Showing posts with label KNOWLEDGE. Show all posts
Showing posts with label KNOWLEDGE. Show all posts

Monday, May 22, 2017

Cairan limbah batik bisa didaur ulang dengan alat buatan mahasiswa UII

Brilio.net
Penulis Ahada Ramadhana
05 Mei 2015 00:07

Kelebihan alat ini adalah dilengkapi dengan saringan di dalamnya yang berfungsi menampung lilin agar bisa digunakan kembali.




 Brilio.net - Limbah batik yang telah dijernihkan dengan kaporit ternyata masih mengandung bahan berbahaya bagi lingkungan, seperti metil orange dan metil biru. Limbah tersebut dibuang melalui saluran pembuangan air umum, tidak dibuang melalui tempat pengolahan limbah yang secara khusus disiapkan oleh perusahaan. Limbah ini tentu akan memberi dampak buruk pada lingkungan.

Hal ini membuat empat mahasisiwa Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja prihatin. Empat mahasiswa UII lintas jurusan itu pun tergerak untuk menggarap alat penjernih limbah batik bernama Seco Ware (Smart Electrolysis Control To Wax Resist), sebagai solusi pemurnian lilin/malam pada limbah industri batik di Yogyakarta. Para anak muda yang tergabung dalam program kreativitas mahasiswa ini adalah Choirun Nisaa, Damang Suhdi Lubis, Happy Bunga NS, dan Faridatuz Zuhroh, yang berkuliah di Ilmu Kimia, Teknik Industri, dan Teknik Kimia.

Menurut Suhdi, penyebab utama limbah adalah malam atau lilin dan zat pewarna yang digunakan pada saat proses pembuatan batik. Alat ini berbentuk tabung yang menerapkan dua prinsip yaitu separation (pemisahan) dan degradation (penghancuran). Prototype alat ini sudah diujikan ke beberapa sampel limbah batik. "Sudah dicoba disterilkan dan hasilnya bisa jernih," ungkap Suhdi, Jumat (1/5).

Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa, Choirun Nisaa menuturkan, alat ini dibuat berkapasitas 30 liter air. Air limbah yang berwarna kehitaman dimasukkan ke dalam alat diikuti dengan penambahan garam dapur (NaCl) untuk penjernih sebanyak 2-3 gram per liter air limbah.

Cara kerja NaCl adalah mengumpulkan pengotor-pengotor yang berbentuk butiran di kutub anoda pada karbon batang sehingga air terpisah dari pengotor. Kemudian dialiri arus listrik dengan tegangan 7 volt yang bertujuan menghancurkan pengotor-pengotor tersebut. Tegangan yang berlebih dalam kadar NaCl dapat menimbulkan larutan menjadi berwarna kuning sehingga diperlukan pengaturan tegangan dan penambahan kadar NaCl agar diperoleh air yang jernih.

Kelebihan alat ini adalah dilengkapi dengan saringan di dalamnya yang berfungsi menampung lilin agar bisa digunakan kembali. Bagian luarnya berupa stainless steel dan bagian dalamnya dilapisi mika agar tidak menimbulkan reaksi yang lain lagi dan justru mengganggu kerja alat.

(brl/pep)

Ini Konsep Unik Mobel Shelter karya Mahasiswa UII

Sumber: Kabarkota.com
Penulis Redaksi - Selasa, 2 Desember 2014



 Ilustrasi: konsep Mobel Shelter karya mahasiswa UII (sumber: uii.ac.id)


SLEMAN (kabarkota.com) – Shelter darurat bagi para korban bencana alam umumnya dibuat semi permanen dengan material bambu yang cenderung kaku. Karenanya, hunian sementara tersebut memiliki keterbatasan waktu pemakaian, dan tidak bisa lagi dipakai ulang.

Namun, tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) yang baru-baru ini menerima beasiswa unggulan BPKLN, Ahmad Faiz Abiyoso, Pahruroji dan Faridatuz Zuhroh berhasil membuat konsep unik yang mereka namakan mobel shelter.

Salah satu penerima beasiswa BPKLN, Ahmad Faiz Abiyoso menjelaskan Mobel Shelter ini singkatan Modular and Portabel yang menjadi ciri khas utama dari rancangan mereka. Keunikannya, Mobel Shelter ini bentuknya ringkas, mudah disusun, dan bisa digunakan ulang.

“Dalam situasi tanggap darurat, pendekatan modular sangat relevan karena pengungsi membutuhkan shelter yang bisa cepat dibangun. Sementara,untuk shelter semi permanen dari bahan bambu, membutuhkan tenaga tukang yang ahli di bidang tersebut sehingga memakan waktu yang cukup lama,” kata ahmad Faiz, baru-baru ini.

Sedangkan Faridatuz  Zuhroh memaparkan bahwa konsep portabel yang mereka tawarkan ini, guna menjawab kekakuai dari shelter lain yang tidak dapat dipindah tempatkan, serta terkesan menciptakan sekat-sekat yang justri membelenggu psikologis para pengungsi.

“Dengan konsep portabel ini, para pengungsi dapat  mendiskusikan bagaimana mobel shelter ini akan didirikan sesuai dengan kebutuhan komunitas merekam” ungkapnya.

Selain itu, bahan pembuatan shelter model ini juga relatif tahan lama karena dapat  dibongkar, disimpan, dan dipergunakan kembali sewaktu-waktu.

 “Estimasi kami, umur shelter dapat mencapai lebih dari 10 tahun asalkan disimpan dan dirawat dengan baik”, tambah Faridatuz.

Hanya saja, untuk pembuatan satu unit shelter jenis ini, dibutuhkan biaya sekitar 7 juta rupiah. Sedangnkan untuk produksi massal, biaya bisa ditekan hingga 5 juta rupiah.

Sementara, Pahruroji menambahkan, guna mempermudah cara pendirian shelter, pihaknya juga  melengkapi shelter dengan buku saku tentang pedoman manual pendirian shelter yang mudah dipahami.

“Kami sengaja mendesain konsep shelter ini sedemikian rupa agar mudah disusun oleh siapa pun, meski bukan tenaga ahli bangunan, bahkan para pengungsi pun dapat diajari dan dilibatkan untuk menyusun shelternya sendiri”, sebut Pahruroji.

Dengan keunikan tersebut, para mahasiswa ini berniat untuk menggandeng BNPB dalam melihat peluang untuk memproduksi mobel shelter secara terbatas.  Jika implementasi berjalan lancer, lanjut mereka, maka tidak menutup kemungkinan mobel shelter dapat diadopsi sebagai shelter standar nasional untuk korban bencana di Indonesia. (uii.ac.id)