Showing posts with label PEOPLE. Show all posts
Showing posts with label PEOPLE. Show all posts

Wednesday, November 18, 2020

You are not Supposed to Look Back, You are Supposed to Keep Going

 Assalamu'alaikum ^^

Banyak hal membuat kita ragu, beberapa hal bahkan membuat kita memikirkan yang telah berlalu. Apakah kita melakukan hal yang benar? Berulang kali pertanyaan yang sama berputar di kepala kita. Kalau apa yang kita lakukan itu benar, kenapa kita tidak bisa berhenti memikirkannya? Tapi kalau salah, kenapa kita berpikir pasti akan membuat keputusan yang sama seandainya bisa kembali ke masa lalu? 

Kalau benar, bagian mana yang salah?
Tapi kalau salah, seperti apa yang benar?


Setiap orang punya sisi gelap, tapi ingin bersinar dengan cahayanya masing-masing. Sesuai dengan judul yang aku buat di atas, kita berjalan ke depan tidak untuk melihat ke belakang, tapi untuk terus maju dan menuju ke depan. Mungkin ini bisa juga disebut hijrah, yang artinya pindah. Tentu saja dalam konteks pindah ke sesuatu yang lebih baik. Maka aku berharap, kita semua saat ini adalah orang yang lebih baik daripada kita yang dulu. Dengan begitu, semakin banyak alasan untuk bertahan dan melanjutkan perjalanan kita.

Bisa juga disebut ikhtiar, selama kita membarengi usaha fisik kita dengan berdoa. Tapi bagaimana cara berikhtiar yang benar? Terkadang manusia bisa berat sebelah dan berlaku tidak adil, bahkan terhadap dirinya sendiri. Sudah banyak berusaha, tapi sedikit berdoanya. Sudah berdoa khusyuk setiap hari minta sama Allah, tapi tidak melakukan usaha dhohir. 

Kata Ibuk, itu namanya ngapusi. 

Lalu aku berhitung, dan ternyata sudah berkali-kali aku ngapusi diriku sendiri. Berkata sudah melakukan yang terbaik, tapi berdzikir saja masih malas-malasan. Berkata sudah rajin berdoa, usahanya masih setengah-setengah. 

Lalu kubilang itu manusiawi, bisa saja dimaklumi.
Tapi jauh di lubuk hatiku mengerti...ini hanyalah penghiburan tiada arti.


لْاِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَاءِ وَالنِّسْيَانِ
"Manusia itu tempatnya salah dan lupa."

Hikmah, namanya. Manusia bisa saja khilaf, bisa membuat suatu kesalahan begitu saja. Manusia bisa saja lupa, lupa akan apa yang seharusnya dilakukan. Tapi semua itu bukan berarti sia-sia. Semakin banyak kesalahan dan kelupaan yang kita lakukan, semakin banyak pembelajaran kita dapatkan. Selalu ada hikmahnya. Setiap pembelajaran dan hikmah yang kita petik, menuntut kita menjadi lebih bijak dan lebih dewasa. Pada akhirnya akan ada hal baru yang kita ketahui, dan ada jalan baru yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Kita bisa menerima petunjuk itu dengan berdoa kepada Allah untuk diberikan jalan yang Ia ridhoi, bukan jalan orang-orang yang tersesat. Na'udzubillah semoga kita bukan termasuk golongan orang yang tersesat.



Terkadang, saat masa-masa sulit tidak cukup dengan hanya mengandalkan usaha dan doa kita sendiri. Justru bisa kubilang sangat memerlukan doa dari orang lain. Tapi bukan berarti kita harus selalu bergantung kepada orang lain, bukan. Maksudnya adalah semakin banyak orang yang mendukung kita, semakin banyak orang yang mendoakan kita, akan semakin baik. 

