang memotivasi kita dan menjadi pengingat bahwa kita harus hidup lebih baik agar tidak jatuh pada kesalahan yang sama, agar tidak takut pada ancaman yang sama, agar tidak terlena pada godaan yang sama. Yang terpenting, selalu libatkan Allah dalam setiap keputusan baru yang kita ambil dalam langkah hidup kita. Betapa beruntungnya kita apabila bisa merasakan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, bahwa Allah sedang menunjukkan kita jalan hidup yang lebih baik dan kita harus lebih berani, lebih tegas, dan lebih teguh menempa diri.

Tidak ada manusia yang tidak pernah sedih. Semua orang pernah dan pasti punya satu dua diantara banyak hal yang membuatnya sedih ketika memikirkan hal tertentu. Tapi janganlah jadikan kesedihan itu menjadi kelemahan hati kita. Ingat untuk selalu beristighfar ketika mengingat kembali kesedihan demi kesedihan yang kita lalui. Kebahagiaan sangat mudah untuk dibagi, tapi tidak sama halnya dengan kesedihan. Itulah kenapa cerita sedih sulit diceritakan dan banyak dipendam. Tidak apa berbagi kesedihan, tapi tidak perlu berlebihan. Tidak apa, kalau outputnya saling menguatkan. Tidak apa, kalau ceritanya ke yang ahli dalam bidangnya atau ke 'alim ulama berharap mendapat pencerahan. Tapi jangan lupa cerita ke Allah, itu baru cerita yang hati kecil kita sesungguhnya paling butuhkan. Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Mengetahui. Allah tahu semuanya, tapi ketika kita sendiri yang bercerita, mengadu kepada-Nya, dan berdoa dengan tulus, niscaya Allah beri jalan terbaik.

Istighfar yang kita ucapkan bukanlah alat atau mantra yang dirapalkan untuk menahan diri kita dari rasa sedih dan luka, bukan. Tapi dengan merapal istighfar, kita memohon ampun kepada Allah SWT dengan segenap hati kita sekaligus menjadi pengingat bahwa Allah Maha Besar, Allah Maha Agung, sementara kita sebagai manusia yang diciptakan Allah sebagai sebaik-baik makhluk, saat ini sedang rentan. 

Kalau boleh aku bilang, dengan merapal istighfar itu adalah cara kita untuk membentengi diri kita dari diri kita sendiri.
Ibarat kata,
"protect me from myself." 
hehehe.

Oh iya, mau cerita sedikit. Suatu sore aku pernah ngobrol singkat sama suamiku. Kurang lebih begini ceritanya.
"Mas, dulu pas tahun ..... aku dihadapkan sama dua pilihan hidup ......... dan ........ yang sepertinya berdampak besar sekali ke kehidupanku yang sekarang. Kalau tau sekarang hidupku lebih enak, coba dulu aku pilih pilihan satunya, pasti hidupku bakal lebih enak lagi. Menurut mas gimana?"
(intinya aku cerita kalau aku merasa mengorbankan sesuatu walau sebenarnya ada pilihan untuk lanjut terus)

"Menurut mas justru hidup kamu sekarang bisa enak karena dulu kamu ambil pilihan yang sudah kamu pilih itu. Coba deh kita skenariokan kalau kamu pilih opsi satunya, kamu mendapatkan ....... tapi pasti dalam hidup ini nggak ada cerita .............. terus ........... dan ................. juga nggak ada ......... yang mana itu semualah yang nyatanya sekarang turut mengambil peran dalam hidup yang sekarang lebih enak ini."
(intinya karena dengan apa yang aku pilih waktu itulah justru yang terasa manfaatnya jangka panjang, lebih banyak manfaatnya bahkan semua faktor itulah yang sekarang membuatku merasa sekarang hidup lebih enak.)

"hmmm bener juga sih, karena kalau dihadapkan pilihan yang sama lagi, mungkin aku juga akan ambil keputusan yang sama lagi. hehe." Aku tersenyum lega. Begitulah terkadang memang aku suka tiba-tiba berpikir random. Tapi obrolan ringan ini justru membuatku sadar akan banyak hal baru. Tentang keputusan lama yang tidak perlu disesali, tentang hal-hal indah tapi malah tidak kusyukuri, tentang pilihan hidup yang sulit tapi membawa kemudahan di esok hari, tentang ayat Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa setiap ada kesulitan maka ada kemudahan. Ternyata butuh bertahun-tahun bagiku untuk menyadari hikmah di balik kesulitanku saat itu. Dan hari ini, waktu dimana aku menyadari hal-hal ini juga merupakan hal yang harus disyukuri. Alhamdulillah Allah beri hidayah.