Aku percaya dengan betapa dahsyatnya semua doa-doa yang terucap oleh lisan orang lain, bisa menambah keberuntungan dan kebaikan dalam jalan yang Allah siapkan untukku di depan. Maka kamu juga begitu. Bertemu dengan orang lain, jangan biarkan pertemuan itu selesai begitu saja tanpa ada satupun doa baik yang terucapkan baik darimu untuknya atau dari orang itu untukmu.

Sesederhana dengan mengucapkan "Assalamu'alaikum" saja itu sudah terkandung doa akan keselamatan didalamnya. Sayang sekali kalau hari ini kita bertemu dengan banyak sekali orang, tapi tidak satupun bertukar salam dan doa dengan kita. Iya kan? Maka dari itu, yuk perbanyak tutur kata dan doa yang baik untuk orang lain, sehingga orang pun akan selalu berkata baik dan mendoakan kita dengan doa-doa yang baik setiap hari.

Mungkin banyak hal membuat kita tidak cukup puas atau bahkan membuat kita tidak bahagia. Tapi semua hal ada fasenya. Melihat ke belakang sesekali tidak masalah, tapi melihat jelas ke depan sudah merupakan keharusan. Kita sudah berusaha, kalau belum berhasil berarti itu belum berakhir, karena akhirnya pasti kita bisa berhasil.

Setiap usia dan tahapan kehidupan memiliki ujiannya masing-masing, pun tidak selalu sama antara satu orang dengan yang lainnya. Last but not least, sejujurnya ini hari yang cukup sulit untukku, sulit untuk dilalui seorang diri tapi aku beruntung alhamdulillah hari ini aku mengobrol dengan banyak orang. Sepertinya Allah benar-benar memberiku kesempatan agar semua orang dapat memberi energi positif padaku. Tak cukup dengan energi positif, maka aku pun meminta doa. Akhirnya doa baik saling berbalas dengan doa baik.

Percaya kalau doa baik tidak akan berhenti hanya sebagai doa yang baik kan?
Doa yang baik sealu berbalas dan berbalik.

Akhirnya untaian-untaian doa baik keluar dari lisan semua orang. Semoga semua doa baik itu dicatat dan diamini pula oleh malaikat, semoga Allah pun mengijabahi semua hajat baik kita.

And you know what? Kita bisa lebih kuat dari yang kita sendiri bayangkan.

Selamat berikhtiar!
Wassalamu'alaikum ^^



Wednesday, March 11, 2020

Ikhtiar Yang Nggak Ada Ruginya


Assalamu'alaikum, ladies........

Alhamdulillah akhirnya bisa post cerita baru lagi di sini. Kamu gimana kabarnya? Sudah ada kabar baik apa saja hari ini?

Bertemu dengan banyak orang biasanya melahirkan adanya pertukaranya informasi. 
Belajar, namanya. 
Kita bisa belajar dari sebuah pengalaman. 
Pengalaman yang baik, akan baik juga kalau kita bisa mengikutinya. Tapi pengalaman yang tidak baik, kita tidak harus mengalaminya sendiri untuk bisa memetik hikmahnya. Bener kan? Pengalaman itu tidak harus kita sendiri kok yang mengalaminya. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. 

Sip! Good~

Oleh karena itu, semakin aku dewasa, semakin aku berusaha menyadarkan diri sendiri sih. Semakin aku menghargai semua ilmu, sharing, dan nongki-nongki cantik. Hehehe.

Kamu yang sekarang ini seumuran denganku, pasti sudah memasuki fase-fase pernikahan. Kebanyakan. Karena... ya emang lagi mangsanya, lagi wayahnya. Awal-awal pernikahan yaaaa ada laaaah yang sering kita obrolin, ada baper-bapernya, ada seneng-senengnya, ada mesra-mesranya, pokoknya anget terus lah. Kalaupun ada bete-betenya yaaaaa paling yaa sebentar-sebentar, habis itu udah sayang-sayangan lagi. Hehehe.

Tapi, kehidupan itu kompleks. Kalau kamu pernah nonton drakor judulnya Because This is My First Life, di situ juga digambarkan kalau di dunia ini tidak ada orang yang hidupnya itu enak-enaaaaaaak terus. Tapi tidak ada juga orang yang hidupnya itu susah-susaaaaaaaah terus. Begitulah struggle-nya orang kalau mau hidup. Yeah that's life, sis. Makanya ada yang disebut roda kehidupan. Masa depan siapa sih yang tahu? Kita tidak tahu. Tapi ini kehidupan kita, kita juga yang harus mengusahakan how we live our life gitu lah. Bahasa jawanya yaa urip sing urip gitu lah. That's why agama kita mengajarkan yang namanya ikhtiar.

Iya, ikhtiar yang itu. Ikhtiar yang artinya berusaha sambil berdoa. Yang dinamakan sambil itu ya berarti dilakukan bersamaan.
Disebut berusaha itu ketika ada action, ketika kita melakukan sesuatu,  itu namanya berusaha. Jadi tuh ada niat yang dinyatakan dengan perbuatan. Bukan niat namanya kalau baru diucapkan doang dalam hati.
Disebut berdoa itu kalau kita nyuwun sama Gusti Allah. Mintanya jangan cuma sekali, mintanya ya harus berkali-kali. Bukan berarti doa kita ndak mempan itu bukan. Tapi semakin banyak kita meminta sama Allah, Allah justru tambah seneng sama kita.

Dan seperti teori analisa resiko yang kita pelajari di kampus, di kehidupan pernikahan juga pasti ada resikonya. Hanya saja, kita bisa memilih resiko mana yang sekiranya bisa kita tempuh dan bisa kita hadapi di depan. Bukan dihadapi sendiri, tapi dihadapi bersama. Kenapa? Karena pernikahan itu tidak nafsi-nafsi, tidak dewe-dewe, tidak sendiri-sendiri.

Nah, kenapa tiba-tiba aku pengen cerita begini?
Karena ada hati yang sedang gundah. Malam-malam menjelang tidur seperti ini, biasanya secara tidak sadar otak kita akan play kembali rekaman perjalanan kita sepanjang hari ini. Kadang random sih, jadi terkadang malah kepikirannya jauh sampe kemana-mana. Hehehe. But that's okay, that means our brain is still working, right? 

Hmmm. Technically, yes. 



Kembali ke hati yang gundah. Setiap orang punya kegundahan masing-masing, sesuai dengan apa yang sekarang ini sedang dihadapkan di hadapannya. Seperti aku yang gundah karena kuliah belum juga selesai, gundah karena udah kepengen tinggal serumah sama suami, gundah karena udah kepengen punya baby. Macam-macam lah. Nah, akhir-akhir ini kebetulan lagi sering dicurhatin sama beberapa teman yang jatuh bangun dalam hal pencarian jodoh. Well, jodoh itu juga rejeki, rejeki yang juga jadi misteri. Kapan, Di mana, Siapa. Who knows? Nobody knows.

Jujur aku sedih karena tahu apa-apa yang sudah dialami beberapa dari teman-temanku yang lain. Maksudnya, lika-liku yang kulewati sebelum akhirnya aku menikah dengan suamiku yang sekarang mungkin tidak ada apa-apanya kalau dibanding dengan beberapa skenario yang dialami teman-temanku. Ada yang jatuh hati dengan manis, tapi kemudian patah hati dengan menangis. Jatuh hati lagi, patah hati lagi. Ada yang cocok tapi tidak berjodoh. Ada juga yang merasa tidak cocok tapi ketemunya itu lagi, itu lagi. Masya Allah, skenario Allah itu warna-warni dan tidak ada bandingannya.


Tapi semakin banyak kita tahu cerita dan pengalaman orang lain, semakin luas juga kesempatan kita untuk belajar. Tidak ada ikhtiar yang membuat kita rugi. Tidak ada ikhtiar yang menghianati. Menanti saja, menanti. Yang penting kita pastikan saja hati kita tidak mati.