Tak kasih salah satu tips hidup enak: Ngobrol-lah sama pasanganmu, tidak peduli serandom apapun. Nggak harus lho melulu deeptalk deeptalk itu. Yang penting ngobrol aja. Ngobrol itu kan salah satu cara komunikasi, dan pasangan adalah orang yang paling banyak berinteraksi dengan kita. Kan, katanya, kalau komunikasinya enak, apapun yang dibahas ya jadi enak. Kita hidup, naik-turun perjalanan hidup kita, kalau sering ngobrol sama pasangan yang menemani hidup kita, InsyaaAllah lebih terarah perjalanannya. Karena apa? karena kalau seringg ngobrol, jadi apal frekuensinya. Walau kita sama pasangan kita masing-masing nggak se-frekuensi, tapi diharapkan ketika ada masalah, kita bisa menghadapi bersama dengan bersama-sama, ketika harus belok kanan ya gampang ngomongnya belok kanan, ketika harus belok kiri ya gampang juga ngomongnya belok kiri. Nggak se-frekuensi tapi apal frekuensinya.

Tapi nggak hanya berlaku antara diri kita sama pasangan. Ternyata kunci dari segala kunci hidup enak adalah dengan mengenal diri sendiri lebih baik setiap  harinya. Paham kapan iman kita naik-turun, paham bagaimana cara mengatasinya, paham cara lembut pada diri sendiri agar tidak terbelenggu di setiap cobaan hidup, paham cara tegas pada diri sendiri agar bisa bersikap sesuai batasan dan koridor agama. 



Setelah semua ini, aku jadi berpikir bahwa dalam hidup ini, siapapun kita, pasti berusaha keras mengupayakan hidup dengan cara terbaik yang bisa kita upayakan. 
Living my best life!

Selamat nyoreee, semuanya.
Wassalamu'alaikum!

Friday, January 29, 2021

Dramatically Accomplished!

 I don't deserve this love, but thank you so much :)


Assalamu'alaikum!
Sehat kan? Sehat ya..
Ada pengalaman baru nih yang mungkin bisa dibilang membuat pandanganku lebih terbuka daripada sebelumnya. Dari gambar pertama di atas, mungkin kamu bisa menebak apa yang ingin aku bagi di sini. And yes, I am officially graduated. 

Well, sebenarnya bukan lulusnya sih yang aku jadikan poin di pengalaman ini. Tapi proses dan timing-nya yang membuat aku terkesan. Ada up and down, ada keragu-raguan, bahkan ada risiko lebih besar yang tak berani kubayangkan jika saat itu aku memilih untuk tidak menyelesaikannya. 

Ingin maju, tapi tak tahu bagaimana caranya.
Kalau diam saja, itu percuma. Waktu tetap berjalan ke depan dimana semua hal itu ada batasnya.
Tapi kalau mundur, banyak hal akan kehilangan fungsinya.

Akhirnya dari sekian skenario yang kupikirkan, aku memilih maju.
Sedikit demi sedikit, tidak apa.
Tidak secepat orang lain melakukannya, tidak apa.
Tidak setepat orang lain menyelesaikannya, tidak apa.

"Kalau kamu malu dengan kenyataan kamu tidak seprogressif orang lain, maka kamu akan stuck di situ-situ aja," kata temanku.
"Sekarang sudah waktunya untuk tidak tahu malu. Ada yang kamu tidak tahu, bertanya. Ada yang tidak kamu bisa, minta tolong." Temanku yang lain menimpali.

Dengan karakterku yang tertutup, untuk bertanya dan minta tolong kepada orang lain itu adalah hal yang perlu banyak pertimbangan. Seperti kapan waktu yang baik untuk bertanya, dan bagaimana bahasa yang kugunakan ketika aku minta tolong kepada orang lain di sekitarku, aku memikirkannya. Memang itu hal baik untuk diperhatikan, tapi terkadang justru menjadi hambatan buatku untuk bisa mendapatkan apa yang sebenarnya kubutuhkan. 