Oh!
Tiba-tiba saja aku teringat satu petuah ibuk dulu sekali ketika aku sering sambat ke beliau. Seringnya ibuk ngendiko begini, "Jangan su'udzon, nduk, sama Allah."

See? The point is kita jangan sampai berburuk sangka dengan skenario yang sudah Allah siapkan untuk kita. Jadi, tugas kita harus memastikan hati kita tidak mati, dan pastikan otak kita juga sejalan dengan itu. Wong semua yang kita lakukan itu pangkalnya dari hati. Jadi ya berbaik sangka saja. Ya sambil jalan, sambil dicari-cari hikmah positif dari status kita sekarang ini apa saja sih, begitu. Yaaaaa sambat-sambat sedikit ya boleh lah, tapi diniatin bukan untuk su'udzon sama Allah. Diniatin saja untuk sharing, diniatin buat menemukan pupuk baru untuk harapan kita yang mulai goyah.

Betul itu. Sometimes, kita memang perlu dorongan dan kata semangat dari orang lain untuk memupuk kembali kekuatan dan harapan kita. You are not alone, ladies. Karena aku pun begitu. Ketika aku merasa terluka oleh keadaan, berhadapan dengan berbagai questions I can't stand, itu rasanya jadi sedih gitu. Hehehe. Tapi ya kembali ke semua yang aku ceritain di atas tadi, aku tidak mau su'udzon sama kersane Gusti Allah. 

Yaaaaa ndungo terus saja. Sambat sedikit lah kadang-kadang. Tapi sambatnya ke orang yang sekiranya akan tulus menguatkan kamu. Begitulah kapan sambat itu bisa disebut sebagai sambat yang berfaedah. Kalau sambat yang ujungnya bikin kamu jadi tidak bersyukur? Noooooooo. Jadi sambatlah di tempat yang benar. Gitu pokoknya yang pernah aku baca di buku.

Sudah ya, ladies.
Tetap semangat yaaa, tetap ceria dan keep your chin up!

Wassalamu'alaikum...


Saturday, January 18, 2020

Satu Frekuensi




Assalamu'alaikum,
wise reader! ^^

Ladies, sudah bersyukur belum hari ini? Alhamdulillah. 
Hari baru harus lebih banyak lagi yang bisa kita syukuri ya :) Life's Good. Seperti iklannya LG hehehe...

Tidak terasa ini sudah minggu ke-3 di awal tahun 2020. Actually kali ini ada banyak cerita yang ingin aku share di sini. Bisa banyak karena sebenarnya semuanya hanya beberapa penggalan cerita. Karenanya, kuharap beberapa penggalan cerita ini cukup bisa mewakili perasaanku akhir-akhir ini. Tapi ladies, kuharap perasaan kalian tidak campur aduk saat membaca ini, karena cerita ini bisa saja terlalu random untuk diceritakan semuanya sekaligus. Agak maksa.

Relax, I'll try my best for not making you hard to understand my story here. hehehe...

Sejak kecil, kupikir perempuan paling bahagia di dunia ini adalah perempuan yang menikah dengan laki-laki yang sangat ia cintai. Bahkan aku ingat saat aku kecil (kira-kira masih sekolah tingkat SD), ada yang iseng menanyaiku seperti apa laki-laki yang ingin aku nikahi kelak saat sudah dewasa. Dengan tanpa banyak pikir, aku hanya menjawab seadanya. 
"Laki-laki yang seperti bapak. Yang bisa masak." 

Kalau dipikir-pikir sekarang, aku masih tidak mengerti kenapa dulu aku menjawab seperti itu. Bahkan sekarang aku geleng-geleng dengan jawaban itu. Bisa masak? Kenapa dulu aku menjawab itu. Apakah itu artinya sejak kecil aku memang doyan makan kalik ya?