Untuk orang-orang yang sedang berikhtiar menjemput tujuan, semangat ya :)
Prioritaskan apa saja yang membuatmu dapat meringkas jarak menjadi lebih dekat ke arah tujuan. Jangan pikirkan dulu hal-hal lain yang sekiranya dapat menghambatmu. Meskipun itu hal baik, tapi kalau untuk saat ini tak cukup membantu, maka jangan.

Pendampingan itu juga perlu, dalam kasusku.
Selama ini aku selalu berpikir untuk melakukan semuanya sendiri. Karena aku mudah merasa tidak nyaman dengan orang lain, tapi di saat genting untuk sebuah tujuan ternyata kita butuh pendampingan orang lain. Fungsi utama adalah memang untuk mendampingi kita dalam berproses, tapi fungsi yang menentukan adalah bagaimana faktor itu bisa menjadikan kamu merasa dalam pengawasan. Dalam kasusku, faktor ini adalah teman-temanku. Sama-sama berproses, tapi bisa saling memberi peringatan untuk melakukan lebih banyak dari yang sebelumnya. Ternyata benar, how we are making friends, itu menentukan.



Poin berikutnya, zona nyaman.
Ketika berusaha mencapai sesuatu, tekan saja zona nyaman. Itu penting. Bukan untuk menciptakan suasana menjadi tidak nyaman, itu bukan. Tapi zona nyaman adalah godaan. Anggap saja begitu. Atau anggap saja zona nyaman sebagai reward, yang boleh kita dapatkan setelah kita mencapai tujuan yang ingin dikejar. Ya, ini dulu baru itu. Dalam hal ini, zona nyamanku adalah jam tidur dan makanan. Hehehe. Aku sangat buruk dalam mengelola jam tidurku. Dan tentang makanan, aku memang suka makan. Tapi aku harus mengurangi itu semua. But still, dalam batasan kesehatan yang wajar ya. Sehat itu harus.
Apalagi ada suami yang selalu menjadi alarm pribadiku terkait menjaga kesehatan. "Dalam keadaan seperti ini pokoknya kamu dilarang sakit ya. Jangan sampai sakit," begitu katanya.

Hal yang paling penting adalah doa dan juga kesempatan atau peluang.
Aku bersyukur memiliki dua orang tua kandung dan dua orang tua dari suamiku. Semakin banyak doa dari orang tua, semakin besar kesempatan aku bisa merayu Allah untuk mendapatkan Ridho-Nya untuk memberiku kesempatan mengusahakan apa yang kuusahakan. Itu penting.
Doa dari orang-orang yang lain juga sangat membantu. Sangat. Mendapatkan doa dari orang lain sebanyak-banyaknya adalah jalan ninjaku selama ini. Hehehe. Karena kita tidak akan bisa sampai di tahap ini kalau hanya mengandalkan doa dari diri kita sendiri. Note that!
Doa bisa membimbing kita mendapatkan jalan yang lebih terbuka. Jalan yang tadinya ruwet atau rumit, tiba-tiba menjadi terurai dan terbuka. Kemudian di jalan itulah, kita melihat ada kesempatan, ada peluang.

Ketika melihat ada kesempatan, memang wajar dan manusiawi untuk bertanya-tanya apakah kita mampu mengambil kesempatan ini. Tapi sungguh, setiap ada kesempatan, jangan lewatkan. 
Kalau ada banyak kesempatan, ambil sekaligus!
Kalau hanya ada satu kesempatan, kenapa dilewatkan? Ambil!
Siapa tahu, Allah menunjukkan jalan ini sebagai jawaban dari apa yang kita ikhtiarkan. Namanya juga ikhtiar. Mungkin memang sekarang lah waktunya kita mengambil langkah baru dengan kesempatan yang Allah siapkan untuk kita ini. 

Memikirkan risiko itu baik, tapi jangan kebanyakan.
Jangan su'udzon sama apa yang ada di depan.
Jangan juga su'udzon sama diri sendiri. Pasti bisa kok.
Selamat berikhtiar :)

Wassalamu'alaikum !