Tapi belakangan aku berpikir, mungkin itu juga karena setiap figur bapak adalah cinta pertama setiap anak perempuan. Ditambah sejak kecil aku juga lebih sering bersama bapak, terutama saat daya ingatku terus berkembang dan menciptakan kenangan dan memori untuk disimpan.

Tapi saat kemarin aku sendiri menikah. Benar-benar menikah. Bisa dikatakan aku menikah dengan seorang laki-laki yang tidak begitu aku kenal. Memang ada jeda waktu antara saat kami bertemu untuk pertama kalinya sampai akhirnya lamaran pernikahan itu datang. Tapi di waktu-waktu itu aku tidak berusaha mengenal lebih jauh, sejujurnya. Kenapa? Karena aku berusaha menciptakan jarak. Jarak aman agar aku sendiri tidak terlalu berharap. Jarak aman agar aku tidak menyukainya, apalagi menyukainya duluan. Jarak aman pula agar aku tidak terluka jika ternyata dia bukan jodohku.
Ingat, kita semua benci terluka.

Tapi aku menikahinya. Bahkan saat berias di depan kaca di hari pernikahanku, aku masih tidak tenang. Apakah aku benar-benar akan menikah? Dilema. Tapi itu wajar, katanya. Namaku belum juga dipanggil sampai akad ijab-sah itu pun selesai. Aku resmi dan sah jadi seorang istri. Baik di mata agama, maupun di mata hukum negara. Ketika aku dipanggil keluar dan mencium tangannya, akhirnya aku sadar. "Ah, ini jodohku. Imamku. Takdirku. Cintaku."
Lalu apa aku bahagia?
Ya, tentu saja. Bapak dan ibuku sudah berhasil menikahkanku dengan seorang laki-laki yang baik. Kenapa harus tidak bahagia? Tentu saja aku bahagia. Segala drama manten anyar sudah aku ceritakan di beberapa post sebelum-sebelum ini. Semuanya adalah beberapa pengalaman aku pribadi ditambah beberapa cerita-cerita dari teman-teman yang juga baru saja menikah. Semua pengalaman baik-buruk, usaha-usaha keras kita untuk mencintai dan dicintai, semua itu adalah pengalaman berharga untuk kita membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Aamiin. 

"Belum satu frekuensi," kalau kata Eyang Habibie. Karena belum satu frekuensi dengan pasangan kita, makanya belum ketemu cara yang pas. Penyesuaian demi penyesuaian kita lakukan. Bahkan aku pernah beberapa kali membuat suamiku kesal. Untuk ukuran seseorang yang jarang mengeluh dan tidak pernah marah, mungkin saat itu aku yang keterlaluan karena membuatnya kesal. Tapi suatu kali, pernah juga suamiku membuatku menangis. Aku pergi ke kamar agar tidak ketahuan tapi suamiku memelukku dari belakang dan membimbingku untuk duduk tenang dan membicarakan apa yang terjadi. Ya, semua itu adalah proses untuk menjadi satu frekuensi.

Tapi ladies, aku bertanya-tanya mungkinkah ada waktu kelak kita akan bisa benar-benar satu frekuensi dengan pasangan kita?  Karena semua orang itu berbeda, tidak sama. Bahkan anak kembar saja pasti ada bedanya. Lalu apakah sepasang suami istri bisa satu frekuensi? Bisakah? Dua orang yang sangat berbeda bisa jadi satu frekuensi hanya karena menjadi pasangan suami-istri? Yah... Kita belum tahu pasti jawabannya. Masih ada baaaaaaaanyak hal di depan yang harus kita lalui untuk mendapatkan jawabannya.

Masih banyak sekali.
Masih banyak yang harus kita lalui di depan. Apapun yang kita lalui sekarang ini adalah awalnya. Bukankah harusnya kita bersemangat? Karena apapun dan segala hal yang kita alami ini adalah yang pertama kali bagi kita. Lebih spesial lagi karena kita mengalaminya bersama orang spesial. Hehehe...

"Serba pertama!" Kalau kata orang mah.
Pertama kali ini dengan suami.
Pertama kali itu dengan suami.

Aku juga. Sebelum menikah, aku biasanya membatasi diri dengan beberapa hal menyenangkan seperti hiburan, belanja, pergi-pergi, dan sebagainya. Mungkin ini juga alasannya kenapa ada banyak hal baru kutemukan setelah menikah. Keterlaluan sih, jadi ketinggalan jaman, tapi tidak ada yang kusesalkan karena pertama aku mengalaminya justru bersama suami.

Mungkin pengalaman semacam ini akan sangat berharga kalau aku ceritakan kepada teman-teman yang tidak pernah pacaran. Karena setelah ia menikah, semuanya benar-benar akan serba pertama dan menjadi pengalaman yang saaaaangat berharga.

Tapi sayangnya, ada beberapa teman yang ternyata merasa berkecil hati, menganggap dirinya tidak menarik karena tidak punya pacar. Tapi yang lebih kusayangkan adalah ada juga beberapa teman yang mulai menganggap dirinya tidak menarik setelah orang lain mengejeknya yang tidak punya pacar. Well, you are fine, ladies. You are enough. And you are beautiful. Mungkin memang benar bahwa punya pacar itu enak, punya pacar itu jadi merasa dicintai, punya pacar itu jadi merasa aman. But don't hurt yourself with negative thoughts. Love yourself better, ladies.

Kalau sudah butuh status dicintai, ya udah nikah aja. Status terbaik itu sudah. hehehe...

Emang kalau sudah menikah bakal otomatis dicintai?
Hmmm merasa dicintai sih sudah,
tapi sudah dicintai betulan belum ya?
mungkin aku harus tanya dulu sama suamiku. hehehe.

Oh iya, ladies, suatu kali aku pernah bertanya-tanya. Menerima lebih banyak dari apa yang bisa kita berikan, apakah bisa dianggap sebagai hak? Sometimes I doubt myself. Kita yang minim dalam hal pengalaman cinta, tidak benar jika selalu pasif, bukan? Tapi tidak benar juga kalau kita terlalu aktif. Ya udah lah ya ikutin aja flow nya. 

Tapi ladies, entah kamu sependapat denganku atau tidak, tapi menurutku, setelah menikah justru kita harus selalu berusaha lebih keras untuk dicintai. Terlebih jika sebelumnya kamu tidak mencintai dia dan dia tidak mencintai kamu. Bisakah kalian tiba-tiba saling mencintai? Mungkin smiles, kisses and hugs cukup mewakili jawaban untuk pertanyaan ini. Tapi sungguh, Allah SWT dengan memberikan kita ikatan pernikahan dan segala aturannya sudah memberikan jalan dan petunjuk. Kita hanya harus berjalan mengikuti rambu-rambu rumah tangga dan berusaha menemukan jawabannya.

Well, It's okay. Segala warna-warni kehidupan pernikahan itu indah. Mencintai dan dicintai dengan halal dan setiap bagian daripadanya bernilai ibadah. MasyaAllah. Alhamdulillah. 

Sampai di sini dulu sharing kita hari ini. Kita kumpulkan cerita baru dulu untuk sharing berikutnya. hehehe.

Salam! ^^


Friday, January 17, 2020

When Life Gets Hard, Remember This



Assalamu'alaikum, Ladies :)

How's life? 
Hidup tidak melulu tentang kisah-kisah yang bahagia. Ada kalanya kita harus struggle sedikit. Harus menempuh beberapa kesulitan untuk mendapatkan sebuah kemudahan yang manis. 

Ada pepatah sebuah kerja keras akan menghasilkan hasil akhir yang jaaaaaaauh lebih manis ketimbang mendapatkan sesuatu secara gratis. Jadi, jika kerja keras kita sekarang belum juga membuahkan hasil yang manis, maka itu bukanlah akhirnya, kita harus sediiiiiikit lagi berusaha sehingga hasil yang manis itu akan sampai di depan mata kita.

Namun, jika bisa memilih, pasti banyak dari kita yang lebih suka mendapatkan apapun secara gratis. Kalau ada cara yang mudah, kenapa harus memilih jalan yang susah? Pasti begitu.
Ya.
Aku juga berpikir demikian.
Kenapa kita harus menempuh jalan yang sulit kalau jalan yang mudah itu ada?

Tapi, ladies, semua keadaan itu tidak ada yang tidak patut disyukuri. Bahkan dalam keadaan paling terpuruk pun, kita harus cepat-cepat mencari alasan untuk tetap bersyukur kepada Allah SWT. Kenapa? Karena jangan sampai di keadaan tersulit pun, kita masih berpikir untuk mempersulit keadaan kita sendiri.

Ingat, kita semua benci terluka.
Dan yang paling kita benci adalah... mengakui sendiri bahwa kita sedang terluka.

Hati kita masalahnya, ladies.
Hati kita ini mudah sekali berbolak-balik. 
Seperti yang aku rasakan sendiri saat menulis blog post ini. Beberapa menit yang lalu, aku merasa sedang berbahagia. Aku bahagia dan bersyukur karena bisa menikmati hari yang indah bersama banyak orang. Tetapi tiba-tiba ada kabar yang menjungkir-balikkan semangatku. Lalu seketika, aku merasa kecil, merasa sedih, merasa lemah. Bahkan setelah wirid ba'da sholat-ku selesai, aku tak bisa menahan diri untuk mengadu, untuk mengeluh, untuk mengutuk diri sendiri kepada Allah SWT.
And I cried, alone.

Yeah I was thinking that I was alone, and left behind. Tapi tidak, ladies.. We are not alone. Bahkan Allah SWT menjelaskan dengan jelas bahwa setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan setelahnya.

Tiba-tiba aku teringat pesan ibuku. Ibuku berpesan agar tidak pernah berhenti bersyukur dan berpikir positif. Semua keadaan pasti ada baiknya, ada hikmahnya, ada keuntungannya. Bahkan di keadaan kita yang paling sulit pun, kita harus segera mencari-cari alasan untuk mensyukurinya. Selalu ada hal baik untuk disyukuri bahkan dalam keadaan kita yang paling sulit. 
"Jangan sampai kita suudzon sama Gusti Allah..."

Dan satu hal lagi yang beliau selalu ingatkan adalah...

"Kadang-kadang memang kita harus susah sedikit, tapi pokoknya harus cari cara biar kita tetep dapet pahala dari kesusahan kita. Gimana caranya? Ya dengan bersyukur."

Kata ibu kita akan sangat menyesal kalau kita mengalami keadaan yang sulit dan kita tidak dapat apa-apa dari kesulitan yang kita hadapi.

Jadi gimana pendapat kamu, ladies?
Sekali lagi kita tahu kita benci terluka. Tapi luka apapun yang kita alami sekarang, jangan sampai luka itu menghalangi kita untuk menghitung-hitung nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita. Sebagai langkah awal untuk terus dan tetap bersyukur dalam keadaan apapun, cara ini lumayan bisa dikiatkan sebagai rutinitas baik setiap hari.
Jadi, sudah bersyukur belum hari ini?
Alhamdullillah :) :) :)

Wednesday, November 20, 2013

Ke Borobudur


Sebagai pelajar yang suka mempelajari hal baru, pelajaran bahasa juga merupakan pengetahuan yang challenging dimana di dunia yang kita tinggali ini ternyata ada berbagai bahasa yang berbeda. Bahasa adalah media untuk berkomunikasi antar manusia. Menguasai suatu bahasa, seperti membuka pintu menuju hal-hal baru ke depannya. Aku tidak sabar untuk mempelajari setiap kata baru yang kupelajari setiap harinya.

Masa kecil kita menerapkan sistem bermain sambil belajar.
Masa remaja menerapkan belajar sambil berlatih atau praktik. Practice makes perfect, katanya.
Beruntung pada masa ini, kebanyakan sekolah mengadakan kunjungan keluar daerah wisata untuk melatih siswa mempraktikkan kemampuan Bahasa Inggrisnya dengan mengobrol dengan turis dari berbagai negara. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, jadi tempat wisata yang ramai dikunjungi turis mancanegara akan menjadi tempat yang sempurna untuk pembelajaran dengan metode ini.

Aku tidak pandai berbicara, tapi sangat tertarik dengan bahasa. Aku bahkan mengikuti klub ekstakurikuler Debat Bahasa Inggris di sekolahku demi mengasah kemampuan berbahasaku. Aku juga orang yang penakut, itu sebabnya aku banyak berharap dari klub ekstrakurikuler ini dapat membantuku mengatasi kekuranganku, memaksa diri untuk lebih berani dan lebih percaya diri. Foto ini diambil ketika klub debat mengadakan family gathering di Borobudur dengan berbagai acara dan kegiatan seru didalamnya.

Semoga suatu saat ketertarikanku akan bahasa ini dapat menuntunku ke lembaran hidup yang lebih berwarna dan aku bisa memanfaatkan kemampuanku sebaik-baiknya.

Wednesday, October 24, 2012

Bayangan Panjang


Ketika kita berdiri membelakangi matahari, kita bisa melihat seberapa panjang bayangan tubuh kita yang terbentuk karenanya. Adakalanya, bayangan kita lebih panjang dari tubuh kita aslinya. Melihat hal ini membuatku berpikir bahwa tak seharusnya kita under estimate diri kita sendiri. Boleh jadi kita masih kecil, masih muda, tapi tak ada batasan seberapa jauh atau seberapa tinggi kita bisa bermimpi.

Matahari begitu terik, layaknya rintangan yang tak jarang kita temui di beberapa jalan. Rintangan bukan hanya tentang pilihan untuk berhenti berjalan, tapi juga tentang kemampuan bertahan, atau bahkan melawan. Lalu, saat rintangan itu berhasil kita lewati, seperti kita membelakangi matahari sore ini, kita melihat bayangan kita memanjang sedikit lagi. Marilah kita anggap kita menjadi lebih kuat dan terus menantikan masa depan.



Tuesday, July 10, 2012

Happy Birthday

Lombok, 24 Juli 2011
Selamat Ulang Tahun ke-17, Farida!

Merupakan sebuah kebanggan dan kebahagiaan tersendiri bagiku bisa maju terus dan melihat berbagai hal baru dalam hidup. Memiliki kesempatan luas untuk belajar dan mengembangkan diri sungguh merupakan privilege yang sangat menunjang standar masa muda yang sangat kuhargai ini. Dan aku sangat beruntung karena selalu dipertemukan dengan lingkungan dan orang-orang yang baik dan memotivasiku untuk bergerak maju. Aku yang tertutup dan tidak mudah bergaul ini, jadi terdorong untuk mengenal berbagai macam orang dan menantikan pengetahuan baru apa saja yang akan kudapatkan kedepannya. Aku sangat menghargai pengalaman ini.

Ketika foto ini diambil, tepat setelah pembagian piala untuk perlombaan acara MUFAKAT IV Nasional di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dengan acara skala nasional itu, kelompokku berhasil menyabet juara 3 Nasional kategori Lomba Debat Bahasa Inggris Putri. Tepat hari itu juga aku genap berusia 17 Tahun. 
Sweet Seventeen, orang bilang.

Masa muda sungguh adalah masa yang ingin aku habiskan dengan berbagai pengalaman dan pembelajaran yang sebanyak-banyaknya. Aku ingin punya banyak teman walaupun tidak begitu pandai bersosial. Tapi aku tahu betul aku menyukai semua orang yang ada di dekitarku sekarang dan aku juga berharap kedepannya akan bisa mengenal lebih banyak orang lagi dan belajar lebih banyak lagi.